FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Nasional Berita dalam negeri, informasi terupdate bisa kamu temukan disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
bener2 rumah sakit SETAN
![]() Jakarta - Ayah saya Rusdin Zakaria kelahiran tahun 1952 mengalami sesak napas pada dini hari Selasa, 26 Oktober 2010. Saya lantas membawanya ke sebuah rumah sakit kecil di sekitar rumah saya. Ayah saya didiagnosa sakit jantung. Karena fasilitas rumah sakit tidak memungkinkan untuk menangani ayah saya lantas dirujuk ke RS Prikasih Pondok Labu. Saya langsung melarikan ayah saya ke RS Prikasih dan tiba sekitar jam 5 pagi. Ayah saya langsung ditangani oleh dokter. Cek tekanan darah dan jantung dilakukan. Setelah selesai pengecekan saya dan abang diminta untuk mendaftar dan mengurus administrasi di kasir. Si kasir mengatakan saya harus membayar uang Rp 7 juta untuk perawatan ayah saya di Ruang ICU. Tapi, saya tidak bawa uang sejumlah itu. Lalu abang saya menyatakan boleh deposit (DP) dulu atau tidak? "Tidak boleh". Bahkan, ketika abang saya memastikan akan memberi jaminan dan memastikan bahwa uang Rp 7 juta akan kami siapkan asal ayah ditangani dulu. Tapi, kasir menolak dengan alasan harus ada uang untuk bisa dirawat di ICU. Padahal kondisi ayah saya sudah payah. Si kasir selanjutnya mengatakan bahwa ayah saya dibawa saja ke rumah sakit yang biayanya lebih murah. Apalagi ayah saya memiliki asuransi kesehatan sebagai pensiunan pegawai negeri sipil yang berprofesi sebagai guru. Dokter pun merujuk ayah ke RS Fatmawati Cilandak. Karena lelah mendebat dan panik saya langsung membawa ayah ke Fatmawati dengan mencegat taksi. Setelah agak lama mencegat taksi, sekitar 10 menit, saya mendapat taksi. Tapi, di perjalanan menuju Fatmawati itu saya merasakan tubuh ayah saya tidak bergerak lagi. Selama di taksi ayah saya memang sudah makin payah kondisinya. Hingga saya merasa bahwa ayah saya sudah tidak ada. Tapi, saya tetap memutuskan untuk membawa ayah ke Fatmawati. Setiba di sana ayah saya langsung ditangani dokter. Tapi, dokter menggeleng dan memastikan bahwa ayah saya sudah tidak bisa ditolong. Itu terjadi sekitar jam 6.30. Dokter yang memeriksa mata ayah mengatakan kalau dilihat dari matanya ayah saya sudah meninggal beberapa waktu lalu. Si dokter juga bertanya kenapa tidak langsung ditangani di Prikasih yang memiliki dokter dan fasilitas lengkap. Kenapa harus dirujuk lagi dengan kondisi seperti ini? Saya katakan karena belum ada uang Rp 7 juta saat itu juga. Saya ingat, jam 6.10 saya sempat meminta taksi berhenti sesaat karena ayah saya sudah tidak bergerak. Tapi, saya tetap membawanya. Orang-orang di RS Fatmawati bilang, kok tega ya kondisi begini tidak diterima. Saya merasa, RS Prikasih mudah sekali mempermainkan nyawa seseorang hanya karena uang Rp 7 juta. Padahal, ternyata pagi itu juga Ibu saya di rumah juga sudah mendapat uang sejumlah itu. Indra Prana Rusdiansyah, 23 tahun Putra Bapak Rusdin Zakaria Kelurahan Limo, Kota Depok, Jawa Barat Atas nama, Rosmiyati Dewi Kandi Jakarta 10340 Telp: 021-3926955 Fax: 021-3927721 Mobile: 0888 972 8989 ini respon dari pihak rumah sakit sejauh ini ![]() Wakil Direktur RS Prikasih Eka Pujianti ketika dikonfirmasi menyatakan hal ini masih dalam kajian di RS Prikasih. Dia enggan untuk memberikan komentar lebih lanjut tanpa ada izin dari keluarga pasien. “Kalau keluarga pasien yang bertanya langsung pasti kita jelaskan tapi kalau orang luar yang bertanya harus ada izin tertulis dari keluarga pasien,” kilah Eka, respon tambahan berikut adalah "klarifikasi" dari pihak rumah sakit. