Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Hindu

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 30th October 2011
NeKaBaKa's Avatar
NeKaBaKa NeKaBaKa is offline
Member
 
Join Date: May 2010
Location: Bali and Jogja
Posts: 65
Rep Power: 0
NeKaBaKa memiliki kawan yg banyakNeKaBaKa memiliki kawan yg banyakNeKaBaKa memiliki kawan yg banyakNeKaBaKa memiliki kawan yg banyak
Default Catur Asrama untuk Pencegahan HIV/AIDS

Oleh I Made Suniarta, S.Ag., M.Si.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mampu mengubah pola pikir dan tatanan kehidupan manusia. Jika pada zaman dahulu wawasan pemikiran manusia masih bersifat kedaerahan, belakangan ini hasil-hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong seseorang untuk berpikir dengan wawasan seluas-luasnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong pengembangan sarana transportasi, sehingga mampu memenuhi segala keinginan manusia untuk menjelajahi seluruh belahan dunia. Semua kemajuan tersebut pada akhirnya telah membawa dampak pada pola pikir/kecenderungan yang menganggap dunia ini sebagai satu-kesatuan yang integral, di mana antara satu belahan dunia dengan belahan dunia lainnya tidak lagi dibatasi oleh kondisi geografis yang selama ini menjadi pembatas dalam komunikasi antarorang-orang di satu wilayah tertentu dengan pihak-pihak yang berdiam pada wilayah tertentu lainnya. Kecenderungan ini dikenal dengan istilah kecenderungan global.

Ciri utama perkembangan global adalah adanya pergaulan yang tidak terbatas antarorang-orang di belahan bumi mana pun di dunia ini. Sebagai konsekuensinya dari berlakunya kecenderungan global tersebut tadi, tidak dapat dibendung lagi adanya saling mempengaruhi satu sama lainnya. Proses saling mempengaruhi tadi hampir di seluruh lapisan kehidupan, tidak saja untuk hal-hal yang positif, akan tetapi juga dalam hal-hal yang negatif, termasuk adanya penyebaran penyakit dari satu daerah ke daerah lainnya.

Contoh kongkretnya, tersebarnya HIV/AIDS yang semula ditemukan di negara-negara maju, kini telah merambat ke seluruh pelosok/penjuru dunia. Bahkan, penyakit tersebut juga telah melanda Indonesia dan Bali khususnya. Kenyataan tersebut sudah tentu menuntut negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Bali khususnya untuk mengantisipasi perkembangan penyakit tersebut.

AIDS merupakan sekumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus), yang berarti virus pemusnah kekebalan tubuh. Penyakit ini sudah terdapat hampir di semua negara berkembang. AIDS juga diartikan gabungan bermacam-macam penyakit, gejala dan tanda-tanda timbul karena adanya penurunan kekebalan tubuh. Seperti diketahui bahwa sistem kekebalan tubuh adalah untuk mempertahankan tubuh dari infeksi dan penyakit. HIV yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel-sel darah putih yang mempunyai peran utama dalam sistem kekebalan tubuh.

Dengan makin banyaknya sel darah putih dimatikan oleh HIV, akhirnya pertahanan tubuh manusia kian melemah, sehingga tidak sanggup lagi memerangi masuknya kuman, bakteri serta virus lainnya. Akibat selanjutnya dapat diduga bahwa penderita AIDS akan meninggal karena penyakitnya yang parah. Pada fase lanjut, HIV juga dapat menyerang sel otak dan susunan saraf tubuh secara langsung, sehingga menimbulkan gangguan mental dari koordinasi tubuh. Namun hingga kini belum ada vaksin yang dapat melindungi orang terhadap penularan HIV.

Obat yang diharapkan dapat menyembuhkan AIDS pun hingga kini belum ditemukan. Seperti AZT, ternyata hanya mampu menghambat HIV agar tidak cepat memperbanyak diri. Dan, efek samping dari penggunaan AZT yang berlebihan dapat menimbulkan penurunan berat badan pada penderita AIDS.

