Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 31st July 2011
vals's Avatar
valsVIP
Super Moderator
 
Join Date: Apr 2011
Posts: 3,914
Rep Power: 50
vals has disabled reputation
Thumbs up Menjadi Pribadi yang Manusiawi

Refleksi atas Proses Menjadi Pribadi yang Manusiawi


Apa yang Menjadi Pergumulanku Sebagai Manusia?

Menjadi Pribadi yang Bernilai dalam diri : Pergumulan antara Rasio dan Intuisi

Saya adalah seorang pribadi yang berkarakter keras dan cenderung reaktif dan emosional. Hal itu amat Nampak dalam pergaluan, saya cenderung tidak terlalu peduli dengan aturan yang dibuat oleh orang lain. Kadang juga saya berbicara terlampau spontan dan oleh karena itu saya cenderung dinilai sebagai orang yang tidak perduli dengan perasaan, hal-hal pribadi dan nilai-nilai orang lain. Waktu masih kecil hingga besar memang saya adalah anak yang suka mencari dan menarik perhatian.

Hal itu saya temukan dalam refleksi sehari-hari. Terkadang saya bertindak lebih dengan menggunakan rasio, pikiran sehingga kadang-kadang memang saya cenderung defensif. Saya kurang memperhatikan penggunaan afeksi dan emosi sehingga kelihatannya cenderung individualistik. Tanpa saya sadari secara benar terkadang memang hal itu membawa dampak dalam diri saya, yaitu nilai yang tersembunyi dalam diri adalah nilai yang diperoleh dari refleksi rasio. Padahal nilai itu yang menentukan dan mempengaruhi segala tindak tanduk serta keinginan dan harapan yang mau dicapai. Menurut saya idealnya seorang manusia terletak pada keseimbangan antara rasio dan afeksi. Dengan demikian dalam diri saya saya dan sesama dapat menemukan ‘keberadaan’ yang holistik.

Keseimbangan antara rasio dan afeksi itulah yang saya maksudkan dengan intuisi. Intuisi ini yang dapat memberikan penempatan aksi yang proporsional sebagai seorang person (Pribadi). Intuisi itu yang dapat menghantar manusia pada suatu pemahaman, bahwa sebagai individual saya hidup bersama dengan individu-individu lain, dan sebagai makhluk sosial saya adalah seorang individu yang memiliki karakteristik dan kekhasan tersendiri. Dalam pada itu saya menjadi pribadi yang tidak terlalu individualis, tapi juga tidak terlalu sosialis.

Intuisi atau keseimbangan antara rasio dan pikiran ini yang menjadi sumber utama agar seorang manusia bisa beriman dengan benar dan proporsional. Dalam hal itu saya hendak menjadi seorang beriman yang kritis untuk menjelaskan imannya hingga pada suatu titik tertentu saya bisa menerima kebenaran iman yang selalu terasa dalam pengalaman. Saya juga bisa masuk dalam ‘ruang kudus’ atau ‘sacredness’ yang ditinggali oleh Roh Allah sendiri.

Manfaat yang Ditimba dan Ditemukan dalam Pergumulan

Pergumulan saya menjadi seimbang dalam pikiran dan perasaan ini menghantar saya pada suatu kesimpulan bahwa saya adalah seorang manusia yang rapuh dan tidak berdaya. Dalam kehidupan sehari-hari saya harus mengarahkan pikiran, perasaan dan tenaga pada nilai diri yang absolut, yaitu Allah sendiri. saya makin sadar bahwa saya adalah makhluk ciptaannya, yang memilik tujuan atau panggilan yang ditetapkan dan ditentukan oleh Tuhan sendiri. Hal itu hanya akan ditemukan dalam keterlibatan dan kebersamaan dengan orang lain serta kemampuan untuk masuk ke dalam diri sendiri dalam keterlibatan Tuhan juga.

