Jakarta - Membawa misi besar menumbangkan Wali Kota Surabaya incumbent Tri Rismaharini, enam parpol bersatu dalam koalisi Majapahit. Namun koalisi yang namanya diambil dari nama besar kerajaan terbesar di nusantara itu berakhir pahit, pecah jadi dua kubu.
Seperti diketahui, Koalisi Majapahit awalnya merupakan gabungan dari enam parpol yang terdiri dari Golkar, Gerindra, PKS, PAN, PKB, dan NasDem. Keenam parpol awalnya bersatu-padu untuk mencari penantang bagi Risma.
Namun dalam perjalanannya perbedaan kepentingan yang sangat besar membuat koalisi ini semakin rapuh. Sampai akhir masa pendaftaran Pilkada tahap satu, koalisi Majapahit belum juga menelurkan pasangan calon Wali Kota Surabaya.
Rupanya koalisi Majapahit akhirnya menemui jalan buntu. Satu demi satu parpol pendukung rontok. Partai NasDem adalah parpol pertama yang meninggalkan koalisi Majapahit dan memilih balik badan mendukung Risma.
Memasuki hari terakhir fase pendaftaran tahap dua calon kepala daerah, koalisi Majapahit belum juga sepakat. Rapat terakhir yang digelar semalam deadlock, kini koalisi Majapahit resmi terpecah jadi dua.
"Jadi benar ada dua pasang calon karena informasinya ada dari PKB-Gerindra, terus ada pasangan Demokrat-PAN," kata Ketua Desk Pilkada PKB, Bambang Susanto, kepada detikcom, Senin (3/8/2015).
Rupanya koalisi Majapahit gagal menyatukan visi. Dalam politik perbedaan kepentingan sulit menyatukan kelompok-kelompok tertentu yang jelas punya kepentingan sendiri
"Sulit sepertinya koalisi Majapahit menyatukan visi untuk bersaing dengan Bu Risma," katanya.
Hari ini dua kubu pecahan koalisi Majapahit bakal mendaftar ke KPU mengusung calon Wali Kota jagoan mereka masing-masing. PKB sendiri mencalonkan Ketua DPC PKB Surabaya Syamsul Arifin.
Sementara itu Partai Demokrat bersama PAN punya pasangan calon sendiri. "Kami mendukung Dhimam-Haries," kata Sekjen PAN Eddy Soeparno saat dihubungi terpisah.
Lalu apakah pecahan koalisi Majapahit itu mampu menandingi Risma di Pilwalkot Surabaya?