Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Sports > Martial Arts

Martial Arts Forum berkumpulnya pecinta ilmu beladiri / martial arts

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 29th April 2011
ashurarudy's Avatar
ashurarudy ashurarudy is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 23
Rep Power: 0
ashurarudy mempunyai hidup yang Normal
Default Siauw Gok Bukoan : Perguruan Kungfu Hokkien Siauw Liem Hoyang Pay aliran Lo Ban Teng

Sebagai salah satu perguruan seni bela diri Kun Tao di Indonesia, Siauw Gok Bu Koan telah menjadi ikon bela diri yang berasal dari Tiongkok ini.

Nama perguruan diambil dari nama Guru besar perguruan ini yaitu Sinshe Lo Siauw Gok, yang merupakan anak dari Shin She Lo Ban Teng yang merupakan ahli waris dari Shaolin Hoyangpay.

Murid-murid Siauw Gok Bu Koan mulai dikenal sejak Sinshe Lo Siauw Gok mulai membuka kelas latihan di Bandung sekitar tahun 1952. Lalu pindah ke Jakarta sekitar tahun 1954.

Pada fase awal ini, para murid dilatih memakai sistem latihan tradisional, dimana pada masa ini tidak mengenal sistem kenaikan tingkat. Setiap murid berlatih memakai kain selendang pada pinggang (Sabuk kalau dalam beladiri lain) yang sama warnanya.

Murid-murid yang dianggap berbakat dan mampu menguasai suatu teknik maupun jurus, akan mendapatkan penambahan yang lebih mendalam. Bagi yang belum mampu, tidak diperkenankan melanjutkan pembelajaran teknik yang lebih tinggi.

Awalnya, para asisten perguruan ini dilatih terlebih dahulu oleh Sinshe Lo Siauw Gok di rumahnya di gang pendidikan, dekat ITC Roxy Mas, Jakarta Pusat. Lalu para asisten inilah kemudian yang melatih para murid di beberapa tempat latihan. Bu Koan ini mengalami kemajuan pesat saat membuka cabang di daerah Sie Ho(di daerah toko tiga) Jakarta Barat.

Pada saat latihan, para murid yang telah selesai berlatih akan memperagakan teknik yang telah didapatkan dari para asisten pelatihnya di depan Sang Guru Besar. Guru Besar Sinshe Lo Siauw Gok akan memperbaiki gerakan-gerakan yang dirasa kurang tepat. Para murid yang telah selesai berlatih akan mendapatkan sertifikat kelulusan dalam bahasa Mandarin dan Inggris.

Tradisi ini berlangsung sampai saat perguruan pindah ke Taman Permata Indah II, Jakarta Utara, sekitar tahun 1980 an. Setelah masa ini, perguruan sementara vakum setelah Sinshe Lo Siauw Gok pindah ke Perumahan Batu Ceper Indah, Tangerang. Setelah Sinshe Lo Siauw Gok ini wafat, perguruan Siauw Gok Bu koan diwariskan kepada putra bungsunya, Lo Hak Loen.

Lo Hak Loen mengembangkan teknik latihan menggunakan sistim pembagian tingkatan, dimana penekanan setiap tingkatannya berbeda-beda. Kenaikan tingkat akan berlangsung setiap semester sekitar bulan April dan bulan Oktober setiap tahunnya. Selain itu, Juga merekrut beberapa murid ayahnya yang dianggap memiliki dedikasi dan mau bekerja sama untuk mengembangkan perguruan.

Selama beberapa tahun kepemimpinan Lo Hak Loen, Siauw Gok Bu Koan telah menyebar di beberapa tempat di Tangerang maupun Jakarta.

Seiring dengan perkembangan perguruan maupun murid-murid yang telah merasakan manfaat bela diri ini, banyak tawaran untuk membuka Bu Koan (tempat latihan) di beberapa daerah antara lain Surabaya, Bogor, Makasar, Bandung, dan sebagainya. Bahkan mendapatkan tawaran membuka perguruan di Luar Negeri, seperti di Amerika Serikat, Jerman, dan China.

Di Jerman, Lo Hak Loen mempunyai seorang murid yang telah membuka cabang perguruan. Bahkan anak angkat beliau juga pernah mewakilinya melatih di Jerman.

Para alumni maupun murid yang sedang berlatih di bawah pengawasan Lo Hak Loen banyak yang menjadi pengurus di beberapa cabang olahraga yang lain.

Mulai terbukanya sistim perguruan, membuat Siauw Gok Bu koan menerima banyak undangan untuk mempertunjukkan teknik bela diri khas perguruan ini.

Saat ini Siauw Gok Bu Koan pimpinan Lo Hak Loen yang bermuara kepada seni bela diri Kun Tao yang diwariskan oleh Sinshe Lo Siauw Gok ini memiliki nama lengkap :

�Seni Bela Diri Kun Tao Aliran Lo Ban Teng�

�Siauw Gok Bu Koan�


Reply With Quote
  #2  
Old 29th April 2011
ashurarudy's Avatar
ashurarudy ashurarudy is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 23
Rep Power: 0
ashurarudy mempunyai hidup yang Normal
Default Daftar Bukoan Perguruan Siauw Gok Bukoan

Saat ini bukoan resmi dari Siauw Gok Bukoan adalah sbb :

1. Kelapa gading
2. Pengukiran 3
3. Jembatan 5
4. Kebayoran Lama
5. Jelambar
6. Taman Palem Cengkareng
7. Modernland
8. Batu Ceper Tangerang
9. BSD
10. Budi Indah Daan Mogot km.18
11. Palem Semi Karawaci

Masih terbuka untuk penambahan bukoan baru, minimal 3 orang.
Reply With Quote
  #3  
Old 29th April 2011
ashurarudy's Avatar
ashurarudy ashurarudy is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 23
Rep Power: 0
ashurarudy mempunyai hidup yang Normal
Default Sejarah Lo Ban Teng

"MALAIKAT BERWAJAH PUTIH" dari SIAUW LIM HO YANG PAY
Disusun oleh : Tjoa Khek Kjong
Di kutip dari Harian Star Weekly tgl 7 - 02 - 1959


Lebih djauh dengan membatja sedjarahnja ini, dapat pembatja membedakan apa jang mungkin dan apa jang tidak mungkin tertjapai dalam olahraga kunthao - lebih tegas : mana jang benar2 dapat terdjadi dan jang mana hanja terdiri atas chajal belaka, sebagaimana jang banjak dikisahkan dalam tjeritera2 silat Tionghoa.

