FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Sejak kecil anak Indonesia sudah diperkenalkan dengan bagaimana menjaga lingkungan dengan penghijauan. Setelah dewasa, yang terjadi adalah pengetahuan tentang penghijauan itu tinggal pengetahuan saja, tanpa mampu dipraktikkan oleh anak tersebut. Adakah yang salah?
Masa Bodoh Setelah dewasa, yang terpikirkan oleh seseorang adalah bagaimana memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarganya. Kalau bisa, kebutuhan itu berlebih sehingga bisa menikmati hidup dengan lebih baik dan sedikit berfoya-foya. Hal ini terkadang membuat orang lupa daratan dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan penghasilan yang lebih. Contoh konkretnya adalah penebangan liar dan penggantian alih fungsi hutan. Tindakan ini adalah sifat dan tabiat masa bodoh yang dimiliki oleh para pelakunya. Mereka tak memikirkan orang lain. yang penting perut mereka kenyang. Masa bodoh dengan orang lain yang akan menanggung dampak dari gundulnya hutan. Mereka bukannya tak tahu bahwa hutan yang gundul bisa menyebabkan kekeringan, banjir, matinya hewan-hewan hutan, dan berkurangnya tumbuhan-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Kurangnya Tekad Saat pemerintah mencanangkan program sejuta pohon secara serentak di seluruh Indonesia, semua pihak melakukan program tersebut dengan semangat. Tapi setelah beberapa saat tak terdengar lagi nasib pohon-pohon yang telah ditanam tersebut. Mungkin mati, mungkin hidup segan, mati pun tak mau. Tanaman butuh perawatan dan tak bisa dibiarkan begitu saja. Perawatan ini bukanlah perkara mudah dan murah. Penghijauan yang sukses adalah buah dari tekad bulat yang tak lekang oleh segala musim. Dedikasi sempurna yang diharapkan akan membuat penghijauan itu memberikan manfaat kepada masyarakat di sekelilingnya. Seperti yang dilakukan para peraih penghargaan Kalpataru. Salah satunya Katrina Koni Kii yang berasal dari desa Malimada, Kecamatan Wewewa Utara, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berhasil menghijaukan kembali tanah tandus dengan tanaman Cemara dan Cendana. Tanah tandus berbatu itu kini hijau dan teduh. Tanpa tekad yang kuat, hal ini tak mungkin berhasil. Tanaman yang Tepat Program penghijauan bukan berarti asal menanam pohon tanpa memikirkan tanaman apa yang cocok untuk tanah-tanah tertentu. Misalnya, penghijauan di sepanjang jalan utama atau jalan Provinsi dan jalan Kabupaten. Pohon yang cocok adalah Mahoni, Tanjung, Angsana, dan pohon berdaun kecil tapi lebat lainnya. Mengapa harus daun kecil-kecil? Karena pohon berdaun kecil akan lebih mampu menyerap butir-butir polusi. Untuk penghijauan di Daerah Aliran Sungai, tanaman yang tepat adalah bambu, beringin, mangga, dan tanaman berakar serabut sehingga tahan dengan gerusan air sungai. Begitupun dengan tanah berkontur miring, tanamannya tentu berbeda dengan penghijauan yang dilakukan di tengah kota yang harus memikirkan tata letak tanaman agar taman terlihat indah. Sekali lagi, bahwa program penghijauan tidak hanya asal selesai menanam tanpa perawatan dan tekad yang kuat untuk melihat hasil yang diinginkan. Code:
sumber |
![]() |
|
|