Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 25th April 2016
Saprol18's Avatar
Saprol18 Saprol18 is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2016
Posts: 455
Rep Power: 10
Saprol18 mempunyai hidup yang Normal
Default Cuplikan Sejarah Komik Indonesia



Era 1950-an jadi awal popularitas komik lokal. Tak hanya kota Bandung dengan komikus RA Kosasih, komik juga menyebar ke Jakarta, Tasikmalaya, Surabaya, bahkan Medan. Melalui karyanya yang populer, sosok RA Kosasih berjasa besar sebagai penyebar tren komik era awal. Meskipun dia bukan tokoh yang pertama kali memperkenalkan komik di tanah air.



Euforia komik Indonesia berlanjut hingga tahun 1960-an. Keragaman budaya lokal baik hikayat atau legenda, diangkat menjadi komik bersamaan dengan komik-komik metropolis yang ramai pada saat itu.



Pada akhir 1960-an sampai 1970-an, masyarakat semakin tergila-gila pada komik lokal. Ketika itu lazim disebut Cergam, alias cerita bergambar. Diantaranya, tokoh Si Buta dari Gua Hantu (Ganes Th.), Si Tolol (Djair), Si Mata Siwa (Teguh), Kelelawar (Jan Mintaraga). Atau para hero lokal seperti : Gundala Putera Petir (Hasmi), Godam (Wid Ns.),Kapten Halilintar (Jan Mintaraga) dan Nona Agogo (Sopoiku).



Di awal perkembangannya, banyak komik yang mengadaptasi dan berkiblat pada komik Barat. Menurut hasil penelitian Masrcel Bonneff, situasi ini memunculkan kritik masyarakat khususnya dari dunia pendidikan. Atas kritik ini, penerbit Melodie merespon dengan menerbitkan komik wayang karya RA Kosasih. Komik ini mengambil cerita dari epos Mahabharata dan Ramayana. Pada masanya, banyak komikus lain yang mengikuti karya Kosasih ini. Ini periode emas komik wayang seiring makin banyaknya komik-komik cerita hikayat.



Selanjutnya, berkembang era komik roman dengan tokoh terdepan seperti Jan Mintaraga. Juga Ganes Th yang membuat ‘Si Buta dari Goa Hantu’ dengan genre silat. Sukses besar Si Buta menumbuhkan perkembangan luar biasa komik silat. Muncul cerita silat legendaris seperti Panji Tengkorak (Hans Jaladara). Juga komik Jaka Sembung dan Si Tolol, yang bertema nasionalisme. Dan cerita silat pun nampak hanya sebagai bingkai, di dalamnya ada unsur horor, drama, perjuangan, dan lain sebagainya.



Selanjutnya, komik jilid 2 mengisahkan masa penting di tahun 1946. saat pusat pemerintahan pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.



Melihat keterangan yang tertulis dalam halaman belakang komik akan disusun dalam berbagai bab. Bagian pertama adalah Periode Revolusi Fisik yang rencananya akan terdiri dalam 6 jilid, yaitu periode tahun 1945, 46, 47, 48, 49, dan 50. Juga dijelaskan bahwa satu tahun akan terbit satu jilid. Pemerintah saat itu juga merencanakan penerbitan komik revolusi selanjutnya. Yakni periode Survival 1950-1955, periode Demokrasi Terpimpin, periode Pancawarsa Manifesto Politik, dan Mahkotanya Pada Tahun 1965 sebagai periode Kedaulatan Nasional. Jadwal penerbitan tidak menduga bakal ada peristiwa G30S PKI. Ada kemungkinan, proyek penerbitan ini tidak berlanjut karena perubahan situasi politik negeri kita.



Para komikus pencipta tokoh tersebut adalah para seniman sekaligus pendongeng besar di masanya. Gambar yang mereka sajikan amat realis, detil, khas Indonesia dengan latar cerita yang sangat Indonesia.



Sampai kendisi berubah pada akhir tahun 90an, Komik Indonesia tak jadi tuan di negeri sendiri. Selain mulai banyak variasi hiburan lain, periode itu juga terisi dengan masuknya berbagai karakter dan cerita komik Manga dari Jepang.



Ada pendapat bahwa lambatnya regenerasi seniman komik membuat karya-karya komik terus berkurang. Itu bermula karena profesi sebagai komikus tidak menjanjikan. Banyak sosok seniman yang sangai piawai di bidang komik tapi mencari nafkah di luar komik. Selain itu, ada juga pendapat dimana pembaca komik jenuh dengan jalan cerita yang melulu hitam-putih. Sehingga ketertarikan pada komik lokal luntur dan itu mencapai puncaknya pada tahun 90an.



Tetapi tidak lantas komik Indonesia berhenti bergerak sama sekali. Masih ada seniman komik dengan gaya gambarnya sendiri seperti Beng Rahardian, Benny & Mice, Tatsu Maki , Shinju Arisa dan Is Yuniarto.



Kelanjutan komik Indonesia juga mengarah pada soal penerimaan generasi muda, khusunya pecinta jejepangan terhadap komik Indonesia. Bagaimana apresiasi mereka terhadap komik Indonesia? Akankah komik Indonesia harus mati dengan gempuran soft power yang begitu kuat saat ini?. Di sisi lain, ada keyakinan bahwa komik Indonesia akan tetap eksis dan survive dengan caranya sendiri.



Tak ada alasan untuk tidak meminati komik dalam negeri. Apalagi, genre komik Indonesia saat ini sangat beragam. Seniman komik tak lagi rame-rame mengeksploitasi satu tema berbarengan. Saat ini komik Indonesia punya banyak pilihan, mulai cerita wayang, komik fantasi, komik kehidupan, Detektif, Horor sampai Komedi, semuanya ada.



Boleh suka komik asing, tapi tetap jadikan komik Indonesia sebagai Tuan Rumah di negeri Sendiri…yuk baca dan koleksi komik kita sendiri….





sumber : disini</div></div></div>

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 04:54 AM.


no new posts