FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Jakarta - Walaupun treknya sempit dan lambat, tapi GP Singapura telah menjadi sebuah ikon tersendiri untuk sebuah sportainment. Akhir pekan ini, untuk kedelapan kalinya jet-jet darat bertarung di malam hari. Night race memang menjadi kekhasan sekaligus keistimewaan GP Singapura. Dan sebagai satu-satunya balapan Formula 1 yang digelar di malam hari, maka cahaya-cahaya buatan (lampu) yang menghiasi negara kecil itu justru menjadi sebuah panorama sendiri yang memukau. Sejak awal GP Singapura memang melibatkan pemerintah setempat. Salah satunya Singapore Tourism Board, lembaga pariwisata Singapura yang ada di bawah naungan kementerian Perdagangan dan Industri negara tersebut. Misi mendatangkan turis sebanyak-banyaknya, terutama untuk event olahraga Jumat-Sabtu-Minggu itu, memang sangat kuat. Itu sebabnya, menyaksikan GP Singapura bukan cuma menonton aksi kebut-kebutan. Setiap pelancong memiliki seabrek pilihan untuk mencari hiburan yang lain pada saat itu: dari mulai kuliner, hang out, sampai menonton konser musik musisi-musisi dunia. Tahun ini penampil di rangkaian GP Singapura adalah Pharrell Williams, Maroon 5, dan Bon Jovi. Balapan malam yang digelar di sirkuit jalan raya yang diberi nama Marina Bay Circuit ini adalah periode kedua bagi Singapura dalam menghajat balapan mobil. Dulu, dari tahun 1966 sampai 1973, negara ini pernah menggelar balapan Formula Libre, dan sirkuit jalanannya masih bernama Thomson Road. Namun, dengan banyak alasan, sejak 1974 balapan itu tak pernah lagi diadakan di Singapura. Barulah pada 2008 Singapura kembali bising oleh mesin-mesin mobil balapan. Mereka menyulap ruas-ruas jalan utamanya menjadi lintasan F1. Seperti Monaco, tentu saja, tapi tidak dalam sorotan matahari yang terik, melainkan setelah matahari itu menghilang di bawah cakrawala. Meski street circuit terdengar "wah", tapi sebenarnya sirkuit Marina Bay tidak menjanjikan tontonan yang spektakuler, kecuali ada insiden/kecelakaan. Sebaliknya, ini lebih menantang buat para pebalapnya. Maklum, di sini para pebalap mengendarai mobil-mobilnya dalam jarak rapat dengan dinding-dinding pembatas. Dengan 23 tikungan, permukaan aspal yang bumpy, cahaya yang tidak terang benderang, plus trek yang tidak terlalu lebar, GP Singapura menjadi balapan paling lambat dalam kalender F1. Overtake paling memungkinkan dilakukan di akhir sektor pertama, di mana mobil bisa mencapai top speed. Jalur pitstop-nya pun sangat pendek untuk ukuran standar F1. Sebastian Vettel adalah orang yang paling sering menang di tempat ini. Ia menggapainya sebanyak tiga kali (2011, 2012, 2013), saat masih menunggangi Red Bull. Fernando Alonso (2008, 2010) dan Lewis Hamilton (2009, 2014) sama-sama sudah pernah menaklukkan Singapura sebanyak dua kali. Selamat menunggu dan menikmati GP Singapura. Semoga tanpa gangguan kabut asap. |
![]() |
|
|