
17th May 2011
|
 |
Ceriwis Addicted
|
|
Join Date: Sep 2010
Location: -ceriwis-
Posts: 4,958
Rep Power: 50
|
|
Peredaran Obat secara Bebas Berbuntut Konsumsi tak Rasional
Quote:
PRAKTIK pengobatan tanpa asuhan tenaga kefarmasian menyebabkan penggunaan obat tidak rasional yang bisa berakibat fatal pada pengguna obat. Fenomena itu menyusul merebaknya peredaran obat-obatan di Indonesia secara bebas, meski pemerintah sudah menerbitkan beberapa peraturan mengenai pendistribusian dan pemasarannya.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Mohamad Dani Pratomo, di Jakarta, Selasa (18/5), mengatakan, aturan tersebut belum ditegakkan, sehingga distribusi obat terlalu bebas. Kondisi itu mendorong orang berusaha mengatasi masalah kesehatannya dengan pengobatan sendiri, tanpa diagnosis dan saran dokter juga petunjuk apoteker.
"Orang yang merasa hipertensi langsung membeli obat-obat hipertensi yang bisa didapat dengan mudah di toko obat dan apotek. Bagaimana jika dia ternyata tidak hipertensi, atau dosis obat yang dia konsumsi tidak sesuai kebutuhan?" ujarnya.
Bahkan, selama ini peredaran obat di dalam negeri menjadi sangat bebas karena pemerintah membutuhkan waktu lama untuk menerbitkan peraturan pemerintah.
"Mengapa sampai butuh waktu 17 tahun untuk menerbitkan peraturan pemerintah tentang kefarmasian. Dan sekarang meski sudah ada undang-undang dan peraturan pemerintahnya sudah ada, penegakannya belum berjalan baik," jelasnya.
Selain itu, pemenuhan kebutuhan tenaga kefarmasian selama ini belum mendapat perhatian cukup dari pemerintah. Menurutnya, jumlah apoteker di seluruh Indonesia hanya sekitar 30 ribu orang dengan rasio apoteker banding populasi kurang lebih 1:8.000.
"Di negara maju rasionya 1:4.000 sampai 1:5.000. Itu idealnya," imbuhnya.
Keterbatasan jumlah apoteker serta kurangnya peran pemerintah dalam pendistribusian dan penempatan apoteker membuat sebagian besar fasilitas pelayanan kesehatan tidak memiliki apoteker sesuai kebutuhan. Mungkin hanya sekitar 10 persen puskesmas dengan jumlah lebih dari delapan ribu di seluruh Indonesia, yang memiliki apoteker.
Bahkan, sebagian apotek yang saat ini jumlahnya sekitar 10 ribu, juga beroperasi tanpa apoteker.
|
|