QUITO: Panglima militer Ekuador Jenderal Ernesto Gionzalez, Kamis (30/9) memerintahkan polisi yang membangkang mengakhiri pemberontakan terhadap pemerintah dan menyerahkan diri. Gonzalez berjanji polisi yang menyerahkan diri setelah beberapa jam melakukan protes terhadap pemotongan gaji, hak-hak mereka akan dihormati.
Kantor berita resmi Andes mengatakan satu delegasi polisi yang memberontak, Kamis malam waktu setempat atau Jumat pagi WIB bertemu dengan Presiden Rafael Correa yang pemerintahnya mengumumkan keadaan darurat dan mengutuk apa yang ia sebut satu usaha kudeta itu.
Sementara itu, Organisasi Negara Amerika (OAS), yang beranggotakan 35 negara dari kawasan itu, menyebut kerusuhan baru itu satu usaha kudeta, membenarkan penilaian Correa itu. Sebelumnya, sekitar 150 personil polisi yang memberontak menduduki satu landasan pacu bandara internasional Ekuador di ibu kota� negara Amerika Selatan itu, Quito saat puluhan polisi memprotes terhadap satu undang-undang baru� yang akan memotong gaji mereka.
Belasan satuan polisi mengambil alih kantor-kantor pemerintah di dua kota utama lainnya, Guayaquil dan Cuenca. Khawatir akan keselamatan jiwanya, Correa mengungsi ke sebuah rumah sakit Quito, dari lokasi itu ia mengatakan polisi yang memprotes pemotongan gaji yang diusulkan� itu berusaha menyerbu lokasi rumah sakit tersebut.
Kerusuhan yang mengulangi satu kudeta yang menggulingkan presiden terpilih di Honduras tahun lalu, melanda tetangga-tetangga Ekuador dengan banyak pemimpin menyatakan dukungan terhadapnya, sementara Peru menutup perbatasannya dengan Ekuador.
sumber:
http://www.mediaindonesia.com/read/2...-Pemberontakan