Berdosakah Tidak ke Gereja Hari Minggu?

vals^VIP

Berdosakah Tidak ke Gereja Hari Minggu?

Dalam sebuah acara pelatihan dialog antar agama, seorang mahasiswa yang beragama Islam mengajukan pertanyaan yang tak terduga, �Bagi orang Katolik, berdosakkah kalau orang tidak ke ibadah ke gereja?�
Tidak ada jawaban seragam. Di antara peserta ada yang suster, frater dan awam. Semua jawaban berbeda-beda. Nah, ini bikin bingung orang yang bertanya. Oh begitu ya?

Atau barangkali sudah gak relevan deh pertanyaan tentang dosa itu. Kuno ah! Atau orang sering bilang, �Gak ngefek lah1″, �Emang penting ya?� �Ah itu masalah privat!�. Maka, orang lebih cenderung menghindar membicarakannya daripada coba mengertinya. Atau mungkin orang akan cenderung mengatakan, �Emang akan membuat orang suci kalau berani membicarakannya?�, �Biarlah orang-orang suci saja yang membicarakannya.� Ada lagi, �Ah ribet amat sih, mending ngurusin orang miskin daripada bicara masalah dosa!� Tapi jawaban semacam itu yang akan kita berikan pada orang lain yang dengan tulus bertanya bagaimana kita menghayati iman kita?

Pertanyaan teman muslim di atas juga bisa ditujukan pada setiap orang Katolik. Itu menohok soal pemahaman tentang dosa. Memang akan lebih mudah kalau soal dosa didekati secara normatif, soal melanggar atau tidak norma atau peraturan. Titik. Tetapi cukup memuaskankah akal sehat kita? Tentu tidak. Ada yang mencoba menjelaskan dengan argumentas situasional. Soal dosa dan tidak dosa itu relatif bagi setiap orang.

Tergantunglah, begitu katanya. Tergantung apa? Ya tergantung situasi. Kalau situasinya pada dasarnya orang itu tahu, dan mampu melaksanakan, dan kenyataan dia tidak melaksanakan, yaaaah dosa dong. Tapi kalau situasi tidak memungkinkan, misalnya sakit berat atau sedang tiba-tiba kecelakaan, ya tentu saja tidak berdosa. Jadi, tidak ada ukuran objektifkah?

Hmm� ini sebuah tantangan untuk mempertanggungjawabkan soalnya. Ada konteks yang perlu menjadi pegangan kalau orang mau berbicara tentang dosa, yakni konteks relasi manusia dengan Tuhan. Dosa selalu mengena pada persoalan itu. Oleh karena itu, dosa sering dipandang sebagai sebuah sikap atau tindakan yang relasi dengan Tuhan itu, atau bahkan menolak Tuhan dalam hidup seseorang, dan biasanya juga merusak relasi dengan sesama. Maka, berbicara tentang dosa gak ada artinya bagi seseorang yang tidak memiliki iman.

Dalam moral, dibedakan antara dosa dan salah. Berdosa berarti secara subjektif menolak suara hati, dan bersalah berarti secara objektif melanggar norma. Yang umum dipahami adalah bahwa berdosa dan bersalah itu sama. Memang, umumnya orang yang berdosa ya bersalah juga. Seringkali kita dihadapkan pada situasi dimana harus memilih antara mengikuti norma (dengan demikian tak bersalah), tetapi bertentangan dengan suara hati, atau mengikuti suara hati (dengan demikian tak berdosa) tetapi melanggar norma atau kesepakatan umum.

Yesus sendiri dalam arti tertentu telah melanggar �norma agama Yahudi� ketika Dia mengaku dirinya sebagai Putera Allah dan mengampuni dosa. Maka, Yesus dihukum mati. Nah, pilihan-pilihan nyata hidup sehari-hari akan memberikan keberanian bagi kita untuk terus menerus memilih sesuai dengan suara hati.

Mengapa melanggar suara hati dikatakan berdosa? Sebab, suara hati selalu mengajak orang untuk memilih yang baik, demi melindungi dan menjunjung martabat manusia dan demi kemuliaan Allah. Nah, tidak mengikutinya maka berarti tidak mengikuti apa yang berkenan pada Allah.

Jadi, kembali ke pertanyaan awal, �Berdosakah tidak ke gereja di hari minggu?� Jawabannya bisa normatif, bisa juga kontekstual, bisa juga dalam konteks tujuannya.

Depok, 5 Desember 2011

Rm. Markus Yumartana, SJ

Terkait:

WorldDream

tapi bagus nya k gereja terus

masa nyediain satu hari untuk tuhan aja g bisa

Menu