Didalam menjusun tulisan ini, saja merasa sangat berterima kasih kepada pelbagai pihak jang mengenal almarhum dari dekat dan jang telah memberikan banjak bahan2 kepada saja, seperti Sinshe Lo Boen Lioe di Kongsi Besar, keponakan almarhum Lo Ban Teng, dan tuan Thio Tjing Tjo di Angke, seorang sahabat akrab almarhum. Lebih djauh saja sangat berterima kasih kepada ahliwaris almarhum, jang tidak sadja mengumumkan sedjarah hidup ini.

Semasa hidupnja, almarhum seorang jang selalu mengutamakan kedjudjuran. Bitjaranja selalu terus terang, setempo ketus - jang mana membajangkan ketulusan dan kedjudjurannja - tidak perduli terhadap siapa, tidak perduli orang yang diadjaknja bitjara itu kaja atau miskin.
************

LO KA LIONG, Pemilik toko arak "Kim Oen Hap", jang terletak ditepi sebuah djalan dikampung Tang-Ua-Bee-Kee, kota Tjiobee, propinsi Hokkian, Tiongkok, tengah menikmati suatu rasa bahagia jang tidak terhingga. Pada hari itu, tanggal 1 bulan keenam tahun 2437 menurut hitungan Imlek (Masehi 1886) isterinja telah melahirkan seorang putera jang mungil dan bertubuh kuat-sehat. Memang sudah semendjak beristeri Ka Liong menginginkan seorang anak laki2, tetapi sampai sebegitu djauh dari isterinja hanja ia peroleh anak2 perempuan sadja, jaitu dua orang. Maka ketika baji jang baru terlahir pada hari itu ternjata seorang anak laki2, dapatlah kiranja dibajangkan betapa rasa bahagianja, karena idam2annja telah tertjapai.

Ka Liong seorang jang djudjur, ramahtamah, tidak suka bersetori dan selalu mengalah terhadap semua orang. Di Tjiobee ia seorang pendatang. Asal dari Engteng, sebuah kota lain dalam propinsi Hokkian, dan ia datang di Tjiobee bersama isteri dan kedua anak perempuannja pada setahun jang lampau.

Kepada anak laki2 jang baru lahir itu, Ka Liong dan isterinja mentjurahkan segenap kasihsayang mereka. Mereka menamakannja Ban Teng. Anak itu semendjak dilahirkan, bertubuh kuat dan selalu sehat2 sadja, sehingga ia tumbuh dengan tjepat sekali. Ketika sudah agak besaran. Perawakannja kokoh-kekar sekali.
Reply With Quote
  #4  
Old 29th April 2011
ashurarudy's Avatar
ashurarudy ashurarudy is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 23
Rep Power: 0
ashurarudy mempunyai hidup yang Normal
Default Masa Kanak-Kanak Lo Ban Teng

Masak Kanak2, Ban Teng
Tetapi semasa kanak2, Ban Teng telah memberi banjak kepusingan kepada kedua orang tuanja. Semenjak ketjil, ternjata ia seorang anak jang nakal. Pada waktu ia mentjapai umur untuk bersekolah, ajahnja memasukannja kedalam sekolah rakjat, tetapi Ban Teng lebih suka bermain2 daripada beladjar. Lebih djauh ia sangat nakal disekolah, sehingga seringkali gurunja mendjadi putus asa dan mengadukan kenakalan2nja kepada orangtuanja.

Setelah beladjar 3 tahun dalam sekolah rakjat, mendadak Ban Teng membangkang. Ia tidak mau sekolah lagi, meskipun dibudjuk atau dipaksa. Dalam putus asa, ajahnja menjuruhnja membantu perkerdjaan di toko araknja dan pada waktu malam hari ia disuruh beladjar ilmu surat.

Karena Ka Liong seorang pendatang jang berasal dari kota lain, penduduk2 Thiobee memandangnja sebagai orang asing. Mereka merasa tidak senang terhadap orang2 asing jang datang berusaha ditempat kediaman mereka. Perasaan kurang senang itu seringkali dinjatakan dengan berterang, jakni dengan djalan menggangu Ka Liong dengan maksud supaja ia tidak krasan tinggal di Tjiobee. Tidak sadja Ka Liong, melainkan Ban Tengpun mengalami gangguan2 itu. Anak2 di Tjiobee jang seumur dengannja dan jang lebih besar daripadanja, tiada henti2nja mengganggunja, menghina, bahkan tempo2 mengerojoknja. Ka Liong tinggal tenang dan mengambil sikap mengalah, tetapi Ban Teng jang beradat keras, merasa sangat penasaran.

Seringkali kalau Ban Teng ada dimuka rumahnja dan anak2 itu lewat disitu, mereka meng-edjek2-nja dan menghinanja. Kalau edjekan dan hinaan2 itu melampaui batas, jang mana banjak kali terdjadi, Ban Teng tidak dapat mengendalikan lagi nafsu amarahnja. Akibatnja, terdjadilah perkelahian antara Ban Teng disatu pihak, antaranja banjak jang djauh lebih besar daripadanja. Inilah memang diinginkan anak2 itu, jang memang berhasrat mengerojoknja. Walaupun Ban Teng bertenaga besar dan pemberani, tak gentar bertemu lawan2 jang lebih banjak djumlahnja dan bertubuh lebih besar daripadanja, namun dengan seorang diri tidak mungkin dia melajani mereka. Hampir selalu ia terpaksa lari pulang dengan wadjah babakbelur dan pakaian kojak2.

