FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Nasional Berita dalam negeri, informasi terupdate bisa kamu temukan disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Ilustrasi SEMARANG, KOMPAS.com � Kondisi bayi perempuan berusia 22 hari, Devita Canda Wimaladianingsih, yang menderita beberapa kelainan di tubuhnya, memburuk akibat tidak segera ditangani pihak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Kariadi Semarang. "Anak kedua saya kondisinya memburuk saat berada di RSUP Dr Kariadi karena proses penanganannya membutuhkan waktu yang sangat lama," kata ibu bayi, Parmiah (29), di Semarang, Jumat (8/1/2010). Karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap bayinya, Parmiah yang beralamat di Desa Losari RT 10 RW 4 Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, kemudian membawa anaknya ke Rumah Sakit Elisabeth Semarang. Anak dari pasangan suami istri Yamidi (30) dan Parmiah ini menderita beberapa kelainan pada tubuhnya, yakni tidak mempunyai anus atau istilah medisnya atrisiani, kedua lengan tangan tidak bisa lurus, dan pada tangan kiri mempunyai enam jari (polydactil). Parmiah menjelaskan, dirinya dibantu seorang bidan di desanya saat melahirkan Devita pada 16 Desember 2010 yang waktu itu mempunyai berat badan 1,3 kilogram. Bidan yang mengetahui ada beberapa kelainan pada anggota tubuh bayi yang baru lahir tersebut kemudian dibawa ke Puskesmas Grabag lalu dirawat di Rumah Sakit Tidar Magelang selama dua hari. Saat di rumah sakit tersebut, Devita kemudian dirujuk agar dirawat di Rumah Sakit Magelang selama 11 hari. "Tapi karena biaya yang cukup mahal, Devita kemudian dipindah ke RSUP Dr Kariadi Semarang dengan mendapat surat rujukan dari rumah sakit yang merawat sebelumnya," kata Parmiah yang mengaku ditinggal pergi suaminya sejak dua bulan yang lalu. Ia mengungkapkan, saat berada di RSUP Dr Kariadi pada Kamis pagi, penanganan yang diberikan pihak rumah sakit sangat lama dan berbelit serta hasil laboratorium yang tidak segera keluar. "Padahal, waktu itu anak saya sangat pucat dan kondisinya semakin memburuk," ujarnya dengan nada kecewa. Dengan inisiatif sendiri, Devita kemudian dibawa ke RS Elisabeth agar segera mendapat penanganan yang diperlukan setelah menginap semalam di rumah teman adiknya di Kota Semarang. Saat ini Devita dirawat di kamar khusus Ruang Theresia lantai II dalam inkubator yang diberi oksigen dengan jumlah banyak dan pada bagian bawahnya diberi lebih banyak lampu untuk menjaga suhu badan agar tetap hangat. Menurut kepala perawat ruang Theresia, Kris, mengatakan, untuk sementara Devita diberikan asupan makanan berupa nutrilon prematur yang diberikan 12 kali sehari sebanyak 20 cc melalui selang infus. "Untuk keperluan buang air besar, secara alami Devita buang air besar melalui vagina yang juga digunakan sebagai saluran kencing," katanya. Sementara itu, Kepala Bagian Humas RS Elisabeth Semarang Probowati menjelaskan, pihak rumah sakit akan segera melakukan operasi pembuatan anus buatan di bagian perut Devita. "Namun, pelaksanaan operasi tersebut masih menunggu kondisi bayi stabil dan berat badan normal karena berat badan Devita saat ini hanya 1,2 kilogram," ujarnya. Ia mengatakan, pihak rumah sakit juga tidak mempermasalahkan mengenai biaya yang akan ditanggung orangtua bayi malang tersebut. "Mengenai biaya itu masalah nanti, yang penting bayi segera ditolong dan mendapat penanganan yang diperlukan," kata Probowati. |
#2
|
||||
|
||||
![]()
semoga adik ini baik-baik saja...
![]() |
#3
|
||||
|
||||
![]() Quote:
ada rencana Tuhan dibalik semua itu, semoga anak & keluarga yg diberi ujian bisa menerima dengan tabah & ikhlas BTW. kompas salah ketik ya ??? :m173: |
#4
|
||||
|
||||
![]()
gak kebayang ada bayi dengan kondisi seperti itu
|
#5
|
||||
|
||||
![]() Quote:
![]() Mata kakak jeli banget yak, iya nih KOMPAS salah ketik ![]() |
![]() |
|
|