FAQ |
Calendar |
![]() |
|
News Semua berita yg terjadi di dunia internasional ataupun lokal diupdate disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Jakarta, CNN Indonesia -- Masa ke masa, lagu Natal bercerita soal sosok pengadil anak-anak. Ia berhak memutuskan mana anak nakal dan anak baik. Lalu ia membagi hadiah untuk si baik, serta berhak memberi hukuman untuk yang nakal. Di kemudian hari, sosok itu lebih dikenal sebagai Sinterklas. Tahukah Anda, sejatinya Sinterklas bukan sosok yang diciptakan untuk anak-anak. Ia seharusnya mendata orang-orang dewasa yang jahat. Tapi karena banyak yang terganggu, orang dewasa pun memutar sejarah. Secara dramatis, Sinterklas kemudian diputarbalikkan menjadi sosok untuk anak-anak. Ia bakal datang di malam Natal, dengan kereta rusa yang terbang dari kutub, memberi hadiah lewat cerobong asap tiap rumah. Mengutip situs CNN, pengubahan sejarah terjadi tahun 1800-an. Kala itu, pemimpin umat Kristiani di Amerika melarang segala bentuk perayaan Natal. Para pemimpin yang kebanyakan reformis Protestan menganggap perayaan Natal bertentangan dengan Injil dan sesat. Namun, orang-orang masih ingin berpesta. Sebab, itu memang waktu yang tepat. Salju turun, semua keluarga berkumpul di rumah. Kebun dan sawah pun usai dipanen. Nelayan tak bisa melaut. Maka biasanya, pada 25 Desember para pekerja akan mabuk-mabukan dan berkeliaran di jalanan. Mereka berkeliling kota mencari barang rampasan. Orang-orang ketakutan. Akhirnya, sekelompok bangsawan New York memutuskan segala 'kesenangan' itu harus segera diakhiri. "Mereka ingin membuat Natal lebih domestik, membawanya dari jalanan ke dalam rumah, dan fokus pada anak-anak," kata Gerry Bowler, penulis Santa Claus: A History dan profesor sejarah di University of Manitoba di Kanada. Bagaimana caranya? Kelompok bangsawan New York menghidupkan kembali tradisi Sinterklas. Mereka menciptakan sosok yang ramah pada anak-anak. Perayaan Natal pun diubah menjadi seremonial rumahan, tempat keluarga berkumpul bersama anak-anak dan merayakan pesta domestik. Anak yang berkelakuan baik, mendapat bonus hadiah. Tapi sejarah tidak bisa diubah hanya dengan modus. Mereka butuh cerita. Di sanalah penulis Washington Irving berperan. Ia membuat cerita sketsa serial tentang sosok bernama Santa Nikolas yang terbang di atas rumah-rumah penduduk New York, merokok pipa dan mengantarkan hadiah-hadiah untuk anak baik. Sekitar satu dekade kemudian, tahun 1821 muncul sebuah puisi anonim berjudul The Children's Friend. Dalam puisi itu muncul sosok magis bernama Santeclaus, yang mengendarai kereta yang ditarik rusa kutub dan dipenuhi hadiah, memenuhi kaus kaki anak-anak penurut dengannya. Berdasarkan kisah itu, pelajar sekolah uskup gereja bernama Clement Clarke Moore menulis puisi untuk anaknya, dengan judul A Visit From St. Nicholas. Belakangan, puisi itu lebih dikenal dengan nama The Night Before Christmas. Sajak religiusnya dipercaya sebagai dongeng hingga kini. Ia mengisahkan sosok Santa Nikolas yang mengenakan busana berbahan bulu binatang, turun lewat cerobong asap rumah-rumah, memberi hadiah untuk anak-anak yang berkelakuan baik. Kisah itu pun menyebar di seluruh dunia. Tapi Sinterklas bisa berbeda-beda perwujudannya berdasarkan masing-masing interpretasi. Seniman Amerika pernah menggabungkan Santa Nikolas dengan tradisi Eropa yang menghukum anak-anak. Akhirnya, Bowler mengatakan, sekitar tahun 1900 seluruh dunia punya standardisasi Sinterklas yang sama. Pria tua berjanggut putih, dengan mata yang ramah dan bersinar penuh kebaikan. Siapa Santa Nikolas Yang belum jelas dari cerita di atas, adalah siapa Santa Nikolas sebenarnya, yang sosoknya dijadikan inspirasi Sinterklas? Itu berhubungan dengan masuknya orang-orang Belanda ke Amerika sekitar tahun 1600. Kata Bowler, orang-orang itu membawa cerita rakyat dari negaranya, termasuk tentang Sinterklaas alias Sinterklas. Sinterklas didasarkan pada kisah tentang Santa Nikolas, sosok yang hidup di zaman abad ke-3 Yunani dan 'dipelihara' di Turki sampai masa kehidupan modern. Sinterklas digambarkan berjanggut dan berbusana uskup warna merah. Selain seorang uskup, Santa Nikolas alias Nik yang satu ini, ternyata juga seorang bandel. Seorang arkeolog yang menggali makamnya pada tahun 2005 menemukan hidung Nikolas patah. Menurut Adam C. English, penulis The Saint Who Would be Santa Claus, itu mungkin disebabkan penyiksaan keras dari kaum Kristen saat itu. Tapi berdasarkan legenda abad pertengahan, Nikolas pernah memukul hidung seorang yang berdusta di Dewan Nicea, pertemuan penting untuk membentuk konsensus atas doktrin Kristen. Penggambaran Nikolas yang tidak memakai busana keuskupan, diperkirakan karena ia telah 'dipecat' lantaran adegan baku hantam itu. English mengatakan itu tidak benar. Tapi bagaimana pun, banyak yang menyukai cerita itu. Namun di luar kenakalannya, Santa Nikolas juga dikenal karena suka memberi hadiah dan melindungi anak-anak. Cerita tentang yang satu itu, muncul karena kisah tentang seorang miskin yang memiliki tiga anak perempuan. Karena terlalu miskin untuk membeli mas kawin dan menikahkan anaknya, orang itu khawatir sang anak akan terjerumus ke dunia prostitusi. Legenda berkata, Nikolas menjatuhkan tiga kantung emas dari jendela yang terbuka di rumahnya, menyelamatkan si anak perempuan. Ada lagi kisah yang berbeda dan lebih mengerikan. Nikolas dikisahkan tinggal di sebuah penginapan dan menemukan tiga anak yang tubuhnya terpotong-potong di tong acar. Nikolas menyatukan dan menghidupkan kembali tubuh anak itu, lalu menghukum pelaku penjaga penginapan. Bowler menjelaskan, seluruh cerita itu membuat Nikolas menjadi sosok yang dipuja sepanjang abas pertengahan. Sebagai salah satu parameternya, begitu banyak orang, tempat, gereja, dan kelompok-kelompok Kristiani yang menjadikan Santa Nikolas sebagai pelindungnya. Nikolas diperkirakan meninggal pada 6 Desember. Itu diperingati sebagai pesta di seluruh Eropa selama ribuan tahun, dan seringkali dijadikan momen untuk memberi hadiah kepada anak-anak. Beberapa negara menjaga tradisi itu, termasuk orang-orang Belanda saat mereka masuk ke Amerika. Di sana, Nikolas dijadikan Sinterklas. |
![]() |
|
|