Sebenarnya virus HIV tidak mudah menular ke tubuh orang lain seperti virus influensa. Sedangkan cara penularan AIDS melalui hubungan seksual (homo maupun heteroseksual) dengan seorang yang tubuhnya mengidap HIV, transfusi darah yang terkontaminasi HIV, melalui alat suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tato, tindik) bekas dipakai orang yang mengidap virus AIDS, pemindahan virus dari ibu hamil yang mengidap virus AIDS kepada janin yang dikandungnya.

Secara medis pencegahan HIV dapat dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya menggunakan kondom sebelum melakukan hubungan intim, terutama bagi pasangan yang kemungkinan salah satunya sudah terinfeksi HIV. Sedangkan bagi yang belum terinfeksi diusahakan menghindarkan diri untuk tidak melakukan hubungan seks dengan cara berganti-ganti pasangan.

Selain itu, apabila melakukan transfusi darah harus bebas HIV, dengan menghindari transfusi darah yang belum dites, pemberian makanan dengan gizi cukup, menghindari anemi, menghindari kecelakaan, menghindari pendarahan yang berlebihan pada saat melahirkan, menghindari risiko-risiko untuk melakukan transfusi darah kalau tidak perlu.

Menghindari kehamilan bagi ibu yang terinfeksi HIV, karena adanya kemungkinan bayi yang akan lahir juga terinfeksi HIV. Di samping pengendalian infeksi, usaha ini mesti dilakukan oleh semua pihak yang melakukan pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter praktik swasta dan sebagainya, alat-alat medisnya harus disterilkan setiap selesai digunakan.

Sterilisasi khusus, alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan yang berhubungan dengan perdarahan harus disterilkan sebelum dipakai, termasuk dalam hal ini adalah alat-alat bedah, alat-alat pertolongan bayi, alat-alat pembuat tato dan lain sebagainya. Selain itu, orang yang akan disuntik semestinya tidak menggunakan jarum suntik yang sama. Namun kalau terpaksa sebaiknya alat-alat suntik tersebut direbus atau direndam dalam cairan cuci hama terlebih dahulu sebelum dipakai. Bahkan yang tak kalah pentingnya, menunda hubungan intim apabila terdapat luka-luka pada alat kelamin, vagina terlalu kering, kaku sehingga mudah terluka, melakukan hubungan oral apabila mulut sedang luka/infeksi dan sebagainya.

Agama Hindu pun mempunyai suatu konsep untuk mencegah penularan AIDS yang disebut dengan catur asrama. Yang ditekankan waktu orang memasuki masa brahmacari (orang yang menempuh masa belajar) dan masa grahastin (masa hidup berumah tangga/suami istri). Pada masa brahmacari, seseorang disarankan untuk melakukan brata (pantangan) yang mesti diikuti seorang brahmacarin yaitu dilarang mengadakan hubungan seksual dengan cara apa pun (sesama jenis, lawan jenis dengan tidak wajar) dengan menyia-nyiakan unsur-unsur sperma. Sebab, pantangan ini berkaitan erat dengan upaya belajar yang menjadi tugas utamanya.

Mengapa seorang brahmacarin dilarang melakukan senggama? Karena seorang brahmacarin belum mendapat pengesahan (baik secara horizontal maupun vertikal berupa wiwaha samskara (upacara perkawinan) sebagaimana layaknya seorang yang menjalani fase grehasta (hidup berumah tangga). Jadi apabila seorang anak melanggar larangan tersebut berarti ia akan memperoleh sanksi horizontal (dari masyarakat umum) dan yang lebih tragis lagi adalah sanksi vertikal (dari Tuhan) yang tak dapat dikenali wujudnya oleh manusia. Selain belum mendapat pengesahan, perbuatan itu pun (mengadakan hubungan seksual berarti menyia-nyiakan anugerah Tuhan, yang sesungguhnya semua (potensi) dapat ditingkatkan menjadi ojasakti (tenaga rohani yang luar biasa). Selanjutnya tenaga rohani tersebut dapat dimanfaatkan untuk mendukung suksesnya kegiatan belajar.

Dari logika tersebut kita menilai bahwa perbuatan menyia-nyiakan potensi adalah suatu perbuatan yang bodoh. Itulah yang perlu ditekankan kepada seorang brahmacarin dalam rangka menghindari diri (mencegah) penularan HIV/AIDS


Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 11:22 PM.


no new posts