Namun ia tetap penasaran dan ingin menuntut balas. Tetapi bagaimana?Ia pegat lawannja itu seorang demi seorang dan djika bertemu satu-sama-satu ia menantangnja berkelahi. Dalam perkelahian2 begitu, jakni seorang lawan seorang, ia selalu menang, meski lawanja lebih besar daripadanja, dua-tiga hari jang berikutnja ia tidak berani keluar rumah : chawatir dikerojok!

Ganguan pihak para tetangga Ka Liong semakin lama semakin menghebat. Pada suatu hari mereka malah menjerbu ke toko arak itu dan menghatjurkan gutji2 arak. Ka Liong hanja dapat menghela napas dan mengelengkan kepalanja. Tetapi Ban Teng merasa amat sakit hati. Mulailah ia me-mikir untuk mempeladjari ilmu silat. Pada waktu itu ia berumur kira2 14 atau 15 tahun.

Dua tahun lamanja ia beladjar silat dengan giat sekali dibawah pimpinan seorang guru silat dikampung itu. Berselang dua tahun, ia menganggap dirinja tjukup pandai dan ia men-tjoba2 kebiasannja itu terhadap musuh2nja jang lama. Akibatnja mengetjewakan : ia dikerojok hebat sekali, Sjukur, berkat tubuhnja jang kuat-kokoh, latihan2 jang tidak mengenal letih dan keberaniannja, ia tidak sampai terluka hebat.

Namun ia tidak mendjadi gentar. Hasrat untuk menuntut balas tetap membakar djiwanja, maka ia berusaha untuk mentjari guru silat lain. Dalam pada itu, ajahnja menjadi tjemas melihat sepakterdjang dan tingkahlakunja. Ajah ini chawatir akan akibat2nja dikemudian hari, maka mengambil keputusan untuk mentjingkirkan Ban Teng ketempat lain. Demikianlah Ban Teng, jang pada waktu itu berumur kira2 17 tahun, dikirim ajahnja ke Indonesia untuk tinggal dirumah saudara-misannja (tjinthong), Lo Ban Keng, dikampung Selan, Semarang. Akan tetapi Ban Teng tidak krasan tinggal dirumah saudara-misan itu, karena ia diperlakukan sebagai seorang jang tidak punja guna, jang hanja memberatkan beban-hidup tuan rumah sadja. Maka kembalilah ia ke Tiongkok, sesudah berdiam 7 bulan di Semarang.
Reply With Quote
  #5  
Old 29th April 2011
ashurarudy's Avatar
ashurarudy ashurarudy is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 23
Rep Power: 0
ashurarudy mempunyai hidup yang Normal
Default

Pembuat Bongpay jang luar biasa
GANGGUAN jang diderita keluarga Lo dari pihak sementara penduduk2 Tjiobee semakin men-djadi2. Ban Teng bahkan sampai2 takut keluar rumah, karena chawatir dihina, di-edjek dan dipantjing supaya berkelahi, lalu dikerojok. Tekad untuk beladjar silat pada seorang guru jang pandai semakin bulat dan dendam kepada para pengatjau kehidupan keluarganja semakin membakar djiwanja. Untuk mententramkan djiwa Ban Teng dan membikin dia melupakan hasratnja, ajahnya mengawinkannja dengan seorang gadis dari Engteng, Lie Hong Lan. Pada waktu itu Ban Teng berumur kira2 19 tahun. Dari perkimpoian in ia memperoleh seorang puteri jang dinamakannja Lo Lee Hoa. Namun hasrat untuk memahirkan diri dalam ilmu silat tidak pernah lepas daripada pikirannja. Tiap pagi ia berlatih dengan radjin dan kalau bertjakap2 dengan langganan2 jang datang di toko ajahnja, jang dibitjarakannja tak lain dan tak bukan soal ilmu silat se-mata2.

Ketika Ban Teng berumur 23 tahun, ibu dan ajahnja ber-turut2 - dalam djangka waktu tidak terlampau lama meninggal dunia. Untuk sementara nampak Ban Teng menuntut penghidupan tentram dalam bakti terhadap kedua orangtua dan keturunannja. Ia bahkan 'memungut' seorang anak laki2 untuk menjambung turunan Lo dan dinamakan Siauw Eng. Namun dalam sanubarinja masih tetap melekat tekad untuk mempeladjari silat.

Pada suatu hari, dalam sebuah pertjakapan dengan salah seorang langganan tokonja, langganan itu menasihati Ban Teng untuk berlatih melontjat tinggi. Langganan itu mentjeriterakan tentang seorang ahli silat jang sekali mengendjot tubuhnja dapat melontjat naik ke atas genting rumah. Bagaimana tjaranja memahirkan kepandaian itu? Bertanja Ban Teng. Mudah sadja, djawab langganannja. Memakai bakiak2 dari pada batu, mula2 jang ringan timbangannja, semakin lama semakin berat, lalu berlatih melontjat dengan bakiak2 itu. Kalau sudah mahir, bakiak2 dapat dilepaskan dan sekaligus dapat orang melontjat keatas genting.

Ban Teng mendjadi sangat ketarik hati. Ter-gesa2 ia mengundjungi seorang pembuat bongpay (batu kuburan) jang tinggal didekat rumahnja. Kepada pembuat bongpay itu, seorang laki2 jang sudah agak landjut usianja dan bertubuh kurus kering, dipesannja sepasang bakiak batu jang berat2nja kira2 5 kg. Orang tua itu nampak terperandjat. Dipandangnja Ban Teng dari atas sampai ke bawah. Lalu dia bertanja: "Untuk apakah kau memesan bakiak batu itu?"
Ba Teng jang agak pemarah dan tidak suka orang menjampuri urusannja, mendjawab dengan ketus: "Ah, kau tahu apa?!Bakiak2 itu kubutuhkan untuk berladjar melontjat tinggi!"

Mendengar djawaban itu, si tua se-konjong2 tertawa ter-bahak2. Ban Teng mendjadi marah. Baru sadja ia hendak membuka mulut untuk menegurnja, pembuat bongpay itu berkata : "Sungguh tolol!........... Lihatlah orang2 itu jang sedang memikul kotoran" (ia mengundjuk beberapa orang laki2 jang tengah memikul tong2 berat sekali jang kebetulan lewat disitu) "Berat kotoran jang dipikulnja itu djauh melebihi berat bakiak2 batu jang kau pesan. Adakah kaukira bahwa, djika melepaskan pikulan itu, mereka sekaligus dapat terbang keudara?........ Gong gu (Kerbau dungu)!"

