FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() Konsumtifisme Dan Alam ![]() Tentunya sangat memprihatinkan kita semua membaca dan mendengar dan rusaknya hutan di berbagai belahan bumi manusia yang seharusnya kita jaga kelestariannya karena hutan adalah paru-paru dunia yang kita pijak. Oksigen dihasilkan olehnya. Bisa dibayangkan bila hutan kita hilang dan musnah akibat ulah kita sendiri. Bagaikan manusia yang kehilangan paru-parunya. Ia menjadi tidak berdaya dibuatnya, karena kehabisan oskigen yang merupakan bahan bakarnya. Ada berbagai macam penyebab yang dapat kita tudingkan. Akan tetapi yang sudah pasti adalah manusia sendiri. Dorongan dan motivasi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan faktor penggerak yang utama. Alam menyediakan segala sesuatu bagi manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Pemuasan dan pemenuhan kebutuhan itu tentunya mempunyai kaitan langsung dengan pola hidup konsumtif masyarakat dewasa ini. Hal ini sejalan dengan makin tumbuh pesatnya kebutuhan-kebutuhan masyarakat akibat kemajuan teknologi. Teknologi modern menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru yang sma cepatnya dengan kemajuan teknologi itu sendiri sehingga dampaknya terhadap pola hidup konsumtif masyarakat dapat langsung dirasakan. Kondisi ini masih ditambah lagi dengan semakin gencarnya produsen mengiklankan produknya tanpa memikirkan sampai sejauh mana suatu barang memang benar-benar dibutuhkan oleh konsumen. Manusia membutuhkan alam untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang tanpa batas itu. Alam yang dianggap sebagai modal atau aset yang tidak dapat diperbarui (unrenewable). Kalaupun manusia dapat melakukannya, hal itu tidak lebih hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan kekayaan alam yang ada. Dorongan untuk mengkosumsi suatu barang begitu hebatnya hingga melenyapkan kesadaran kita akan keterbatasan alam secara fisik. Ingat lubang oson yang makin membesar, efek rumah kaca, merembesnya air laut ke dalam air tanah dan masih banyak lagi contoh konkrit lainnya yang dapat kita perhatikan di dalam kehidupan sehari-hari. Jelaslah fakta-fakta menunjukkan, bahwa pola hidup konsumtif masyarakat yang cenderung berlebihan sebagai akibat terciptanya kebutuhan-kebutuhan baru mempunyai hubungan langsung dengan dengan semakin rusaknya alam lingkungan kita. Kedua kondisi tersebut di atas berbeanding lurus satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi. Untuk memproduksinya sudah tentu membutuhkan modal yang diperoleh dari alam. Bahan mentah diolah menjadi bahan jadi dan minyak bumi yang digunakan sebagai penggerak roda mesin di dalam proses tersebut adalah dua contoh kegiatan ekonomis utama yang bisa kita amati sehari-hari. Satu hal lagi yang paling besar perannya adalah manusia di dalam kapasitasnya sebagai pengubah dan bagian dari alam itu sendiri. Manusia yang memegang peran kunci di dalam menyelematkan alam haruslah segera bertindak. Terutama sekali di dalam meredam kebutuhan yang timbul akibat keinginannya untuk memenuhi nafsu serakah mengkonsumsi barang secara berlebihan. Kita harus mengurangi atau minimal membatasinya. Hal lain yang ikut memperburuk keadaan ini adalah pemahaman yang tergesa-gesa oleh para teknokrat perekonomian tentang kemakmuran yang dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi yang pesat. Tentunya dengan pemahaman yang demikian iklim produksi dan konsumsi barang dipacu hingga mencapai titik tertinggi. Akan tetapi bukan serta-merta kita berarti setuju dengan tidak adanya pertumbuhan ekonomi ( zero economic growth). Yang harus kita lakukan sekarang adalah bagaimana mencari jalan keluarnya agar modal alam dalam tinjauan ekonomis tidak lekas habis untuk proses produksi agar dalam proses produksi dan konsumsi tidak menimbulkannya dampak rusaknya alam dan masyarakat menyadari bahaya mengkonsumsi barang secara berlebihan terhadap alam. Kendala yang mungkin muncul dalam mewujudkan gagasan di atas akan datang dari para produsen. Mereka tentunya tidak ingin nafsu konsumtif