FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]()
Nehemia adalah seorang tokoh penting dalam sejarah pasca-pembuangan orang-orang Yahudi sebagaimana yang dicatat dalam Alkitab. Ia diyakini sebagai penulis utama Kitab Nehemia. Ia adalah anak Hakhalyah, (Neh. 1:1) dan kemungkinan dari Suku Yehuda. Leluhurnya tinggal di Yerusalem, namun Nehemia tinggal dan berdinas di Persia. (Neh. 2:3). Ia pernah bekerja dengan memangku jabatan yang tinggi, yaitu sebagai seorang juru minuman raja. Namun, ketika ia mendengar bahwa orang-orang yang tinggal di Yerusalem berada dalam keadaan tercela dan dalam kesulitan besar, ia meninggalkan pekerjaannya dan pergi ke Yerusalem. Di sana ia diangkat sebagai bupati dan berhasil membangun tembok kota Yerusalem.
Nehemia disamakan dalam sebuah hagada dengan Zerubabel, yang dianggap sebagai nama samaran Nehemia dan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa ia lahir di Babel ("Zera'+ Babel"; Sanh. 38a). Bersama Ezra, ia menandai kebangkitan kembali sejarah nasioal Yudaisme (Cant. R. ii. 12). Sebuah mishna dinyatakan oleh para Rabi berasal dari aliran Nehemia (Shab. 123b). Betapapun juga, Nehemia dipersalahkan oleh para rabi karena ungkapannya yang dianggap menyombongkan diri, "Ingatlah akan daku, ya Allahkuk, untuk selama-lamanya" (Neh. v. 19, xiii. 31), dan penghinaannya terhadap para leluhurnya (ib. v. 15), antara lain Daniel. Para rabi menganggap bahwa kedua kesalahannya ini merupakan alasan mengapa buku ini tidak disebutkan dengan namanya sendiri melainkan diletakkan sebagai bagian dari Kitab Ezra (Sanh. 93b). Menurut B. B. 15a Nehemia menyelesaikan Kitab Tawarikh, yang ditulis oleh Ezra. Yesaya (Ibrani ysya'yahu: Yahwe adalah keselamatan) adalah figur utama dalam Kitab Yesaya. Ia adalah nabi Yudea abad ke-8 SM. Ia dipanggil sebagai nabi pada tahun matinya raja Uzia, sekitar tahun 740 SM. Yesaya bernubuat sekurang-kurangnya 40 tahun pada zaman raja Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia. Ia menikah dengan seorang nabiah yang melahirkan dua orang putra, yaitu Syear Yasyub (orang yang tertinggal akan kembali) dan Maher-Syalal Hasy-Bas (cepat rusak, cepat jadi mangsa). Nama yang diberikan kepada kedua anaknya merupakan petunjuk mengenai misinya. Pada pertengahan abad ke-8, baik Israel pada pemerintahan Yerobeam II (782-753 SM), maupun Yehuda pada pemerintahan Uzia, menikmati masa kemakmuran. Keadaan ini sebagian besar adalah akibat lemahnya kerajaan Aram dan alpanya campur tangan Asyur di wilayah barat dalam jangka waktu yang cukup lama. Berdasarkan (2 Tawarikh 26:22) diduga Yesaya telah aktif di istana raja sekurang-kurangnya beberapa tahun sebelum wafatnya raja Uzia. Selain itu, jika Yesaya mencatat mengenai kematian Sanherib (Yesaya 37:38), maka kegiatannya di istana dan pelayanan profetiknya mencakup masa sekitar 745-680 SM. Masa pelayanan Yesaya ini penuh dengan peristiwa-peristiwa terpenting lebih dari masa-masa lain dalam sejarah Israel. Dalam kemakmuran Yehuda pada masa pemerintahan Uzia tahun 745 SM, Tiglat-Pileser III menduduki takhta Asyur dan sebelum tahun 740 SM, ia pun menguasai Siria Utara. Selanjutnya Tiglat-Pileser III menaklukan kota Aram di Hamat dan memaksa kerajaan-kerajaan