Ban Teng mendjadi marah sekali. Dengan tiada banjak tjingtjong ditantangnja orangtua itu untuk berkelahi. Si tua terus tertawa terkekeh2. Lalu dikatakannja kepada Ban Teng : "Mari, turut denganku. Akan kuperlihatkan sesuatu kepadamu."

Didahului orangtua itu, Ban Teng mengikutinja masuk kedalam kamar tidurnja. Ia tidak melihat orang lain dalam rumah itu, sehingga ia mengetahui bahwa si tua itu tinggal seorang diri. Dari bawah tempat tidur pembuat bongpay menjeret keluar seubuah batu besar jang bentuknja seperti selot Tionghoa (tjio-so) dan beratnja kira2 25 kg. Ban Teng mengira, si tua hendak mengudji kekuatannja maka dengan suatu senjuman djumawa diangkatnja tjio-so itu dengan sebelah tangan beberapa kali. Ia merasa telah mempamerkan tenaganja jang luar biasa dihadapan si tua dan ia mengira akan mendapat pudjian. Akan tetapi, sebaiknja, sipembuat bongpay tetap mengedjek. "Apa itu?" bertanja si tua. "Latihan begitu tiada gunanja sama sekali. Apa jang telah kauperlihatkan itu, tidak lebih tidak kurang hanja tenaga mati belaka"

Belum sempat Ban Teng mennjahut, situa mengangkat tjio-so dengan sebelah tangan, lalu dilontarkannja keatas berputar diangkasa jang turun, lalu disanggap pembuat bongpay itu dengan sebelah tangan pula. Djari2 tangannja tepat menjekal pegangan tjio-so jang melintang di-tengah2. Tangannja sedikitpun tidak tergetar.

Mata Ban Teng terbuka lebar2. Ia tidak menjangka.Situa jang bertubuh kurus-kering itu, jang bermula dipandangnja ringan sekali, bertenaga begitu besar. Serentak ia insaf, bahwa ia tengah berhadapan dengan seorang jang berilmu-silat tinggi. Ter-gesa2 ia menghanturkan maaf dan serta-merta minta supaja situa suka menerimanja sebagai murid. Tetapi pembuat bongpay itu menolak dengan tegas.
Reply With Quote
  #6  
Old 29th April 2011
ashurarudy's Avatar
ashurarudy ashurarudy is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 23
Rep Power: 0
ashurarudy mempunyai hidup yang Normal
Default

Salah seorang murid terbaik dari Ho Jang Pay
SAMPAI pulang dirumah, tiada habis2nja Ban Teng memikirkan hal pembuat bongpay jang tua itu. Kepada semua kenalannja ia bertanja, siapakah gerangan dia itu?Salah seorang kenalannja mentjeriterakan kepadanja, bahwa empek sipembuat bongpay bernama Yoe Tjoen Gan, seorang antara lima murid terbaik dari ahlisilat Tjoa Giok Beng dari Tjoantjiu, pemimpin tjabang silat Siauw Lim Ho Jang Pay.

Semakin bulat tekad Ban Teng untuk berladjar silat pada si-empek itu. Belum2 sudah dibanjang2kannja, bagaimana kelak ia dapat membalas dendam kepada para pengatjau2 kehidupannja djika ia sudah mahir mempeladjari silat dibawah pimpinan empek Yoe. Besoknja ia mengundjungi lagi empek itu. Sekali lagi ia minta diterima sebagai murid. Tetapi si-empek menolak.

Ban Teng tidak putus-asa. Berkali2 ia mendatangi si-empek dan berkali2 ia mengulangi permintaannja. Hasilnja selalu nihil : empek Yoe tetap menolak. Begitu dengan begitu, setahun telah lalu. Perusahaan batu-nisan empek Yoe semakin lama semakin mundur, sehingga achirnja terpaksa gulung tikar. Lain daripada itu, uang sewa rumahpun tidak dapat dibajarnja, sehingga jang empunja rumah menjuruhnja pindah sadja.

Melihat kesukaran2 empek Yoe, Ban Teng mengadjaknja tinggal bersama dirumahnja. Tetapi orang tua itu njata berwatak aneh dan keras kepala pula. Ia menolak tawaran tawaran pemuda itu terus menerus. Ban Teng tidak mendjadi putus harapan dan mendesak terus. Achirnja, melihat, kesungguhan hati Ban Teng, empek Yoe tergerak hati. "Baiklah", katanja, "akan kuturuti tinggal bersama kau. Dan untuk membalas kebaikanmu itu, nanti kuadjarkan kau beberapa matjam ilmu pukulan."

Bukan main girangnja Ban Teng. Serta-merta ia mendjatuhkan diri, berlutut dihadapan orangtua itu dan memberi hormat (paykoei). Mulai hari itu si empek tinggal dirumah Ban Teng. Pemuda kita ini menjediakan sebuah kamar jang paling baik untuknja, menjediakan pula seorang pelajan chusus untuk mengurus keperluannja dan memperlakukan seolah2 ajah sendiri. Mulai waktu itu saban hari ia berlatih silat atau melewati waktu dengan mengobrol dengan gurunja tentang ilmu silat. Toko araknja tidak diperhatikannja lagi:segala urusan perusahaan dipertjajakannja kepada salah seorang pegawainja jang dipertjajanja. Bahkan anak-istrinjapun sampai2 diabaikannja, sehingga isterinja bermula heran, kemudian mendjadi mendongkol dan gusar. Njonja Lo tidak habis mengerti sikap suaminja jang lebih mementingkan silat daripada perusahaannja dan begitu menghargai si-empek jang kurus kering itu. Bagaimana mungkin begitu pikir Njonja Lo - seorang2 jang kurus itu dan selemah itu nampaknja, dapat mengajarkan ilmu silat? "Kalau kudorong, tentu ia djatuh terpelanting!" kata hati ketjilnja.

