FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]()
entah darimana, oleh siapa, kapan...
kata2 "Terserah sama yang di Atas" itu mulai berkumandang dan semakin hari semakin banyak penganutnya, mulai dari selebtiris, politisi, pengusaha, kaum terpelajar dll. sederhana memang, dan mungkin sebagian besar orang akan mengatakan tidak usah dipermasalahkan. tapi kalau kita mau sedikit merenung, pastilah berdampak besar pada kondisi kejiwaan/kerohanian seseorang, apalagi untuk generasi mendatang. (bagi yg peduli terhadap adik, anak, cucu) dia mulai enggan menyebut TUHAN dan seolah olah itu menjadi kata yang MENAKUTKAN, TABU DAN LANGKA dalam perbendaharaan kosa katanya, dan lambat laun definisi/arti TUHAN menjadi sulit untuk di cerna oleh akal dan hatinya, hingga suatu saat orang harus membuka kamus terlebih dahulu. ![]() pertanyaannya benarkah TUHAN = "Terserah sama yang di Atas" ? kalau itu benar apakah berarti TUHAN tidak di Bawah, di Samping, di Belakang/Depan ? kalau merasa TUHAN juga bisa di Samping/Depan/Belakang kenapa tidak ada yang mengatakan "Terserah sama yang di Samping" atau "Terserah sama yang di Depan" atau yang lain ? seolah olah TUHAN diposisikan setara/seperti/sama dengan kita yang TERBATAS ini. bagi saya ini adalah sebuah bentuk/cara halus untuk menjauhkan manusia dari penciptanya. yang secara sadar ataupun tidak kita ikut berpartisipasi. atau orang orang yang menyebut "Terserah sama yang di Atas" itu maksudnya bukan TUHAN ?. entahlah... salam kebenaran |
![]() |
|
|