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Manajemen Rumah Sakit Prikasih memberikan klarifikasi atas pemberitaan terkait nasib pasien bernama Rusdin Zakaria. Pensiunan pegawai negeri sipil itu diduga meninggal karena tak ditangani tim medis. Menurut manajemen RS Prikasih, penanganan pertolongan pertama telah diberikan optimal. "Dokter, perawat, dan tenaga kerja lain dari RS Prikasih telah melakukan upaya maksimal untuk menolong pasien," ungkap Direktur Operasional RS Prikasih, Ausvin Geniusman Komaini, Selasa (2/11) di Jakarta. Manajemen menjelaskan, pada tanggal 26 Oktober 2010, sekitar pukul 04.30 WIB, Rusdin datang ke RS Prikasih dengan keluhan nyeri dada dan sesak. Ia langsung ditangani dokter jaga. Pertolongan pertama diberikan dalam upaya medik penyelamatan gawat jantung sudah dilakukan sesuai indikasi medik dan standar prosedur operasional yang dipunyai RS Prikasih. Dokter jaga dan perawat UGD secara penuh menangani keluhan pasien di pemeriksaan fisik, penunjang, sampai pemberian terapi pasien tanpa harus membayar apa pun terlebih dahulu. Keluarga pasien tanpa memberi respon langsung pergi meninggalkan tempat pendaftaran. Selang berapa lama, keluarga pasien baru menyampaikan pada dokter jaga UGD bahwa keluarga pasien keberatan dirawat karena biaya atas nama Raihan Achyar. Di samping itu dokter jaga UGD menjelaskan diagnosa, risiko penyakit, dan keharusan segera dirawat di HCU (high care unit). Keluarga pasien mengaku mempunyai kartu peserta Askes sebagai pensiunan guru. Lalu, keluarga pasien setuju untuk dirujuk di RS Fatmawati. RS Prikasih pun membuatkan surat rujukan dan membantu mencarikan taksi. Lantaran penyakitnya membutuhkan perawatan khusus dan segera, maka pasien disarankan masuk ruangan HCU. Keluarga pasien pun diminta ke tempat pendaftaran pasien untuk mencari kamar di ruangan itu. Hanya satu orang keluarga yang mendampingi. Di tempat pendaftaran pasien dijelaskan perihal biaya dan uang muka yang harus diselesaikan kemudian (tidak saat itu) dalam 24 jam. "Hal ini lazim diterapkan di rumah sakit swasta," imbuh Ausvin. "Kami juga prihatin pada keluarga pasien dan terima kasih atas masukan yang diberikan oleh keluarga pasien. Mohon maaf atas ketidaknyamanan yang diterima keluarga pasien terhadap musibah ini," ujar Ausvin. Sebelumnya, keluarga Rusdin mengadu gara-gara tak mampu membayar Rp 7 juta sebagai uang muka perawatan dan ditolak RS Prikasih, Rusdin dilarikan dengan taksi ke RS Fatmawati dengan harapan mendapat perlakuan manusiawi, tapi meninggal dalam perjalanan. Pensiunan pegawai negeri sipil itu mengembuskan napas terakhir dalam pelukan Indra Prana Rusdianyah (23), anak ketiganya yang setia mengantar sang ayah mencari rumah sakit. Last edited by stronghammer; 15th November 2010 at 10:42 AM. |
#2
|
||||
|
||||
![]() ![]() ![]() |
#3
|
|||
|
|||
![]()
cih...rumah sakit jaman sekarang..maunya duit tok.....
