Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Islam

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2010
Ulama Ulama is offline
Ceriwis Lover
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 1,239
Rep Power: 16
Ulama mempunyai hidup yang Normal
Default Sosok Bidadari, Sosok Sederhana

KotaSantri.com : Beribu nasehat telah diucap,
berjuta perintah telah tersirat. Tetapi tetap saja
banyak yang gugur ditelan gemerlap dunia. Semua
gemerlap akan sirna oleh sosok bidadari yang hidup
dengan kesederhanaan.

Kini, banyak kita jumpai orang yang hidup dalam
kesempitan, sabar dengan ujian, dan tabah dalam
menjalani seraya mendekatkan diri pada Rabb-Nya.
Namun, setelah keadaan berubah, sempit menjadi
lapang, derita menjadi bahagia, semua kebutuhan
hidup terpenuhi; namun banyak yang tidak siap
dengan perubahan tersebut. Tidak sadar bahwa
gemerlap dunia telah menjebaknya.

"Sesungghnya dunia itu manis dan menawan dan
Allah
mengangkatmu sebagai khalifah di dalamnya
sehingga
Allah dapat memperhatikan perbuatanmu. Oleh
karena
itu waspadalah terhadap dunia, hati-hatilah
terhadap wanita karena sesungguhnya fitnah
pertama
yang menimpa Bani Israil adalah kaum wanita."
(HR.
Muslim).

Kedudukan, harta senantiasa bersanding dengan
wanita. Misalnya di keluarga, kedudukan wanita
sangat berpengaruh baik kedudukannya sebagai
pendamping suami maupun dalam pemeliharaan
harta
suami. Seperti kisah rumah tangga Umar Abdul Azis
ra dengan Fatimah binti Abdul Malik ra kemewahan
berubah menjadi kesederhanaan. Sebelum Umar
menerima amanat kekhalifahan, dia terkenal
dengan
gaya hidup yang serba mewah. Istana megah,
pakaian
sutra, permata, dan parfum yang seharga satu
rumah
pun dimilikinya. Semua berubah dengan seketika.
Akal pikiran, hati dan perasaannya telah tergugah,
karena hakikat pengawasan Allah telah hidup dalam
jiwanya.

Dengan gaya hidupnya yang baru, Umar bertekad
untuk meniti kehidupan dengan serba sederhana.
Dia
pun segera mengungkapkan keinginannya pada
Fatimah, "Sesungguhnya harta yang kita miliki
serta yang dimiliki oleh saudara-saudaramu berasal
dari hartanya kaum muslimin. Aku bertekad akan
mengembalikannya pada mereka. Dan, jika Adinda
tidak sabar pada kesempitan hidup setelah
kekuasaan, maka pulanglah ke rumah ayahmu."
Mendengar itu Fatimah segera menepis, "Saya tidak
akan menyertai Kakanda dalam keadaan senang
lantas
meninggalkan Kakanda dalam keadaan susah. Saya
ridha dengan apa yang Kakanda ridhai."

Kemudian semua hartanya didermakan dan kini
yang
dimilikinya hanya permata peninggalan ayah
Fatimah. Umar pun kembali bertanya, "Wahai
Fatimah
engkau tahu bahwa dulu permata itu diambil oleh
ayahmu dari kaum muslimin dan lantas dia
hadiahkan
kepadamu. Sesungguhnya aku tidak suka permata
itu
tinggal dirumahku. Karena itu, pilihlah antara
mengembalikan permata itu ke Baitul Maal atau
engkau izinkan aku untuk menceraikanmu." Fatimah
pun kembali memenuhi permintaan
suaminya, "Demi
Allah, tentu aku akan memilihmu daripada permata
ini, bahkan berlipat-lipat dari yang kumiliki."

Dengan kesederhanaanlah Umar dan Fatimah mulai
mengikuti realita kehidupan sebenarnya. Sang
khalifah mulai memerdekakan budak,
mengembalikan
seluruh harta yang dimiliki ke Baitul Maal. Begitu
juga dengan Fatimah mulai menanggalkan permata
yang dipakainya. Mereka lebih memilih tinggal di
rumah yang sangat sederhana. Dengan kata lain,
mereka dengan sikap kesederhanaannya berhasil
menghancurkan belenggu kemewahan yang
mengikat
jiwanya dan mematahkan jembatan yang
mengantarkan
pada fitnah dunia.

Fatimah dalam hal ini bisa disebut sosok bidadari
yang turun ke bumi. Sebab ia berani melepaskan
semua kemewahan dunia dan lebih memilih hidup
sederhana bersama suami yang justru setelah
mendapat amanat besar sebagai khalifah. Juga
memilih kesederhanaan sebagai jalan hidupnya.
Begitu halnya dengan sosok Aisyah ra Ummul
Mukminin. Kezuhudan terhadap dunia menjadi
teladan
bagi umat. Hampir tidak ada harta di tangannya.
Dia bagikan seluruh hartanya kepada kaum-kaum
miskin. Di antara kedermawanannya adalah
membagikan seratus ribu dirham, sementara ia
sendiri dalam keadaan shaum. Umar bin Zubair ra
juga pernah mengisahkan kedermawanan dan
kesederhanaan Aisyah, "Aku pernah melihat Aisyah
membagi-bagikan harta sebanyak tujuh ratus ribu
dirham sementara dia sendiri menjahit bajunya."

Subhanallah, merenungi kedua kisah di atas betapa
mulianya sosok Fatimah dan Aisyah. Ya, dengan
kesederhanaannya menjadikan mereka sosok
bidadari
yang turun ke bumi. Bagaimana dengan kita?
Sudahkah kita mengikuti jejak Fatimah dan Aisyah?
Siapkah kita tanggalkan semua kemewahan dunia
hingga kita siap menyandang gelar bidadari?

Dalam buku Tamasya ke Surga, Ibnu Qayyim
Al-Jauziyyah mengisahkan tentang bidadari surga.
Mereka itu adalah wanita suci yang menyenangkan
dipandang mata, menyejukkan dilihat, dan
menentramkan hati. Jadi bidadari adalah wanita
shalehah yang senantiasa tawadhu, tidak
bermewah-mewah dengan keindahan dunia,
bersikap
sederhana. Seandainya berperan sebagai istri maka
ia taat kepada suaminya, menjaga harta suami,
mendidik anak-anaknya dan memotivasi agar
istiqamah dalam membela agama Allah.

"Tidakkah mau aku kabarkan kepada kalian tentang
sesuatu yang paling baik dijadikan bekal
seseorang? wanita yang baik (shalihah); jika
dilihat suami ia menyenangkan; jika diperintah ia
mentaatinya; dan jika suami meninggalkannya ia
menjaga diri dan harta suaminya." (Diriwayatkan
Abu Daud dan An-Nasai).

Wahai muslimah, kisah di atas mewakili dari
sebagian kisah para sahabiyah, begitu juga dengan
untaian riwayat yang tersirat. Namun, apalah
artinya sebuah kisah bila kita tidak bisa
mengambil ibrah. Dan apalah artinya seuntai
riwayat jika kita tidak mau belajar darinya. Untuk
itu selamat berjuang, siapkan diri menjadi sosok
bidadari, sosok yang menapaki kehidupan dengan
kezuhudan, dan kesederhanaan.

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:08 AM.


no new posts