Nasihat2 isterinja tidak dihiraukan Ban Teng. Sebaliknja, ia menjadi gusar sehingga seringkali suami-isteri itu mendjadi berdjidera oleh karenanja. Kegemaran Ban Teng akan ilmu silat semakin mendjadi2. Untuk mengambil hati gurunja, ia mengumpulkan teman2 dan kenalan2 untuk beladjar silat pada guru itu. Peladjaran diberikan didalam suatu rumah chusus untuk itu, sebuah 'bu-kwan'. Uang peladjaran jang dapat dikumpul Ban Teng dari murid2 baru itu sama sekali berdjumlah 12 kouw (dollar) sebulan. Pada djumlah ini ia tambahkan uangnja sendiri, sehingga dapat ia memberikan gurunja dua dollar seharinja. Jang memberikan peladjaran silat itu boleh dikatakan Ban Teng sendiri. Gurunja hanja duduk mengawasi sadja.
Reply With Quote
  #7  
Old 29th April 2011
ashurarudy's Avatar
ashurarudy ashurarudy is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 23
Rep Power: 0
ashurarudy mempunyai hidup yang Normal
Default

"Dengan kerbau tidak mungkin merundingkan sadjak".....
PADA suatu hari Ban Teng datang terlambat ditempat latihan. Murid2 lain sudah berkumpul dan empek Yoe menjuruh mereka mulai berlatih. Beberapa orang murid jang bertubuh besar2, jang selalu menerima peladjaran dari Ban Teng dan belum pernah melihat guru mereka sendiri turuntangan, sudah lama me-ragu2kan kepandaian guru itu. Benarkah empek itu pandai ilmu silat, seperti dikatakan Ban Teng?bertanja hati ketjil mereka. Untuk mendapat kepastian, mereka bermufakatan untuk mengadjak empek Yoe tjoba2 mengadu tangan, jakni berlatih saling membenturkan lengan.

"Tunggu sadja sampai Ban Teng datang", jawab empek Yoe. Djawaban ini semakin meragu2kan murid2 itu. Mereka mendesak. Siguru segara merasa, bahwa mereka hendak mengudjinja. Bangunlah ia dari tempat-duduknja. Lalu ia memilih empat orang murid jang bertubuh paling besar dan paling kuat nampaknja. Mereka disuruhnja berdiri berbaris sendangkan jang lain2 mengawasi dengan penuh perhatian. "Marilah kita mulai." kata empek Yoe. Mereka mulai mengadu tangan. Tiada seorang pun antara murid2 itu sanggup berbenturan lengan sampai dua kali dengan siguru. Serasa seolah2 lengan mereka dihantam dengan sebatang balok jang luar biasa keras, lagi tadjam!Mereka ter-heran2, bagaimana empek Yoe dapat mengerahkan tenaga sebesar itu. Mulai detik itu semua murid tunduk benar2 kepada guru mereka dan nama Yoe Tjoen Gan mulai banjak yang disebut orang.

Salah seorang pegawai toko arak Ban Teng paham akan ilmu silat. Pegawai ini tinggi-besar dan bertubuh kokoh-kekar. Pada suatu hari Ban Teng men-tjoba2 kepandainnja dengan pegawai itu. Akibatnja diluar dugaanja. Dengan sekali gedor sipegawai berhasil membikin Ban Teng djatuh terlentang diatas sebuah tong arak. Ban Teng merasa ketjewa sekali. Kata sipegawai : "Untuk apa tuan mengangkat seorang jang tubuhnja seperti lidih mendjadi guru silat tuan?Ia begitu kurus-kering, sehingga kalau saja ketok sekali sadja dengan sumpit, tentunja dia mati!"

Ban Teng sangat mendongkol, akan tetapi tidak dapat mengatakan apa2. Ketika masuk ke dalam kamar gurunja, ia melihat empek Yoe ada disitu. Karena pembitjaraannja dengan pegawai tadi terdjadi diruangan sebelah kamar itu, tentunja empek Yoe dapat mendengarnja dengan tegas. Bertanja Ban Teng, apakah si guru dapat dengar apa jang dikatakan sipegawainja?Ketika gurunja mengatakan, bahwa ia telah mendengar semuanja, Ban Teng bertanya, mengapakah guru itu tinggal diam sadja dan tidak mendjadi marah? Djawab Yoe Tjoen Gan dengan singkat: " Ka gu gim si (Dengan seekor kerbau tidak mungkin orang berunding tentang sadjak). Kini, sebaiknja kau beladjar sadja dengan giat." Sehabis ber-kata2 si guru berlalu dari kamar itu.

Djuga istrinja mengedjek Ban Teng ketika mendengar peristiwa itu. "Untuk apa kau beladjar silat pada orang begitu?" bertanja njonja Lo. "Biasanja tjuma makan tidur sadja. Pertjuma membuang uang, tempo dan tenaga dengan tidak ada hasilnja. Terus menerus kau dipermainkan sadja!" Kata2 isterinja menimbulkan amarah Ban Teng. Mereka djadi bertjidera hebat sekali.

Empek Yoe mendapat dengar tentang kedjadian ini. Kepada Ban Teng dikatakannja dengan ketus " Kee bo ee ti to tjam tao (kalau ajam betina dapat berkokok, sebaiknja ditabas aja batang lehernja)!"

Sudah barang tentu, isterinja tidak dapat menerima kata2 itu. Antara Ban Teng dan isterinja lalu terbit pertjekjokan hebat sekali, sampai2 mereka mau bertjerai. Tapi sjukur, sebelum terdjadi demikian, seorang paman dan bibi keenam Ban Teng (laktjek dan laktjim), datang sama tengah dan mendamaikan suami-isteri itu. Mereka berpendapat, isteri Ban Teng bersalah karena terlampau mau menjampuri urusan suaminja dan menjuruh njonja itu menghaturkan maaf kepada empek Yoe. Demikianlah urusan dapat diselesaikan setjara damai.