kecil lainnya untuk membayar upeti supaya terlepas dari nasib yang sama. Kondisi ini memunculkan gerakan anti-Asyur, yaitu Pekah dari Israel dan Rezin dari Aram.Gerakan ini memaksa, raja Ahas dari Yehuda untuk bergabung. Karena Ahas tidak bersedia, ia akhirnya meminta pertolongan dari Asyur dan hal tersebut menyebabkan Yehuda menjadi negara dalam kendali Asyur. Pada tahun 732 SM, Asyur merebut Damsyik dan mengambil wilayah utara Dataran Yizreel. Sedangkan sisa kerajaan Utara dibiarkan dalam kepemimpinan Hosea. Setelah peristiwa tersebut, ada gerakan kemerdekaan untuk menentang kekuasaan Asyur. pada peristiwa ini, Yesaya hadir untuk memperingatkan Yehuda untuk tidak terlibat dalam gerakan politik yang sama, khususnya dalam hal meminta bantuan kepada bangsa Mesir. Pada zaman Hizkia, juga timbul gerakan-gerakan sejenis yang melibatkan Yehuda dan Mesir. Setelah Sargon raja Asyur meninggal, gerakan Yehuda timbul menentang penerusnya, Sanherib (705-681 SM). Pada masa baktinya Yesaya menyadarkan orang-orang fasik di antara bangsanya dalam hal peribadatan. Dengan tegas ia mengajak Yehuda untuk tidak menggabungkan diri dengan bangsa-bangsa lain, melainkan percaya kepada Tuhan. Pokok pemberitaannya adalah umat yang percaya kepada Tuhan mempertahankan kedudukannya sebagai bangsa yang kudus bagi Tuhan (Yesaya 7:9). Ia mendeklarasikan bahwa seisi dunia berada dalam pengendalian Tuhan, dan memperingatkan masyarakatnya bahwa negeri mereka akan dimusnahkan apabila mereka berpaling dari Tuhan. Yesaya menitikberatkan kepercayaan kepada Allah dalam keadaan yang paling sukar. Ia tidak hanya bernubuat bagi para raja, tetapi ia aktif dalam bidang politik. Yesaya menggunakan dua kata penting untuk Allah, yaitu: Yahwe Sebaot (Tuhan semesta alam yang mempunyai segala kuasa di langit dan dibumi) dan Kadosy Israel (Sang Kudus Israel). Yesaya meyakini bahwa Allah hadir secara aktif. Yesaya mengetahui bahwa Allah memakai kekuasaan dan kekuatan Asyur untuk menghukum orang Israel, tetapi iapun tahu bahwa kekuatan dan kekuasaan Asyur dibatasi pula oleh kekuasaan Allah. Selain itu, Yesaya menantikan seorang Mesias dari keturunan Daud (lih. pasal 7, 9, 11) Yeremia adalah salah satu nabi perjanjian lama yang berkarya sebelum bangsa Israel (Yehuda) ditaklukkan dan penduduknya dibuang ke Babel. Yeremia lahir di Anatot dan hidup sekitar tahun 645 SM, tidak lama setelah pemerintahan raja Manasye berakhir. Ia adalah anak imam Hilkia dari Anatot. Meskipun tidak ada bukti yang secara langsung mendukungnya, Yeremia sering disangka sebagai keturunan Abyatar, imam raja Daud, yang dipecat oleh Salomo dari jabatan imamnya di Yerusalem dan pindah ke tanah miliknya, Anatot (bnd. 1 Raja-raja 2:26-27). Menurut keterangan Alkitab (Yeremia 1:6), Yeremia dipanggil sebagai nabi ketika ia masih muda dan belum pandai bicara, yaitu pada masa pemerintahan raja Yosia, tahun 627 SM. Yeremia melakukan tugasnya sebagai nabi selama pemerintahan lima raja Yehuda, yaitu pada masa raja Yosia, Yoahas, Yoyakhim, Yoyakhin dan Zedekia. Pada masa Yeremia mulai berkarya, kerajaan Asyur mengalami penurunan kekuasaan. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Yosia, raja Yehuda pada masa itu untuk melakukan pemberontakan. Yosia juga menggunakan kesempatan tersebut dengan membangun pusat-pusat religius untuk umat Israel. Setelah Yosia wafat pada tahun 609 SM, Mesir menguasai Palestina dan menempatkan Yoyakim menjadi raja menggantikan Yoahas. Pada tahun 605 SM, Nebukadnezar mengalahkan Mesir pada perang di Karkemisy dan mengusir Mesir dari Palestina. Ketika Babel melemah pada tahun 599 SM, Yoyakhim raja Yehuda memberontak melawan Babel. Babel kemudian menyerang Yerusalem dan menaklukkan kota itu pada tahun 598 SM. Setelah Yoyakim wafat, Yoyakhin dinobatkan menjadi raja, namun Nebukadnezar membuang raja muda ini ke Babel dan mengangkat Zedekia menjadi raja. Pada tahun 589 SM, Zedekia mengadakan perlawanan namun tetap kalah dan menyebabkan kota dan Kenisah dihancurkan oleh orang-orang Babel. Secara garis besar, pada masa baktinya Yeremia menentang dua kejahatan pada zamannya, yaitu penyembahan berhala dan ketidakadilan. Ia menentang nubuat para nabi-nabi palsu. Yeremia juga peka terhadap isu-isu kemanusiaan. Yeremia merupakan salah satu nabi yang tidak hanya menyampaikan nubuat atas orang-orang Yehuda, tetapi ia juga mengalami apa yang ia sampaikan. Pesan yang disampaikan melalui pengalaman hidupnya itu dipahami sebagai bentuk dari tindak kenabian. Pada Masa Pemerintahan Yosia Pada masa ini, penduduk Yehuda masih diwarnai dengan kebiasaan kekafiran sebagai dampak dari kebiasaan penduduk Yehuda pada masa pemerintahan Manasye. Penduduk Yehuda melakukan ibadah kepada baal, dewa kesuburan orang-orang Kanaani, serta berhala-berhala. Selain itu, perlacuran bakti, korban anak-anak, dan ketidakadilan sosial masih lazim di antara penduduk Yehuda. Dalam kondisi demikian, Yeremia bertugas mengingatkan orang-orang Yehuda itu tentang karya kasih Tuhan terhadap mereka sepanjang sejarah dan mengritik dengan keras tindakan mereka sebagai bentuk ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan. Yeremia meyakinkan mereka bahwa Tuhan pasti akan menjatuhkan hukumannya atas mereka dan mereka akan mengalami kecelakaan yang berasal dari musuh yang disebut sebagai musuh "dari utara". Sekaligus, Ia mendorong dan mengarahkan orang-orang Yehuda untuk bertobat. Hal ini ditunjukkan dengan tindakan raja Yosia melakukan reformasi melalui pembangunan Bait Suci. Selain itu, muncul adanya kepercayaan bahwa Bait Suci itu akan menjamin perlindungan melawan semua musuh. Pada Masa Pemerintahan Yoyakim Pada masa ini, kondisi pemerintahaan Yoyakim berada dalam ancaman orang-orang Babel. Sehingga Yoyakim tetap taat kepada Mesir pada kepemimpinan Firaun Nekho II. Ia juga menentang untuk bertobat dengan membakar gulungan kitab nubuat Yeremia. Selain itu reformasi yang diperjuangkan Yosia mengalami kegagalan.Sehingga, orang-orang Yehuda kembali memuja dewa-dewa kesuburan, bahkan mereka melakukan kebobrokan moral dan ketidakadilan sosial. Pada kondisi demikian, menurut Alkitab (Yeremia 22:13-19), Yeremia menentang raja Yoyakim dengan sangat keras dan meyakinkan orang-orang Yehuda bahwa mereka akan takluk dibawah kekuasaan bangsa Babel. Pada Masa Pemerintahan Zedekia Pada masa ini, pernyataan Yeremia dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: pemberontakan melawan Babel (594 