Akhir-akhir ini banyak demo dari taxi dan angkutan umum, menolak keberadaan grabbike, uber, gojek, dan grabcar. Tapi apa iya dengan demo masalah akan teratasi? Saya minggu ini tercatat dua kali naik taxi, satu dari mall citraland ke roxy. Taxinya turunin saya pas dikubangan lumpur, tab saya yang sudah jatuh dan retak satu hari sebelumnya masuk ke kubangan lumpur itu, naas. Supirnya waktu saya suruh puter arah biar saya turun di lobby juga tidak mau, padahal saat itu saya pakai heels yang lumayan tinggi dan tidak nyaman. Argo yang masih 7500 itupun dia suruh saya bayar 20000, kalau naik grabcar ongkos 10000 bayar 10000 pun ga masalah. Ya, sekarang saya memang perhitungan karena ga kaya-kaya.
Begitupun dengan angkot atau kendaraan umum. Dengan celana olahraga yg ketat dan crop top saya yang lagi jogging di daerah kelapa gading, dengan entengnya sopir angkot panggil saya untuk naik dengan kata-kata yang tidak senonoh. Metromini juga kotor kan? Kadang pakai baju mahal trus naik metromini sayang sama bajunya, sayanya sih ga masalah. Sekedar bocoran, metromini yang kotor itu tahun ini Insya Allah bakal diganti pake armada baru, daihatsu, pake ac , bbg dan terintegrasi sama busway.
Mereka bilang uber, grabcar itu lebih murah, matiin mata pencaharian mereka. Padahal di uber ada sistem kali, argo bisa kali empat. Teman saya ada yang satu ride habis 400ribu karena dikali. Lagipula ada mobil premium juga yang tarifnya lebih tinggi, misal pajero ga mungkin sama kaya avanza, meskipun bisa jugasama. Di grabcar juga kalo demand lagi tinggi, biasa harga 20ribu bisa jadi 80ribu, yang mana kalau naik taksi ga bakal semahal itu.
Yang saya pikir line dari semua ini bukan hanya murah, tapi aman, nyaman dan yang paling penting pelayanan. Dihitung sudah tiga kali saya dibentak supir taksi. Dalam hati saya janji ga akan pakai taksi konvensional lagi.
Tertanda,
Tatia
Pengguna angkutan umum</div></div></div>
15th April 2016
Grabcar, Grabbike, Uber, Gojek, Taxi Konvensional. Sebuah Narasi (Curhat)