PADA suatu waktu, untuk urusan perusahaan, Ban Teng menudju Amoy (Emoei). Sebelum bertolak. gurunja mengatakan bahwa di Amoy ada seorang saudara--seperguruannja (suheng) Jang bernama Goei In Lam Ian bergelar Hoan Thian Pa (Matjan Tutul Jang Membalikkan Langit). Setibanja di Amoy, Ban Teng menjambangi susiok (paman-guru) itu dan memperkenalkan diri sebagai murid Yoe. Goei minta ia memperiihatkan apa jang sampai sebegitu djauh dapat dima-hirkannj'a dibawah pimpinan guru itu. Setelah menjaksikan permainan Ban Teng, Goei tidak berkata apa2, melainkan menggelengkan kepala. Kemudian baru dikatakannja: "Apabila nanti sudah kembali di Tjiobee, katakan kepada gurumu, bahwa aku minta ia datang disini. Ada sesuatu jang ingin kubitjarakan dengannja."

Kembali ditempat tinggalnja, Ban Teng menjampaikan pesan itu. Serta-merta wadjah Yoe berubah, se-olah2 suatu firasat tidak enak timbul padanja. Namun ia memenuhi permintaan Goei dan menudju Amoy.

Ketika kedua saudara-seperguruan itu berhadapan muka dengan muka, Goei jang bertabiat djudjur dan selalu berterus-terang berkata kepada Yoe: "Sungguh engkau seorang jang susah diurus. Berulangkali kau berdagang, berulangkali kami membantu engkau dengan modal, tetapi berulangkali pula kaugagal. Perusahaanmu jang paling belakang, jakni perusahaan batu nisan, sampai2 sirna tampakrana, sehingga terpaksa kautinggal dirumah muridmu Ban Teng jang begitu setia kepadamu dan mendjundjung kau sebagai ajah sendiri. Kini kau mendapatkan seorang murid jang begitu baik, tetapi kau mempermainkannja. Tiada kau mengadjarnja dengan sungguh2. Memang benar, tidak sembarang dapat kita menerima murid, akan tetapi djika mendapatkan murid jang benar2 baik, seharusnjalah kita menurunkan kepandaian kita dgn. setulus hati. Tetapi tjaramu mengadjar Ban Teng sangat memalukan. Adakah engkau bermaksud merusak nama baik Ho Yang Pay?Kalau terus begini sepakterdjangmu, kelak kalau kau mati, djenazahmu tiada jang urus!"

Teguran pedas ini serentak membuka mata Yoe. Ia sadar akan kekeliruannja. Memang benar, sampai sebegitu djauh ia mengadjar Ban Teng? dengan setengah hati. Teguran saudara seperguruannja itu kini menjebabkan ia merasa menjesal akan perbuatannja sendiri. Ketika kembali di Tjiobee, pada suatu malam tg. 15 bulan Tionghoa ia memanggil Ban Teng. Untuk pertama kalinja itu ia memetjahkan segala rahasia teknik kunthao tjabang Ho Yang Pay sampai habis2. Bagaimana tjara memberi pukulan, tjara bagaimana menggerakkan/mengibaskan tubuh supaja tenaga sebesar2nja dapat disalurkan pada pukulan jang tengah diberikan kepada lawan, seperti seekor ajam mengibaskan tubuh untuk membersihkan bulu2nja daripada debu, bagaimana harus menampung pukulan pihak lawan, bagaimana harus meng-gerakkan tangan dan kaki dengan serentak dalam gerakan "mengatjip", dll. BanTeng merasa seolah2 seorang buta jang baru melek. Mengertilah dia betapa tinggi mutu intisari ilmu silat jang dipeladjarinja. Maka mulai waktu itu ia berlatih semakin giat dan radjin.

Tiga bulan kemudian gurunja berkata kepadanja: "Sekarang boleh kautjoba main2 lagi dengan pegawaimu jang sombong itu. Kalau kali ini ia dapat mendjatuhkan kau, djangan kau akui aku sebagai gurumu lagi." Apa jang dikatakan Yoe itu terbukti. Dalam pertjobaan dengan pegawai itu, dengan dua kali gerakan Ban Teng berhasil membikin pegawainja itu terpental djatuh keatas sebuah tong berisikan kotoran manusia disudut kamar. Tjoba tong itu tiada tutupnja, pasti sipegawai tertjemplung didalamnja! Sipegawai ter-heran2 sehingga tidak dapat berkata apa2.

Ban Teng mendapat hati. Serentak kepertjajaan kepada diri sendiri pulih. Ia menantang musuhnja jang lama untuk berkelahi. "Seorang lawan seorang boleh," katanja.
"Tetapi kalau kamu mau main kerojok, djuga boleh!" Sudah tentu lawan2nja lebih suka main kerojok. Tetapi kali ini mereka ketjele. Tiada seorang lawan dapat datang dekat pada Ban Teng. Barangsiapa jang madju menjerang, tanpa mengetahui apa jang terdjadi dengan diri mereka, tiba2 mendapatkan dirinja sendiri bergelimpangan ditanah. Begitu tjepat gerak-gerik dan "katjipan2" Ban Teng, sehingga musuh2nja tidak dapat melihatnja.
Reply With Quote
  #8  
Old 29th April 2011
ashurarudy's Avatar
ashurarudy ashurarudy is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 23
Rep Power: 0
ashurarudy mempunyai hidup yang Normal
Default

Murid jang berbakti
MULAI hari itu pamor Ban Teng naik. Tjiobee mendjadi gempar dan lawan2nja tiada jang berani mengganggunja lagi. Ban Teng berlatih semakin giat dan sungguh2. Tetapi sajang, sebelum peladjarannja sempurna benar dan ketika ia berumur 27 tahun, gurunja meninggal dunia. Sebelum menghembuskan napas jang penghabisan, Yoe berkata kepada muridnja itu: "Peladjaranmu sudah tjukup baik. Rasanja sukar kau mendapatkan tandingan. Tetapi masih banjak jang belum dapat kau peladjari." Ia mengambil sebuah ban pinggang dari kulit dan dua djilid buku dan menerimakannja kepada Ban Teng."Aku tidak dapat meninggalkan apa2 bagimu. Melainkan ban-pinggang ini, jang selalu menjertai aku dalam perantauanku. Lebih djauh sedjilid buku ini jang berisikan resep2 obat untuk menjembuhkan berbagai penjakit, dan sedjilid buku ini jang memuat tjatatan2 tentang ilmusilat Ho Yang Pay. Beladjarlah dengan radjin dan giat dengan berpedoman kepada bukutjatatanku itu."