masyarakat hilang atau berkurang karena hal ini akan berakibat langsung terhadap kelangsungan usahanya. Kiranya perlu ditegaskan kembali petuah bahwa perjuangan harus meminta korban kepada mereka. Korban yang harus kita relakan untuk tujuan mulia ini tidak lain adalah nafsu serakah, iri, dan ambisi untuk mengumpulkan harta dan kemewahan sebanyak-banyaknya. Kemajuan teknologi moderen hendaknya digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan alam lingkungan dalam arti yang seluas-luasnya. Kuantifikasi produksi dan konsumsi hanya akan mempercepat proses perusakkan aalam. Demikian pula halnya dengan kemajuan teknologi moderen harus diarahkan kepada agar tidak mempercepat penghisapan modal alam dan penyalahgunaannya oleh para mania pertumbuhan (mania growth). Bahkan sekarang dapat kita lihat dan amati bagaimana teknologi itu digunakan untuk menggalakkan nafsu konsumtif masyarakat lewat media massa elektronik dan cetak. Pengaruhnya terhadap alam bawah sadar kita begitu hebatnya sehingga tidak disadari barang-barang yang kita konsumsi telah melebihi dari apa yang sebenarnya kita butuhkan. Egoisme kita telah dibangkitkan begitu hebatnya di dalam alam kapitalisme ini, di mana sifat-sifat iri, serakah dan ambisi mendapatkan tempatnya yang sangat menonjol. Namun demkian tidak bisa kita pungkiripula bahwa alam kapitalisme yang telah memberikan iklim kebebasan tersebut mempunyai andil besar di dalam mencapai kemajuan peradaban moderen seperti terjadi di negara-negara Eropa dan Amerika. Nafsu-nafsu itu menjadi stimulus untuk maju dan berkembang, yang di dalam tulisan ini dimaksudkan sebagai pengejawantahan nilai-nilai ekonomis. Nilai-nilai ekonomis yang menguasai sebagian besar masyarakat inilah yang dikira dapat memakmurkan dan menyejahterakan hidup manusia. Padahal pengumbaran nafsu-nafsu itu hanya akan merusak dan menghancurkan alam serta kemanusiaan kita. Bila harta kekayaan kita semakin bertambah tidak terkendali dan terbatasi, maka semakin tidak terkendali pula pertambahan barang yang kita konsumsi. Janganlah kita menunggu sampai alam meranggas, dan lantas kemudian kita baru menyadari dan bertindak untuk menyelamatkannya. Semua sudah begitu jelas terlihat di dalam fakta-fakta. Banyak sudah ajaran agama, filsafat dan karya-karya sastra yang mengingatkan kita akan bahayanya nafsu yang tidak terkendali. Bahkan pemerintah kita pun pernah mencanangkan pola hidup sederhana yang sekarang tidak terdengar lagi gaungnya karena tertelan hingar-bingarnya kehidupan kaum urabn yang penuh dengan kemewahan dan kekayaan. Leo Tolstoy dala bukunya Confession pernah mengatakan, bahwa jika ia tidak mempercayai nilai dari hal-hal yang berhingga, maka ia akan mempercayai nilai dari hal-hal yang tak berhingga atau mati. Kiranya patut kita ketahui juga apa dikatakan secara bijak oleh Plato, filsuf dari jaman Yunani kuno: “Kemiskinan itu bukanlah berarti berkurangnya harta milik kita, melainkan karena meningkatnya kerakusan kita.” Satu petuah lain yang tak kalah bijaknya datang dari seorang pejuang anti kekerasan dari India, yakni Mahatma Gandhi: “Alam menyediakan segala kebutuhan manusia, tetapi bukan untuk keserakahannya.” Mungkin inilah jawaban langsung dan nyata bagi masalah yang kita hadapi saat ini. Terkait:
__________________
ﷲ ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ ☭ ✌
Last edited by vals; 31st August 2011 at 12:15 PM. |
#2
|
||||
|
||||
![]()
hrus diganti bahannya dgn yg lain dlu klo ga daur ulang biar kita ga khabisan yg namanya kayu,ama yg lainnya yg mnyangkut prtumbuhan yg lama ndan
![]()
__________________
|
#3
|
||||
|
||||
![]()
sifat2 konsumtif selalu ada dalam diri manusia
yg ada tinggal bagaimana manusia menggunakan alam yg sdh tersedia secara bijak ![]() |
#4
|
||||
|
||||
![]() Quote:
apalagi cadangan minyak dunia sudah mulai menipis.. sehingga masing2 negara berusaha mencari sumber bahan bakar alternatif.. Quote:
kita sering lupa, ada bebebraoa barang/material yang tidak dapat diperbaharui... ![]()
__________________
ﷲ ☯ ✡ ☨ ✞ ✝ ☮ ☥ ☦ ☧ ☩ ☪ ☫ ☬ ☭ ✌
|
![]() |
|
|