Ganteng-ganteng Kok Ngojek

**azharmaice**

Sehabis pulang dari kantor, cowok ganteng itu nongkrong di tempat dulu biasa dia kongkow dengan temen-temennya. Kebetulan, pas datang ke situ, ada beberapa orang yang sedang duduk-duduk di kursi kayu yang terletak di pinggir jalan. Padahal biasanya sepi, semenjak facebook menjadi wabah yang tidak tertahankan lagi di zaman ini.

Bukanlah salahnya facebook hingga menjadikan teman-temannya sedikit demi sedikit menjadi jauh. Namun pribadi manusianya yang seperti terjangkiti penyakit teknologi. Dimana ketika sedang kumpul-kumpul, hampir semuanya pada ‘autis’. Asyik dengan henponnya masing-masing. Ada yang sedang update status, ada yang sedang membaca komen dan berbagai macam aktivitas lainnya.

Sehingga hampir bisa dikatakan kumpulnya mereka diibaratkan sedang kumpulnya orang yang tidak saling kenal. Masing-masing saling mengacuhkan yang lainnya. Namun anehnya, ketika mereka pulang. Malah pada ngobrol di facebook. Saling mengomentari status atau mengirim pesan. Aih… penyakit aneh yang harus segera diobati!!!

Kembali ke cerita. Ada dua orang yang sedang duduk di bangku itu. Status mereka sudah pada menikah. Dan sepengetahuannya, kedua orang itu, tidak pernah asyik dengan henponnya masing-masing. Entah karena gaptek, atau memang mereka tidak suka untuk eksis di dunia maya. Jika mereka nongkrong, ya nongkrong. Ngobrol-ngobrol, seperti kebiasaan orang sedang kumpul-kumpul layaknya. Pantesan, ada orang nongkrong, pikirnya.

Salah seorang temannya sedang memegang pancingan. Membuat si Ganteng ini tertarik. Setelah pesan kopi di warung depan, diapun duduk di bangku yang tersedia. Kemudian terlibat pembicaraan dengan mereka berdua dengan topik alat pancing dan kisah mancing.

Lagi asyiknya mereka ngobrol, tiba-tiba seorang perempuan muda langsing dan manis lewat. Kontan saja si ganteng yang memang sedang jomblo menggoda.

“Ojek, Mba?” ucapnya sambil senyum-senyum tanpa niat serius.

“Iyah, ada?” jawab cewek itu membuat yang nongkrong blingsatan. Karena merekapun tahu maksud si ganteng itu apa. Hanya menggoda saja. Namun ternyata cewek itu menganggap serius godaan itu.

“Tuh mau, ayo anterin. Lumayan buat beli kopi,” kata salah seorang temennya.

“Ya sudahlah kalau begitu, saya anterin,” ucap si Ganteng sambil senyum-senyum geli. Temen-temennya pun pada ikut nyengir kuda.

“Mau kemana Mba?”

“Ke depan Mas”

“Oke kalau begitu” kata si Ganteng sambil menghidupkan motor. “Sudah?” tanyanya ketika si cewek itu naik ke atas motor.

“Sudah,” jawabnya

“Kalau sudah, turun dong,” canda si Ganteng. Sedang si ceweknya hanya senyum-senyum saja.

Disepanjang perjalanan mereka ngobrol.

“Mas, kok mau sih ngojek?” tanya si cewek itu.

“Memang kenapa?” si Ganteng malah balik nanya.

“Kan si Mas, ganteng. Biasanya orang ganteng, gengsi untuk ngojek”

“Wek wek wek… saya ngeri kalo si Mbak bilang saya Ganteng. Bisa-bisa nanti gratis nih ojeknya”

“Hahaha… si Mas ini bisa saja. Jadi jawabannya apa”

“Begini Mba. Walau saya ganteng, tapi saya mau ngojek karena uangnya halal. Daripada udah mah jelek, korupsi lagih. Gak ada yang bisa dibanggain… wek wek wek”

“Ih, sudah ganteng lucu juga nih si Mas”

“Bukan Mba doang loh yang bilang saya ganteng, jadi nggak ngaruh pujiannya. Tetep aja ojeknya bayar… hahahaha”

“Hihihihi…. ,” si cewek pun ikut tertawa.

Akhirnya mereka tiba di tujuan.

“Mas, gak apa-apa recehan kan?” tanya si cewek ketika sudah turun dari motor.

“Gak apa-apa yang penting uang,” jawab si Ganteng.

“Nih 3000, makasih yah”

“Kembali, hati-hati di jalan”

“Iyah,” jawab si cewek sambil melangkah menuju halte Trans Jakarta.

Kembali ke tempat nongkrong si ganteng cengar-cengir.

“Kirain, dia kagak mau naek ojek,” ucapnya sambil duduk.

“Hahaha… lumayan rezeki. Ngomong-ngomong dia nanyain nomor HP gue nggak?” tanya temennya.

“Hahaha…. kagak. Dia nanyain apa gue mau nikah nggak sama dia,” jawab si ganteng tak mau kalah ngaco.

“Sialan luh, bisa aja jawabnya. Yuk ngopi lagi”

“Ayooooo”

Demikian kisah si ganteng pada sore hari itu. Kisah ini adalah kisah nyata dibalut dengan fiktif. Dengan tujuan sebagai hiburan. Saya memohon agar pembaca tidak menuduh bahwa tokoh utama dalam cerita ini yaitu si Ganteng adalah saya. Karena saya tidak butuh tuduhan, tapi butuh pengakuan wek wek wek.

SUMBER

Terkait: