| FAQ |
| Calendar |
|
|
|||||||
| Digital Photography A place for all lovers of digital photography! |
 |
|
|
Thread Tools |
|
#1
18th September 2010
|
||||
|
||||
Mencari pembenaran keunggulan digital
Oleh Arbain Rambey Berapa megapikselkah batas atas fotografi digital nantinya? Pertanyaan tersebut pantas mengemuka karena kemampuan rekam kamera digital yang ada di pasaran saat ini semakin besar dan besar saja. Pada tahun 1997, kamera digital profesional terbaik seharga 16.000 dollar AS hanya berkemampuan rekam 1 megapiksel. Pada September 2007, alias sepuluh tahun kemudian, kamera saku digital berharga kurang dari Rp 5 juta sudah ada yang berkemampuan rekam 12 megapiksel. Pada satu sisi, harga kamera digital memang berbanding lurus dengan megapikselnya walau harga total memang terus turun. Pertanyaan yang lebih mendasar adalah, apakah jumlah megapiksel saja yang memengaruhi mutu gambar? Juga, benarkah fotografi digital sudah bisa mengalahkan fotografi film large format? Digital versus film 10 x 12 Menarik menyimak percobaan yang dilakukan Charles Cramer (www.charlescramer.com), seorang fotografer profesional dari AS yang sudah 30 tahun lebih memakai kamera film format besar dengan film lembaran berukuran 10 cm x 12,5 cm. Cramer juga terkenal sebagai master dye transfer, salah satu cara terbaik mencetak foto warna di era film. Cramer selalu yakin bahwa fotografi film dengan format besar tidak akan bisa dikalahkan fotografi digital dalam hal ketajaman dan detail. Namun, pendapatnya itu berubah total saat seorang temannya memperkenalkan Digital Back Phase One P45 kepadanya akhir tahun lalu. Cramer lalu melakukan perbandingan lapangan yang dituangkannya di alamat http://www.luminous-landscape.com/essays/Cramer.shtml. Dalam situs itu, Cramer membukakan mata publik bahwa kematian fotografi film memang sudah terjadi. Fotografi digital terbukti mengalahkan fotografi film format besar walau masih di ukuran terkecilnya. Akan halnya P45, benda ini ibaratnya mobil Rolls Royce dalam dunia otomotif. Dengan harga sekitar Rp 400 juta per buahnya (belum termasuk kamera dan lensanya yang berharga sekitar Rp 50 juta), benda ini merupakan high end di fotografi digital komersial saat ini. Sungguh, hanya seorang profesional yang mampu dan mau membelinya. Sebagai perbandingan, kamera digital 135 semi-profesional saat ini berharga sekitar Rp 10 juta, sementara format 135 yang kelas profesional sekitar Rp 25juta sampai Rp 80 juta. Dengan kemampuan rekam P45 yang 39 megapiksel, banyak orang lebih memilih membeli kamera digital format 135 berkemampuan 26 megapiksel yang harganya hanya seperenamnya saja. Sekadar catatan, P45 mempunyai bidang rekam setara film medium format (60 mm x 60 mm), sementara kamera digital 135 terbaik saat ini mempunyai bidang rekam 24 mm x 36 mm. Akhirnya, masalah ukuran sensorlah yang kemudian jadi tolok ukur. Di kelas 135 sendiri, full frame dan bukan full frame telah menciptakan jurang harga yang lebar sekali. Ukuran sensor yang lebih besar memang membuka peluang untuk ukuran piksel yang lebih besar. P45 punya ukuran piksel 6,8 mikron x 6,8 mikron, jauh lebih besar daripada ukuran piksel kamera-kamera digital umumnya yang ada di pasaran yang berkisar 3 sampai 5 mikron saja. Uji coba Kompas pada P45 di Primacolor Studio, Jakarta, pekan lalu, walau hanya sekilas, menunjukkan "kedalaman" foto yang dihasilkan P45. Dengan menempel pada kamera Hasselblad 503CW dan lensa Hasselblad 100 mm, pemotretan sekilas seperti memakai kamera film medium format di masa lalu. Dari sebuah pembesaran ekstrem (lihat foto 1), terlihat bahwa pembesaran yang dilakukan hanya di bagian mata model masih menghasilkan gambar yang tajam dan sempurna. Uji coba JPEG Selain itu kedalaman detail sebuah foto secara kasar bisa dibuktikan dengan penyimpananlewat format JPEG. Format penyimpanan JPEG sulit mengecilkan ukuran file kalau sebuah foto itu banyak detailnya, atau punya kedalaman detail yang panjang. Sebuah foto dari P45 setelah dikecilkan menjadi 6 megapiksel memiliki ukuran file JPEG jauh lebih besar daripada sebuah foto 6 megapiksel dari kamera 135 umumnya walau ISO dan obyek foto relatif sama. Kemudian, pertanyaan yang juga layak mengemuka adalah, benarkah P45 diperlukan apalagi dengan harganya yang setinggi itu? Kompas memang belum pernah membandingkan cetakan superbesar antara hasil kamera 135 kelas 26 megapiksel dan hasil P45. Akan tetapi, memelototi sebuah wallpaper toko pakaian di Grand Indonesia yang dibuat memakai P45, terasa seperti melihat sebuah foto dari negatif yang besar. Halus dan natural. P45 bisa dikatakan batas atas fotografi digital komersial saat ini. Seorang fotografer yangmendapat kerja besar dengan imbalan besar tentu tidak akan main-main dalam memilih peralatannya. Dalam fotografi digital, kalimat ini tidak pernah salah: "Ada harga, ada mutu." 
|
|
|
|
