FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() Oleh : Redaksi 22 Jan 2008 - 1:00 pm Tiap tahun, ratusan santri di pesantren �diboyong� ke luar negeri. Dengan dana besar dari Barat, penyebaran liberalisme ke pesantren terus gencar. Suatu hari, salah seorang utusan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) mendatangi KH Kholil Ridwan, ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren (BKSPPI) se-Indonesia. Utusan ini menyampaikan ajakan kepada Kholil untuk �bertamasya� ke Negeri Paman Bush tersebut. Semua fasilitas dijamin, termasuk uang saku yang tak sedikit. Sungguh tawaran yang menggiurkan! Tentu saja Kholil tak mau memenuhi undangan tersebut. Ia tahu ada niat tersembunyi di balik ajakan itu. Namun, belum sempat penolakan disampaikan, undangan tersebut buru-buru dicabut. �Mereka tahu saya ini anti Amerika,� ujar Kholil kepada Suara Hidayatullah. Kholil tak sendiri menerima ajakan tersebut. Sejumlah kiai juga menerima ajakan serupa. Bedanya, mereka mau memenuhinya, Kholil tidak. imageMaka, setelah itu, silih berganti kiai-kiai mendapat jatah terbang gratis ke negara AS. Selama di sana, mereka dilayani bagai tamu istimewa. Mereka diajak melihat �realitas� masyarakat AS. Hasilnya sungguh fantastis. Mereka yang sejak awal bersuara lantang terhadap kekejaman AS di Irak, Afghanistan, dan negeri Islam lainnya, mulai bersuara parau, jika tak ingin dikatakan lembek. Kata mereka, rakyat AS itu tidak sejahat pemerintahnya. Menurut Kholil, inilah tanda keberhasilan AS mengubah cara pandang negatif masyarakat Muslim terhadap negaranya. Ini pula awal penyusupan paham liberal ke pesantren. Meski begitu, tak berarti pesantren yang kiainya terkena bujuk rayu AS langsung dicap sebagai liberal. Mereka hanya perlu diwaspadai. Sebab, upaya AS tentu tak akan berhenti sampai di sini. Mereka akan terus berupaya menyusupkan pemikiran liberalnya ke dalam pesantren tersebut. Sekali kena jaring, boleh jadi selanjutnya kembali terperosok. Menurut pemerhati pemikiran-pemikiran Barat, Adian Husaini, program Barat sekarang ini ingin membuat �Islam yang lain� menurut versi mereka. �Tentu yang menjadi sasaran utama adalah pesantren dan perguruan tinggi Islam sebagai tempat strategis pembinaan umat,� tandasnya. Muncullah pertanyaan di benak kita, mengapa pesantren begitu mudah disusupi mereka? Apa yang salah? Bagaimana pula pemikiran liberal itu bisa menyusup ke ruang-ruang mengaji di pesantren? Setidaknya, kupasan Suara Hidayatullah dalam Laporan Utama kali ini bisa menambah khazanah pengetahuan bagi jutaan orangtua yang ingin memasukan anaknya ke pesantren. Selamat membaca. www.swaramuslim.net |
![]() |
|
|