Sehabis berkata2, Yoe menghembuskan napas penghabisan diatas pangkuan Ban Teng. Tak dapat dilukiskan betapa sedih dan hantjur luluh hati simurid, jang menangis tersedu2 sekali. Djenazah gurunja diurus sebagaimana mestinja dan dikebumikan dengan upatjara jang

lajak. Bahkan ia sendiri berlaku sebagai "hauwlam", berkabung sebagai putera almarhum. Begitu besar dirasakannja budi jang dilimpahkan gurunja kepadanja, sehingga dihadapan arwah guru itu ia berdjandji bahwa kalau kelak ia memperoleh seorang anak laki2, anak itu akan diakui sebagai anak gurunja dan diberi she (nama keturunan) Yoe.

Seluruh Tjiobee gempar membitjarakan peristiwa ini, lebih2 kebaktian Ban Teng kepada gurunja dan perbuatannja itu, jang mengundjukkan bahwa ia seorang jang djudjur-tulus serta mendjundjung tinggi budi-kebaikan jang pernah dilimpahkan atas dirinja. (Banpinggang peninggalan gurunja itu sampai sekarang masih disimpan para ahliwaris Ban Teng).

Pada waktu itu toko araknja sudah tidak ada, karena tidak terurus benar. Tetapi Ban Teng tidak menghiraukannja. Jang dipentingkannja ialah ilmusilat. Saudara2 seperguruan Yoe, jakni Goei In Lam jang sudah disebutkan diatas, lebih djauh Liem Kioe Djie dan Ong Tjian pwee merasa terharu mendengar bakti Ban Teng terhadap gurunja. Mereka sering mengundjungi Ban Teng di Tjiobee, sebaliknja Ban Teng pun sering menjambangi mereka - kesempatan mana dipergunakan paman2 -guru itu untuk memberi pimpinan lebih djauh pada pemuda itu dalam ilmusilat. Dengan demikian, Ban Teng tidak sadja dapat memahirkan apa jang telah diadjarkan mendiang gurunja, tetapi djuga keahlian chusus daripada ketiga paman guru itu, jang memang masing2 mempunjai keahlian sendiri2 dan menurunkannja kepada Ban Teng. Misalnja Liem Kioe Djie paling ahli antara mereka dalam gerakan tangan, mengirim pukulan2 keras dan tjepat disertai kibasan (menggebarkan) tubuh jang dapat menjalurkan sebanjak tenaga kearah lengan dan tindju. Iapun ahli obat2an untuk menjembuhkan luka2 didalam tubuh karena terpukul hebat ('siang'), menjambung tulang patah atau sambungan2 anggota2 tubuh jang telah lepas. Ong Tjian Pwee, jang djuga dinamakan Ong Tiauw Gan, paling ahli dalam gerakan kaki. Tulang keringnja paling keras dan tendangannja paling hebat. Ia terpandai dalam geraksilat "Tjeng Hong Kui Tie" (Angin Sedjuk Menjapu Tanah), pula paham benar ilmu bongmeh (memeriksa penjakit orang dengan merasakan denjutan nadi), dapat menjembuhkan berbagai penjakit luar dan dalam, penjakit anak2, penjakit orang perempuan dan orang tua. Goei In Lam terpandai dalam gerakan "mengatjip" atau "menggunting" dengan gerakan kaki dan tangan serentak. "Timing"nja paling tepat. Diantara saudara2-seperguruannja dialah paling paham "laykang", ilmu mengerahkan napas dan tenaga-dalam. Keahlian2 chusus itu semua dimahirkan Ban Teng dibawah pimpinan paman2-gurunja.

Putera Liem Kioe Djie, jang bernama Liem Thian In, seorang pemuda bertubuh tinggi-besar, bertenaga besar pula dan suaranja seperti guntur, jang djuga pandai ilmusilat, belum pernah dapat mendjatuhkan Ban Teng djika mereka berlatih bersama. Djuga Ban Teng belum pernah dapat mengalahkannja. Thian In pada suatu waktu rupanja mendongkol djuga dan berkata kepada ajahnja supaja djangan mengadjar Ban Teng habis2, karena ia pemarah, suka tjari setori dan mungkin kelak menjusahkan mereka. Djawab ajahnja: "Kalau kepandaianku tidak kuwariskan kepada Ban Teng, tiada orang lain lagi......"
Reply With Quote
  #9  
Old 29th April 2011
ashurarudy's Avatar
ashurarudy ashurarudy is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 23
Rep Power: 0
ashurarudy mempunyai hidup yang Normal
Default

BETAPA berangasan pemuda Ban Teng, ternjata daripada peristiwa dibawah ini. Pada suatu hari kepadanja disampaikan kabar, bahwa seorang pendjual kojok jang datang di Tjiobee dan mendjual kojoknja sambil mempertontonkan silat, temberang dihadapan umum bahwa ia pernah mendjatuhkan Goei In Lam. Serta-merta Ban Teng mendjadi marah dan mendatangi pendjual kojok itu jang tengah mengadakan pertundjukan disebuah lapangan. Sipendjual kojok mendjadi gentar ketika mengetahui ia tengah berhadapan dengan Ban Teng. Atas pertanjaan sipemuda, ia menjangkal pernah menjiarkan tjerita bahwa ia telah djatuhkan Goei In Lam. Tetapi Ban Teng jang sudah marah benar berkata: "Mengaku atau tidak, diluaran orang sudah gempar mentjeriterakannja. Sekarang harus kaubertanding melawan aku. Kalau belum kubuat kau djatuh-bangun tiga kali, belum puas hatiku."