![]() dikiranya nyawa bisa dibeli apa ![]() |
#4
|
|||
|
|||
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() RS ga guna! mata duitan! nyawa cuma mainan buat RS! |
#5
|
||||
|
||||
![]() gila..
dikutuk abis-abisan tuh management rumah sakitnya... |
#6
|
||||
|
||||
![]()
susah jaman sekarang... rumah sakit pun udah ga punya rasa perikemanusaiaan...
jama edan.. |
#7
|
||||
|
||||
![]()
dah jadi rahasia umum bro... kalo di indonesia emang gitu harus ada uang muka dulu baru drawat...
![]() |
#8
|
||||
|
||||
![]()
di tutup aja tu RS..pemerintah harus bertindak
|
#9
|
||||
|
||||
![]() Quote:
berikut adalah "klarifikasi" dari pihak rumah sakit. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Manajemen Rumah Sakit Prikasih memberikan klarifikasi atas pemberitaan terkait nasib pasien bernama Rusdin Zakaria. Pensiunan pegawai negeri sipil itu diduga meninggal karena tak ditangani tim medis. Menurut manajemen RS Prikasih, penanganan pertolongan pertama telah diberikan optimal. "Dokter, perawat, dan tenaga kerja lain dari RS Prikasih telah melakukan upaya maksimal untuk menolong pasien," ungkap Direktur Operasional RS Prikasih, Ausvin Geniusman Komaini, Selasa (2/11) di Jakarta. Manajemen menjelaskan, pada tanggal 26 Oktober 2010, sekitar pukul 04.30 WIB, Rusdin datang ke RS Prikasih dengan keluhan nyeri dada dan sesak. Ia langsung ditangani dokter jaga. Pertolongan pertama diberikan dalam upaya medik penyelamatan gawat jantung sudah dilakukan sesuai indikasi medik dan standar prosedur operasional yang dipunyai RS Prikasih. Dokter jaga dan perawat UGD secara penuh menangani keluhan pasien di pemeriksaan fisik, penunjang, sampai pemberian terapi pasien tanpa harus membayar apa pun terlebih dahulu. Keluarga pasien tanpa memberi respon langsung pergi meninggalkan tempat pendaftaran. Selang berapa lama, keluarga pasien baru menyampaikan pada dokter jaga UGD bahwa keluarga pasien keberatan dirawat karena biaya atas nama Raihan Achyar. Di samping itu dokter jaga UGD menjelaskan diagnosa, risiko penyakit, dan keharusan segera dirawat di HCU (high care unit). Keluarga pasien mengaku mempunyai kartu peserta Askes sebagai pensiunan guru. Lalu, keluarga pasien setuju untuk dirujuk di RS Fatmawati. RS Prikasih pun membuatkan surat rujukan dan membantu mencarikan taksi. Lantaran penyakitnya membutuhkan perawatan khusus dan segera, maka pasien disarankan masuk ruangan HCU. Keluarga pasien pun diminta ke tempat pendaftaran pasien untuk mencari kamar di ruangan itu. Hanya satu orang keluarga yang mendampingi. Di tempat pendaftaran pasien dijelaskan perihal biaya dan uang muka yang harus diselesaikan kemudian (tidak saat itu) dalam 24 jam. "Hal ini lazim diterapkan di rumah sakit swasta," imbuh Ausvin. "Kami juga prihatin pada keluarga pasien dan terima kasih atas masukan yang diberikan oleh keluarga pasien. Mohon maaf atas ketidaknyamanan yang diterima keluarga pasien terhadap musibah ini," ujar Ausvin. Sebelumnya, keluarga Rusdin mengadu gara-gara tak mampu membayar Rp 7 juta sebagai uang muka perawatan dan ditolak RS Prikasih, Rusdin dilarikan dengan taksi ke RS Fatmawati dengan harapan mendapat perlakuan manusiawi, tapi meninggal dalam perjalanan. Pensiunan pegawai negeri sipil itu mengembuskan napas terakhir dalam pelukan Indra Prana Rusdianyah (23), anak ketiganya yang setia mengantar sang ayah mencari rumah sakit. terima kasih??? yeah makasih yah udah menghilangkan nyawa seorang tumpuan keluarga Last edited by stronghammer; 15th November 2010 at 10:41 AM. |
#10
|
||||
|
||||
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
![]() |
|
|