Essay lepas oleh csh
Beberapa waktu yang lalu di diskusikan persoalan tentang Mitos Ratu Kidul di Balai Soedjatmoko (Solo), dari sekian pembicara yang dihadirkan, mungkin hanya Y Argo Twikromo yang memiliki pembahasan menarik tentang mitos ini. Sementara itu pembicara lain justru lebih membahas hal-hal yang sifatnya klenik dan mistik. Kalau berbicara soal mitos tentu tidak bisa dilepaskan dari wacana kekuasaan yang melingkarinya. Kehadiran mitos kadang kala dipakai untuk memperkuat sebuah kekuasaan. Begitu juga dengan Mitos Ratu Kidul yang diyakini oleh sebagian besar orang Jawa merupakan produk kekuasaan Mataram sejak jaman Panembahan Senopati. Misteri laut selatan (Samudera Hindia) dengan ombaknya yang besar, dan menjadikan penasaran orang kukuatan dibalik ombak tersebut.
Misteri itulah yang kemudian menjadi semacam bahan sebuah produksi mitos dan dimanipulasi oleh kekuasaan. Misteri Laut Selatan yang tidak mampu ditaklukan oleh masyarakat Jawa dijadikan legitimasi oleh kekuasaan Mataram untuk melanggengkannya. Secara turun temurun orang dihipnotis oleh kekuasaan Mataram. untuk percaya adanya kekuatan misteri di Laut Selatan. Orang-orang seolah menutup diri atau mungkin lupa, ketika Mitos Ratu Kidul berkembang di Jawa, kerajaan Mataram tak lebih dari distrik Pemerintah Belanda di Eropa sana. Persoalannya adalah mitos ini kemudian tertanam dalam alam bawah sadar masyarakat Jawa bertahun-tahun lamanya, bahkan ketika orang sudah bisa ke pelosok dunia dengan pesawat terbang. Sangat tidak mudah untuk memupus atau setidak-tidaknya mengkritisi kehadiran mitos dalam masyarakat kita.
Tetapi bisa jadi untuk beberapa generasi ke depan hal ini mungkin hal ini akan sirna. Dalam pembukaan Pameran Seni Rupa tentang Ratu Kidul di Balai Soedjatmoko 24 April 2010 lalu, pelukis Djokopekik mengungkapkan itu semua, di depan para perupa yang memamerkan karyanya, serta warga Kota Solo yang datang, Djokopekik meyakini bahwa mitos Ratu Kidul hanyalah alat untuk membuat awet sebuah kekuasaan. Sejarah kita hingga saat ini memiliki banyak catatan tentang kelanggengan kekuasaan yang didukung oleh kehadiran mitos. Kekuasaan Jaman Soekarno, Soeharto, hingga SBY selalu didukung oleh mitos-mitos. Tentu saja Jaman Soeharto, mitos-mitos itu sangat terasa. Pada Jaman Soeharto mitos-mitos yang muncul bukan saja mitos politik, tetapi juga mitos-mitos yang menyelimuti pribadi Soeharto dan orang-orang di sekitarnya.
Persoalannya kini adalah masyarakat tidak lagi membutuhkan mitos-mitos yang kemudian melenakan mereka, dan mengkukuhkan sebuah kekuasaan. Tradisi telah dibenamkan jauh-jauh di dasar kematian kehidupan sosial kita, sementara kehidupan begitu cepat berjalan (seolah-olah). Beberapa kelompok mencoba menawarkan mitos-mitos baru, yang ternyata belum bisa diterima oleh masyarakat luas. Sindhunata pernah mencoba untuk mengupas Mitos Ratu Adil beberapa tahun lalu, tetapi mungkin dia perlu berpikir panjang untuk menulis tentang kebutuhan mitos masyarakat sekarang ini.
Djakarta 14 Mei 2010
c/s/h