Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 10th July 2011
librilz's Avatar
librilzVIP
Ceriwis VIP
 
Join Date: Mar 2011
Posts: 15,788
Rep Power: 92
librilz is Ceriwis Prophetlibrilz is Ceriwis Prophetlibrilz is Ceriwis Prophetlibrilz is Ceriwis Prophetlibrilz is Ceriwis Prophetlibrilz is Ceriwis Prophetlibrilz is Ceriwis Prophetlibrilz is Ceriwis Prophetlibrilz is Ceriwis Prophetlibrilz is Ceriwis Prophetlibrilz is Ceriwis Prophet
Default Adibusana Tetap Memesona

TAHUN 2011 dinilai menjadi kebangkitan haute couture. Hal ini ditandai dengan meningkatnya permintaan adibusana yang eksklusif, niche, dan sarat nilai seni.

Di Paris, cerita mode tidak hanya berpusat seputar persidangan John Galliano, melainkan juga tentang haute couture, industri adibusana yang tidak pernah kehilangan daya tarik. Dua tahun lalu, saat resesi melanda dunia, banyak pihak yang berspekulasi mengenai kejatuhan dunia couture. Bagaimana tidak, dengan harga sepotong gaun yang mencapai ratusan ribu dolar saat ekonomi sulit, bukan tidak mungkin banyak rumah mode elite yang gulung tikar.

Christian Lacroix salah satunya. Couturier Prancis itu terpaksa menyatakan diri bangkrut dan mundur dari dunia adibusana. Sementara, rumah mode Givenchy mengambil strategi lain untuk bertahan dengan menggelar pertunjukan privat bagi klien pilihan.

Kendati terpukul cukup berat oleh resesi dan iklim ekonomi yang tidak menentu, couture tetap bisa bertahan. Industri mode yang menitikberatkan pada eksklusivitas, simbol status, dan pernyataan gaya itu ternyata masih punya daya tarik bagi konsumen. Karenanya, tak heran bila beberapa pelaku mode berpendapat bahwa niche mode yang identik dengan karya seni itu akan terus bertahan.

Dan, 2011 menjadi tahun kebangkitan industri adibusana. Awal tahun, tepatnya pada bulan Februari ketika show couture spring/summer 2011 digelar, Alexander McQueen mengumumkan bahwa lini custom made mereka mendapat keuntungan yang signifikan. Hal itu disusul dengan berbagai pernyataan positif dari pelaku mode lain bahwa couture masih terus bernapas.

Pernyataan positif serupa juga dikemukakan Dior yang menambah jumlah kursi untuk pertunjukan haute couture mereka. Sementara, Caroline Le Borgne, Deputy Managing Director Jean Paul Gaultier, mengungkapkan bahwa permintaan couture kembali meningkat. Sikap positif terhadap daya tarik couture itu juga kembali terlihat di pergelaran Paris Haute Couture Fall/Winter 2011 yang baru saja dihelat.

Bahkan, ketertarikan terhadap couture bisa dibilang semakin menguat berkat �bumbu� Bill Gaytten yang menggantikan posisi John Galliano untuk Dior, juga kehadiran Giambatista Valli dan Azzedine Alaia yang melakukan debut di panggung couture.

Tentu saja nama-nama �penggede� seperti Giorgio Armani, Jean Paul Gaultier, Karl Lagerfeld, dan Ricardo Tisci terbukti menghipnotis ratusan pasang mata dengan gaun-gaun indah bernilai seni tinggi. Di bawah nakhoda Gaytten, Dior menyajikan pop culture dan siluet konstruktif yang terinspirasi dari gaya arsitektural Frank Owen Gehry, pencipta Museum Guggenheim di Bilbao, Spanyol. Dibandingkan dengan era Galliano, koleksi yang disuguhkan Gaytten jelas berbeda.

Sayangnya, kendati tetap meniupkan napas artistik bercampur sentuhan kontemporer, Gaytten dianggap gagal menyampaikan sisi �liar� yang kerap menjadi daya tarik rancangan Galliano. Reuters dalam artikelnya mengatakan, koleksi Gaytten untuk Dior mungkin bisa menyenangkan pembeli dengan permainan warna, namun gagal meyakinkan para pencinta Dior bahwa label tersebut bisa terus berjalan tanpa sosok kuat sebagai desainernya.

Pelanggan baru adibusana

Pengamat mode Muara Bagdja menuturkan, industri adibusana bisa jadi memang terdesak oleh industri busana siap pakai

�Tapi, dengan terus digelar peragaan adibusana, artinya tetap ada sesuatu yang besar di baliknya. Kalau tidak, mana mau rumah-rumah mode menggelar koleksi adibusana yang harga sepotongnya bisa ratusan juta, bahkan miliaran, kalau tidak ada peminat,� sebutnya.

Dia menilai industri adibusana akan terus berjalan. �Selama masih ada yang menghargai busana kelas inggil itu, bukan sekadar sebagai benda pakai, tapi memiliki nilai mahakarya seni di dalamnya,� imbuh Muara.

Apa yang dikatakan Muara terbukti dengan angka. Armani Prive, label couture milik Giorgio Armani, meraup peningkatan sebesar 45 persen pada awal 2011 berkat konsumen dari Timur Tengah yang menaruh minat besar terhadap couture.

�Kami punya banyak konsumen baru di Timur Tengah berkat show kami di Dubai,� kata Deputy Chairman Armani John Hooks.

Givenchy pun ikut melaporkan kenaikan penjualan. CEO Givenchy Fabrizio Malverdi menyebutkan adanya peningkatan penjualan sebanyak 10 persen di lini adibusana.

�Klien bertambah karena pendekatan intim yang kami lakukan dengan private show. Kami mendapat banyak respons positif dari klien di Timur Tengah juga permintaan baru dari konsumen China,� paparnya.

Bahkan, dalam artikel yang ditulis Julia Robson dari Telegraph, saat ini konsumen adibusana bukanlah kaum borjuis dari Eropa ataupun Amerika, melainkan China, India, dan Timur Tengah.

�Sudah bukan rahasia bahwa kini mata uang couture bergeser dari dolar dan euro menjadi yuan, rupee, dan real, serta daftar A-list haute couture berubah dari duchess dan countess menjadi putri-putri Arab dan bangsawan Asia,� tulis Robson.

Pendapat Robson senada dengan Muara Bagdja. �Soal tampilan, itu yang kemudian mengikuti zamannya. Adibusana Valentino di tangan dua perancangnya sekarang, terlihat menjadi ringan dan muda karena pelanggannya bukan lagi nyonya-nyonya kaya, tapi sosialita sampai artis generasi baru,� katanya.
Source


  #2  
Old 21st February 2019
indah75's Avatar
indah75
Senior Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2016
Location: Klaten
Posts: 5,189
Rep Power: 16
indah75 mempunyai hidup yang Normal
Default

Yang namanya busana tetaplah banyak dicari...apalgi adibusana tetap tak kalah oesonaynya....mempunyai segmen terendiri.
Sponsored Links
Space available
Post Reply

« Previous Thread | Next Thread »



Switch to Mobile Mode

no new posts