FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Health Mencegah lebih baik dari mengobati. Cari tahu dan tanya jawab tentang kesehatan, medis, dan info dokter disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Foto: Corbis DEMAM merupakan mekanisme alamiah tubuh dalam menetralisasi virus yang masuk. Namun, ada yang kurang tepat dalam hal penatalaksanaan demam. Masyarakat sering kali menganggapnya sebagai sesuatu yang lumrah. Akibatnya, sikap mengobati sendiri menjadi kecenderungan mayoritas masyarakat Indonesia (swamedikasi). Tidak jarang para ibu memilih obat antidemam secara acak dengan bekal wawasan ihwal obat yang seadanya dan terbatas "Umumnya, banyak orangtua yang melakukan pengobatan sendiri dengan memberikan anak mereka obat penurun demam yang dijual bebas tanpa mengetahui kandungan obat dan indikasi kontra dari obat tersebut," ungkap dokter umum Handrawan Nadesul. Obat antidemam (antipyreticum) biasanya memang dijual bebas. Beberapa golongan yang beredar di pasaran meliputi parasetamol (nama lain acetaminophen atau APP), asam salisilat (acetylsalicylate acid) dan ibuprofen. Perbedaan terletak pada derajat antidemam dan antinyeri, selain efek sampingnya. Kendati sama-sama obat pereda panas, tidak semua jenis obat ini sama berfungsi sama untuk semua kasus demam. Jadi indikasi pemakaian juga harus tepat. "Karenanya secara medis diperlukan sikap memilih yang bijak," ujarnya. Berdasarkan rekomendasi WHO pada 1997, pemakaian obat antidemam golongan parasetamol lebih tepat untuk meredakan demam DBD. "Obat pilihan pertama untuk menurunkan demam pada dengue adalah parasetamol. Hal ini harus diikuti dengan asupan cairan yang cukup seperti oralit, jus buah, dan susu," kata dokter spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM, dr Hindra Irawan Satari SpA(K) M Trop Med. Dia menegaskan, dalam hal menurunkan panas, parasetamol mungkin kalah dengan golongan penurun panas lainnya, tapi jauh lebih aman bagi anak-anak. Pendapat ini dibenarkan dosen Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta, Nurlaila Indarto Msi Apt, yang juga tidak menganjurkan pemberian obat demam yang mengandung ibuprofen bagi anak-anak. "Selain itu, obat dengan kandungan asam asetilsalisilat bisa mengiritasi lambung, sebab sifatnya asam. Akibatnya bisa menurunkan trombosit sehingga terjadi trombosipeni," ungkapnya. Dosen yang mengajar mata kuliah Toksikologi ini menyarankan para ibu untuk segera membawa anaknya ke dokter atau melakukan pemeriksaan darah di laboratorium, jika dalam 1-2 hari demam tidak kunjung turun. Selain itu, jika ada ibu yang hendak membeli obat demam, hendaknya apoteker maupun petugas apotek menanyakan dengan detail gejala dan kondisi demam si anak (misalnya anak sudah demam berapa lama? Apakah anak sedang tumbuh gigi? apakah ada peradangan?. Banyaknya merek obat penurun panas tidak dimungkiri terkadang membuat ibu bingung memilih produk yang tepat. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan ibu tidak memperhatikan kandungan bahan aktif dari obat antidemam yang dibelinya, yang paling utama mereka perhatikan adalah tanggal kedaluwarsanya. Selain itu, ada pula yang mengklaim semua obat antidemam itu berbahan dasar parasetamol. (sindo//tty) /no1 ![]() |
![]() |
|
|