SM), pembuangan raja Yoyakhin ke Babel (587 SM), dan pemberontakan melawan Babel yang menyebabkan penaklukan kota Yerusalem (587 SM). Dalam kondisi demikian, Yeremia terus menyuarakan agar orang-orang Yehuda bertobat, dan jika tidak, maka mereka akan takluk pada Babel. pernyataan Yeremia yang keras ini membuatnya harus ditangkap dan dipenjarakan, sebab ada banyak orang yang melawannya. Di dalam penjara, ia membeli ladang untuk kebun anggur sebagai tanda bahwa Yehuda akan dipulihkan. Sesudah Takluknya Yerusalem Setelah peristiwa takluknya Yerusalem dan Gedalya menjabat gubernur Mizpa, Yeremia belum menyatakan pesan apapun. Namun, setelah Gedalya mati, semua orang meminta nasihat dari Yeremia. Yeremia mengingatkan mereka untuk tetap tinggal di Yerusalem dan tidak berpergian ke tanah lain. Tetapi orang-orang Yehuda tetap pergi ke Mesir dan hal ini digambarkan oleh Yeremia sebagai bentuk penolakan terhadap Perintah Allah. Yehezkiel (Ibrani y'khezqe'l, Allah menguatkan) adalah salah satu nabi Yehuda yang bernubuat pada pembuangan sekitar tahun 593-571 SM. Ia menegur, menasihati dan menghiburkan bangsa Israel dalam pembuangan. Yehezkiel adalah anak Busi, berasal dari keluarga imam. Dibesarkan di Palestina, mungkin di Yerusalem, dan dibawa ke Babel pada tahun 597 SM. Setelah lima tahun masa pembuangan (sekitar tahun 593 SM), pada usia tiga puluh tahun ia dipanggil Allah menjadi nabi (Yehezkiel 1:1). Dalam pembuangan tersebut, ia tinggal di Tel Abib di tepi sungai Kebar. Yehezkiel menikah namun istrinya meninggal secara mendadak sebagai salah satu bentuk tindak kenabian Yesaya, sebab Allah telah menyatakan sebelumnya sebagai tanda bagi Israel. Oleh karena penglihatan, tingkah laku dan tindak kenabiannya, Yehezkiel kerap disebut ekstatik, pengkhayal, ataupun dianggap orang yang mengalami gangguan jiwa. Ia melakukan beberapa tindak kenabian. Masa pembuangan Yehuda (597-538 SM), tidak terlalu berat bagi orang Yahudi. Babel memindahkan bangsa-bangsa itu dalam kelompok-kelompok kecil dan membiarkan mereka memelihara jati diri bangsa mereka. Orang-orang buangan itu membangun rumah, menanam pohon anggur, membina keterampilan dan merasa nyaman dengan keadaan yang baru Yehezkiel (Ibrani y'khezqe'l, Allah menguatkan) adalah salah satu nabi Yehuda yang bernubuat pada pembuangan sekitar tahun 593-571 SM. Ia menegur, menasihati dan menghiburkan bangsa Israel dalam pembuangan. Yehezkiel adalah anak Busi, berasal dari keluarga imam. Dibesarkan di Palestina, mungkin di Yerusalem, dan dibawa ke Babel pada tahun 597 SM. Setelah lima tahun masa pembuangan (sekitar tahun 593 SM), pada usia tiga puluh tahun ia dipanggil Allah menjadi nabi (Yehezkiel 1:1). Dalam pembuangan tersebut, ia tinggal di Tel Abib di tepi sungai Kebar. Yehezkiel menikah namun istrinya meninggal secara mendadak sebagai salah satu bentuk tindak kenabian Yesaya, sebab Allah telah menyatakan sebelumnya sebagai tanda bagi Israel. Oleh karena penglihatan, tingkah laku dan tindak kenabiannya, Yehezkiel kerap disebut ekstatik, pengkhayal, ataupun dianggap orang yang mengalami gangguan jiwa. Ia melakukan beberapa tindak kenabian. |
#2
|
||||
|
||||
![]()
Yehezkiel nama nabi..
yg sangat unik ![]() |
![]() |
|
|