Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Islam

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 10th February 2010
siItink's Avatar
siItink siItink is offline
Newbie
 
Join Date: Feb 2010
Posts: 12
Rep Power: 0
siItink sebentar lagi akan terkenalsiItink sebentar lagi akan terkenal
Default [kisah teladan]Beri Kami Alqur'an Bukan Cokelat

�Al Qur�an! Al Qur�an! Bukan cokelat! Bukan Cokelat!� kata anak perempuan setengah berteriak ke beberapa teman lain yang sedang mengurus pengungsi.
Dua Pasang Mata di Tengah Salju: Al Qur�an Bukan Cokelat!
(Banyak yang sebenarnya harus saya catat ketika bekerja menemani anak-anak di berbagai daerah dan negara. Namun,cerita yang satu ini amat berkesan. Menohok konsep diri.)
Anak-anak hebat tidak selamanya lahir dari fasilitas yang serba lengkap, bahkan sebagian dari mereka disembulkan dari kehidupan sulit yang berderak-derak. Mereka tumbuh dan berkembang dari kekurangan.
Pada sebuah musim dingin yang menggigit, di sebuah pedalaman, di belahan timur Eropa, kisah ini bermula. Kejadian menakjubkan, setidaknya bagi saya.
Salju bagai permadani putih dingin menyelimuti pedalaman yang telah kusut masai dirobek perang yang tak kunjung usai. Dentuman bom dan letupan senjata meraung-raung dimana-mana. Sesekali, terdengar ibu dan anak menjerit dan kemudian hilang.
Di tenda kami, puluhan anak duduk memojok dalam keadaan teramat takut. Sepi. Takada percakapan. Takada jeritan. Hanya desah pasrah merayap dari mulut mereka terutama ketika terdengar letupan atau ledakan.
Di luar, selimut putih beku telah menutup hampir semua jengkal tanah. Satu-dua pohon perdu masih keras kepala mendongak, menyeruak. Beberapa di antara kami terlihat masih berlari ke sana-kemari. Memangku anak atau membopong anak-anak yang terjebak perang dan musim dingin yang menggigit tulang.
Tiba-tiba dari kejauhan, saya melihat dua titik hitam kecil. Lambat laun, terus bergerak menuju tenda kami. Teman di samping yang berkebangsaan Mesir mengambil teropong.
�Allahu Akbar!� teriaknya meloncat sambil melemparkan teropong sekenanya.
Saya juga meloncat dan ikut berlari menyusul dua titik hitam kecil itu. Seperti dua rusa yang dikejar Singa Kalahari, kami berlari.
Dari jarak beberapa meter, dapat kami pastikan bahwa dua titik hitam kecil itu adalah sepasang anak. Anak perempuan lebih besar dan tinggi dari anak lelaki. Anak perempuan yang manis khas Eropa Timur itu terlihat amat lelah. Matanya redup. Sementara, anak lelaki berusaha terus tegar.
�Cokelat �,� sodor teman saya setelah mereka sampai di tenda penampungan kami.
Anak yang lebih besar dengan mata tajamnya menatap teman saya yang menyodorkan sebungkus cokelat tadi.
Teman saya merasa mendapat perhatian maka dia semakin semangat menyodorkan cokelat. Diangsurnya tiga bungkus cokelat ke kepalan tangan anak yang kecil (yang ternyata adalah adiknya).
Sang Kakak dengan cepat dan mengejutkan kami mengibaskan tangannya menolak dua bungkus cokelat yang diberikan. Teman saya yang berkebangsaan Mesir itu terkesiap.
�Berikan kami Al Qur�an, bukan cokelat!� katanya hampir setengah berteriak.
Kalimatnya yang singkat dan tegas seperti suara tiang pancang dihantam berkali-kali.
Belum seluruhnya nyawa kami berkumpul, sang Kakak melanjutkan ucapannya,
�Kami membutuhkan bantuan abadi dari Allah! Kami ingin membaca Al Qur�an. Tapi, ndak ada satu pun Al Qur�an.�
Saya tercekat apalagi teman saya yang dari Mesir. Kakinya seperti terbenam begitu dalam dan berat di rumput salju. Kami bergeming.
Dua titik hitam yang amat luar biasa meneruskan perjalanannya menuju tenda pengungsi. Mereka berusaha tegap berjalan.
�Al Qur�an! Al Qur�an! Bukan cokelat! Bukan Cokelat!� kata anak perempuan setengah berteriak ke beberapa teman lain yang sedang mengurus pengungsi.
Saya dan teman Mesir yang juga adalah kandidat doktor ilmu tafsir Al Qur�an Universitas Al Azhar Kairo itu kaku.
[Takakan pernah terlupakan kejadian di sekitar Mostar ini. Meski musim dingin dan dalam dentuman senjata pembunuh yang tak terkendali, angsa-angsa terus berenang di sebuah danau berteratai yang luar biasa indahnya. Beberapa anak menangis dipangkuan. Darah menetes. Beberapa anak-anak bertanya, dimana ayah dan ibu mereka. (Saya ingin melupakan tahunnya.)]
== disalin dari:
Aku Mau Ayah! Mungkinkah tanpa sengaja anak Anda telah terabaikan? 45 Kisah Nyata Anak-Anak Yang Terabaikan�, bab �Dua Pasang Mata di Tengah Salju: Al Qur�an Bukan Cokelat!� (hal 83-86)

Reply With Quote
  #2  
Old 1st September 2010
load's Avatar
load load is offline
Ceriwis Lover
 
Join Date: Aug 2010
Location: transjogja
Posts: 1,072
Rep Power: 17
load memiliki kawan yg banyakload memiliki kawan yg banyakload memiliki kawan yg banyakload memiliki kawan yg banyak
Default

nice story ndan.. bisa diceritakan pada anak ane tuh.. :good:
Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 01:51 PM.


no new posts