FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Hari ini (28/1), tiga dekade silam, lagu We are the World direkam di A&M Recording Studios, Los Angeles, AS. Lebih dari 40 artis terlibat dal am penggarapan lagu yang direkam menjelang perhelatan American Music Awards ini. We are the World jadi lagu bertemakan aksi sosial paling dikenang sepanjang masa. Lagu humanis ini ditulis oleh Michael Jackson dan Lionel Richie serta diproduseri oleh Quincy Jones dan Michael Omartian. Lagu, yang antara lain melibatkan Cyndi Lauper, Bruce Springsteen, The Jacksons, Kenny Rogers, ini kemudian menginspirasi aksi serupa di Inggris. Bob Geldof merilis Do They Know it's Christmas? yang juga bertema aksi sosial. Dirilis pada 7 Maret 1985, album We are the World langsung terjual 20 juta kopi dan berhasil menggalang dana lebh dari US$75 juta. Dana ini diserahkan organisasi non-profit USA for Africa untuk mengentaskan kemiskinan di Benua Hitam. “Lagu hebat yang abadi selamanya,” kata Quincy Jones, sang produser, ketika itu. Tak hanya memuji, Jones bahkan berani menjamin, “Ke mana pun Anda pergi dan menggumamkan beberapa nada lagu ini, orang akan segera mengenalinya.” Sejatinya, lagu ini siap digarap Richie bersama Stevie Wonder. Namun pada saat yang sama Wonder tengah sibuk tur dan menggarap hal lain. Jadilah Ritchie bertandem dengan Michael Jackson. “Kami tak ingin menggarap lagu yang biasa-biasa saja,” kata Richie sebagaimana dikutip laman USA Today. “Kami ingin sesuatu yang bombastik, sebesar mungkin yang bisa Anda dapatkan.” Agar lagunya diterima segala bangsa, Richie dan tim menyimak lagu kebangsaan berbagai negara, dari AS, Inggris, Jerman dan Rusia, untuk menggali ritme yang familiar. “Kami ingin orang merasa lagu ini familiar di telinga mereka,” kata Richie yang merasa senang akhirnya tim bisa meramu lagu sesuai yang mereka inginkan. Lalu, para artis yang terlibat pun berdatangan ke studio, dari Bob Dylan, Billy Joel, sampai Bruce Springsteen. Rata-rata artis ini tak tahu lagu apa yang akan mereka nyanyikan. “Kami belum punya MP3,” kata Richie. “Ketika itu, kami masih menggunakan kaset. Kami hanya mengirimkan kaset ke beberapa orang, sisanya sama sekali belum pernah mendengar lagunya .” Diakui Richie, proyek yang melibatkan puluhan artis ini sedikit memusingkan, karena tidak sedikit yang mengomentari ini itu dan memberi ide ini itu. Untung saja ada Ray Charles yang jadi penengah. Ia meminta semua artis kompak bernyanyi, dan menuntaskan seisi album. “Semua artis respek padanya,” kata Richie, “keren juga.” Usai rekaman, Kenny Rogers tanpa sungkan meminta semua artis menandatangani lembar lagu We are the World. Aksinya lantas diikuti beberapa artis lain. “Artis pertama yang memberi tanda tangan adalah Diana Ross,” kata Rogers, bangga. “Saya membingkainya dan hingga kini saya masih memajangnya di rumah di Atlanta.” Oates juga tak mau kalah. Ia pun memajang bingkai serupa di rumahnya di Colorado. Ia mengaku, selalu tersenyum setiap kali memandangi tanda tangan dan nama puluhan artis yang tertera. Kini, tiga dekade berlalu, lagu humanis We are the World masih diputar oleh komunitas di Afrika. Namun isunya tak lagi sama, dari seni, perubahan cuaca sampai virus ebola. |
![]() |
|
|