Dipaksa berkelahi dihadapan orang banjak, pendjual kojok, apa boleh buat, melajaninja. Maka mulailah ia menjerang, tetapi begitu tjepat serangannja, begitu tjepat pula ia djatuh terlentang, sambil berteriak "Hai ya!" Ban Teng menjambutnja dengan "Kaota", jaitu kaki depannja menjambar tumit kaki-depan lawan, tangan kiri tjepat sekali menjingkirkan tindju musuh, serentak menjerbu masuk dengan tangan kanan menghantam leher musuh dari samping. Serangan kedua disambut Ban Teng dengan "Siangpee", kaki kiri "mengatjip" tumit lawan. kedua tindju lawan disingkirkan dari samping, kemudian dengan sisi kedua lengan dan tangan menggedorleher atau dada lawan dari samping lain. Kembali sipendjual kojok terpaksa mentjium-tanah. Ketika ia bangun kembali, para penonton datang sama tengah dan mengachiri perkelahian itu. Ban Teng masih begitu marah, sehingga ia ambil semua pekakas silat sipendjual kojok dan membawanja pulang. Sipendjual kojok hanja dapat mengawasi dengan terbengong.

Belakangan pekakas2 itu dibawa Ban Teng ke Amoy dan dipeserahkan kepada Goei In Lam sambil mentjeriterakan duduknja perkara, Goei hanja tertawa sambil mengangguk2. Tiga atau empat hari kemudian, pendjual kojok itu datang pada Goei dan mengadu bahwa seorang murid Goei jang bernama Lo Ban Teng telah membikin ia malu dihadapan orang banjak. Serentak ia minta supaja Goei suka mengembalikan pekakas"nja. Goei berpura2 tidak tahu. "Benarkah itu?" bertanja Goei. "Mungkinkah kau, jang namanja begitu kesohor, didjatuhkan Ban Teng? Ban Teng tidak bisa apa2. la masih hidjau dan bodoh," kata Goei lagi sambil mengedjek.
Pendjual kojok itu mendjadi menangis karena malu dan minta diampuni untuk kesalahannja jang telah mendjelek2kan nama Goei. Barulah Goei mengembalikan pekakas2nja dengan pesan supaja selandjutnja djangan ia sembarangan bitjara seenaknja sadja, Mulai waktu itu, tiada pendjual kojok berani datang di Tjiobee tanpa minta izin dahulu kepada Ban Teng.
Reply With Quote
  #10  
Old 29th April 2011
ashurarudy's Avatar
ashurarudy ashurarudy is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 23
Rep Power: 0
ashurarudy mempunyai hidup yang Normal
Default

SEMAKIN Lama nama Lo Ban Teng semakin kesohor. Diseluruh Tjiobee, Engteng, Amoy. Tangbwee dan Tjoantju, namanja sadja sudah tjukup untuk menggentarkan orang. Ia diberi gelaran "Pek Bin Kim Kong" atau "Malaikat Berwadjah Putih" dari Ho Yang Pay. Tadi gurusilat berani mengadjar ditempat2 tersebut tanpa memohon perkenannja. Tiada pendjual kojok, jang mendjual barang2nja sambil bersilat, berani datang ketempat2 itu tanpa izinnja, Dalam kalangan Ho Yang Pay sendiri ia desegani: keahliannja bersilat telah mentjapai taraf sedemikian sehingga dapat ia merendengi keahlian paman2-gurunja jang memimpinnja.

Sebagai seorang muda, Ban Teng tidak bebas daripada tjatjat2 dan kelemahan2 jang biasa nampak pada golongan pemuda: agak binal. suka berkelujuran diwaktu malam, sering mengundjungi tempat2 plesiran. Bahkan ia bergaul djuga dengan orang2 jang tergolong pada jang dinamakan 'underworld'. Kebiasaannja ini pada suatu waktu menjebabkannja terlibat dalam sebuah peristiwa jang mengerikan tetapi djuga lutju lebih tegas: berachir lutju! Salah seorang kenaiannja telah berbentrok dengan seorang hartawan dikota Tjiobee. Sebenarnja kesalahan ada dipihak kenalan itu, karena telah mengadakan perhubungan asmara dengan seorang wanita 'piaraan' atau selir sihartawan. Pada suatu malam sihartawan mendapat kabar bahwa selirnja berada disebuah tempat plesiran bersama kenalan Ban Teng itu. Mengetahui bahwa ia tengah berurusan dengan orang2 jang paham silat, sihartawan dengan nekat mendatangi tempat tersebut dengan membawa dua buah granat tangan. entah dari mana didapatnja.

Ditempat plesiran itu ia menuntut supaja selirnja dikembalikanlikan kepadanja. Kalau tidak,ia akan mendjatuhkan granat itu disitu. Para hadirin mendjadi kaget dan panik melihat sikaja meng-atjung2kan granat. Hanja satu orang tinggal tetap tenang: Lo Ban Teng. Ia ini bangun dari tempatduduknja dan mendekati sihartawan. Dengan tenang dikatakannja kepada orang itu: ..Silakan! Lemparkanlah granat2 itu!" Sihartawan mundur beberapa tindak. "Djika kaudatang dekat, kulepaskan ini!" antjamnja sambil terus meng-atjung2kan granat2-nja. Ban Teng semakin mendekatinja, bahkan men-epok2 bahunja sambil berkata: "Hajo, lepas!...... Hajo, lepaskan, sahabat! Lekas sedikit!"......

Effeknja diluar dugaan. Sihartawan tidak melepaskan atau melontarkan granat2nja, melainkan berbalik dan ter-birit2 lari keluar, sehingga Ban teng mendjadi tertawa ter-bahak2. Para hadirin, sahabat dan kawan2 Ban Teng, menghampiri pemuda kita. Mereka menghela napas lega dan menggeleng2kan kepala. "Haiya, Ban Teng," kata mereka. "Mengapa kauberlaku begitu gila? Bagaimana, kalau tadi ia melepaskan Kauber-main2 dengan djiwa kita!"

Ban Teng tertawa. "Kalian tidak mengerti." katanja kemudian "Dia seorang hartawan. Orang kaja umumnja tidak berani mati ! Dia 'kan hanja gertak-sambal belaka......" Mereka tertawa bersama......
Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 09:40 PM.


no new posts