FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Mobil & Motor Diskusi antar pemilik mobil dan motor. Sharing tips dari mulai spareparts,kerusakan, hingga bengkel terbaik bisa didapat disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Berita Terkait
0 JANGAN mengaku pencinta otomotif sejati jika Anda berada di Hiroshima dan tidak mengunjungi Museum Mazda, atau di Stuttgart dan melewatkan Museum Mercedes Benz, atau ke Detroit dan lupa menyambangi The Henry Ford Museum! Dengan logika yang sama pula, adalah kerugian bagi setiap pencinta otomotif jika sudah berada di Gothenburg, Swedia, dan tidak menyempatkan diri ke Museum Volvo di ”ibu kota Volvo” tersebut. Maka, terasa logis pula jika rasa lelah setelah menempuh penerbangan Jakarta-Bangkok-Kopenhagen-Gothenburg selama total hampir 24 jam dan udara beku sisa musim dingin di Swedia harus disingkirkan demi kunjungan ke museum ini, Minggu (8/3/2015) sore. Waktu setempat telah menunjukkan pukul 15.00 saat kami, saya dan Ade Marboen (45), wartawan kantor berita Antara, beranjak meninggalkan Hotel Gothia Towers di pusat kota Gothenburg dengan Volvo V70 station wagon yang menjadi taksi. Kami rela membayar mahal dengan taksi karena harus bergegas mengingat museum akan tutup pukul 16.00 dan masih ada jarak sekitar 15 kilometer menuju kawasan industri Arendal, tempat museum itu berada di tengah fasilitas produksi Volvo. Belum lagi kami masih harus menjemput dua mahasiswa Indonesia di Gothenburg yang berbaik hati menjadi penunjuk jalan buat kami waktu itu. Untunglah perjalanan lancar sehingga sekitar setengah jam kemudian taksi sudah berhenti di depan gedung museum yang berdinding kaca itu. Argometer taksi menunjukkan angka 620 krona Swedia atau sekitar Rp 940.000. ”Tak apalah, kapan lagi bisa ke sini?” ujar Marboen bersemangat sambil merogoh beberapa lembar uang krona Swedia di dompetnya. Bagi Marboen, pemilik sedan anggun Volvo S90 dan tokoh Volvo Club of Indonesia (VCOI), ini, kunjungan ke Museum Volvo ini lebih dari sekadar memuaskan rasa ingin tahu akan sejarah mobil yang ia cintai. ”Ini semacam ziarah bagi kami pencinta Volvo, yang belum tentu bisa terwujud sekali seumur hidup...,” tuturnya khidmat. Pameran keselamatan Setelah membayar tiket seharga 100 krona per orang, kami pun mulai menjelajah ruang-ruang pamer di bangunan bergaya Eropa modern itu. Di ruangan lobi ada beberapa mobil Volvo yang menyambut kedatangan para tamu. Yang langsung terlihat adalah dua Volvo yang dijadikan mobil patroli polisi Swedia di dua zaman berbeda, yakni Volvo Amazon pada dekade 1960-an dan Volvo 940 pada dekade 1990-an. Di sudut lain lobi terlihat mobil pertama yang diproduksi Volvo pada tahun 1927, yakni Volvo ÖV4 yang berwarna biru tua khas Volvo. Mobil kap terbuka yang sekilas mirip bentuk Ford Model T itu menggunakan mesin bensin 4 silinder berkapasitas 1.940 cc. Kerangka badannya masih menggunakan kayu yang kemudian ditutup lembaran metal. Di dekat mobil pertama Volvo ini dipajang satu set meja kerja besar yang dulu menjadi tempat kerja duo pendiri Volvo, Gustaf Larson (1887-1968) dan Assar Gabrielsson (1891-1962). Tak jauh dari meja itu ada patung Larson dan Gabrielsson di depan plakat emas bertuliskan ”Pemikiran mereka tentang keselamatan dan kualitas terus menjadi dasar bagi setiap aktivitas Volvo”. ![]() Selama hampir 90 tahun mewarnai dunia industri otomotif, nama Volvo memang selalu melekat dengan citra keselamatan. Citra ini tak luput dari fokus sejarah yang ditampilkan di Museum Volvo di Gothenburg. Di lantai dua museum itu, misalnya, dipajang jok mobil yang dilengkapi sabuk keselamatan tiga titik yang ditemukan oleh Nils Bohlin, salah satu inventor yang bekerja di Volvo. Sejarah mencatat, pada 13 Agustus 1959 sebuah mobil Volvo PV544 menjadi mobil pertama di dunia yang dilengkapi sabuk keselamatan tipe tersebut. Sabuk tiga titik ini masih menjadi perlengkapan standar mobil-mobil kita hingga hari ini. Selain sabuk keselamatan tersebut, berbagai peranti keselamatan pengemudi dan penumpang yang dikembangkan Volvo juga dipajang, seperti sistem kantong udara (airbag), sistem pelindung benturan samping (SIPS), dan sistem rem anti mengunci (ABS). Di luar pajangan tentang keselamatan itu, museum ini, tentu saja, memajang berbagai model kendaraan dan mesin Volvo. Mulai dari sedan-sedan yang dikenal akrab di Indonesia, seperti Volvo 850, Volvo 940 (di Indonesia beredar dengan seri 960), Volvo S90, Volvo S80, sampai truk dan bus serta mobil-mobil konsep yang jarang diketahui orang, seperti Volvo 263GL yang berbentuk hatchback tiga pintu. Sebuah replika Volvo XC90 ukuran asli yang terbuat dari susunan Lego berwarna biru juga dipajang di lantai atas. Yang mengejutkan, di galeri utama pameran tergantung sebuah pesawat tempur Saab 37 Viggen. Usut punya usut, ternyata mesin turbofan RM-8 pesawat itu dikembangkan oleh Volvo dari desain dasar mesin jet JT8D buatan Pratt & Whitney dari Amerika Serikat. Salah satu pajangan kebanggaan Volvo di museum ini adalah mobil sport P1800 yang terkenal di seluruh dunia setelah digunakan karakter Simon Templar dalam film seri The Saint tahun 1960-an. ”Mobil ini adalah jawaban Volvo terhadap Aston Martin DB4. Waktu itu, Volvo coba membangun identitas baru berupa mobil sport kecil,” ujar Marboen penuh semangat. (DAHONO FITRIANTO dari Gothenburg, Swedia) |
![]() |
|
|