Cara yang Saya Gunakan untuk Melempar Diri

Cara yang saya gunakan agar dapat melempar diri untuk menuju pada suatu kondisi:menjadi pribadi yang memiliki nilai dalam dirinya adalah dengan Doa, Meditasi, Kontemplasi dan Refleksi. Dengan doa saya memberi waktu bagi diri saya sendiri untuk dapat berbicara dan Tuhan. Dengan meditasi dan kontemplaisi saya diberikan kesempatan untuk mendengarkan suara dan bahkan mengalami dengan sadar kehadrian Tuhan. Dengan refleksi saya bisa lebih masuk ke dalam diri saya, untuk memantulkan pengalaman saya sehingga saya bisa sampai pada kesadaran diri yang mendalam.

Sudah Sampai Dimana Saya dan Bagaimana Hasilnya?

Dengan empat aktivitas itu saya dihantar pada kesadaran yang mendalam akan diri sendiri. Kesadaran diri yang berdasar pada keseimbangan antara pikiran dan perasaan. Walaupun dalam kenyataan yang terjadi saya merasa bahwa saya harus banyak berjuang. Saya masih jatuh bangun dan masih harus berproses. Saya masih harus berjuang dengan situasi diri dan juga situasi sosial dimana saya berada. Saya masih harus melempar diri kea rah mana saya bisa menemukan motivasi yang murni dalam panggilan dan dalam kehidupan sebagai seorang pribadi yang bernilai.

Kadang-kadang saya masih menjadi pribadi yang emosional dan reaktif, saya cenderung masih menjadi pribadi yang spontan yang tidak peduli akan nilai-nilai dalam diri orang lain. Saya masih menjadi pribadi yang kurang menghayati nilai-nilai dalam kepribadian diri cendiri. Gejolak emosi yang terkadang kurang stabil memang cenderung membuat diri saya cenderung punya pengendian diri. Situasi-situasi seperti iu cenderung membuat saya kurang menghayati nilai dalam diri, kurang menghayati akan panggilan saya sendiri untuk menjadi pribadi yang baik dan bernilai di mata Tuhan.

Walaupun begitu saya juga harus mengakui sudah ada hal-hal positif yang saya sudah capai dalam hidup. Saya merasa bahwa komitmen saya untuk meningkakan bakat dalam diri makin terlihat. Hidup studi saya makin membaik setelah sempat anjlok. Sampai sekarang saya selalu berusahan untuk mengatur dan memanfaatkan waktu studi yang diberikan oleh sekolah dan komunitas secara maksimal. Hasil yang terlihat seperti misalnya tugas-tugas yang dituntut dapat dikumpulkan tepat waktu dengan tidak terlalu mengganggu waktu kebersamaan saya dengan teman-teman sekomunitas. Dengan banyak membaca dan refleksi, saya merasa pola pikir saya akan banyak hal mengalami perkembangan yang pesat.

Tetapi semua hal itu belumlah cukup untuk mengatakan bahwa saya sudah menjadi pribadi yang bernilai. Saya merasa bahwa saya masih harus menggali lebih dalam lagi tentang motivasi diri dalam hidup dan menjalani panggilan sebagai seorang calon imam, saya masih harus bergerak ke tempat yang lebih dalam lagi sehingga semua bakat dan kelemahan juga dapat dimaknai secara proporsional sebagai pribadi yang bernilai. Pribadi yang bernilai juga adalah pribadi yang tidak dengan gampang terikat dengan harta duniawi. Namun dalam proses ini saya selalu bersyukur bahwa dalam langkah demi langkah saya terus menerus berproses. Dalam arti itu saya hendak mengatakan bahwa saya bersyukur bahwa saya sudah sadar bahwa saya adalah pribadi yang bernilai di mata Tuhan dan sesama.

__________________
ﷲ ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ ☭ ✌


Last edited by vals; 31st July 2011 at 07:49 AM.
Sponsored Links
Space available
Post Reply

« Previous Thread | Next Thread »



Switch to Mobile Mode

no new posts