FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]()
Seorang seniman Yunani berbakat bernama Timathes belajar pada seorang pelukis terkenal. Beberapa tahun kemudian, pelukis muda tersebut menghasilkan sebuah karya yang sangat indah. Ia sedemikian mengagumi lukisan itu sehingga dari hari kehari ia menghabiskan waktu untuk
memandang lukisan itu tanpa bosan. Suatu pagi ia dibuat terkejut tak kala mengetahui bahwa gurunya dengan sengaja telah merusak lukisan yang sangat dikagumi itu. Dengan marah dan sambil menangis, Timathes berlari menemui gurunya dan mempertanyakan mengapa ia merusak miliknya yang sangat berharga. Guru yang bijak itu menjawab, �Aku melakukannya untuk kebaikanmu sendiri. Lukisan itu memperlambat kemajuanmu. Lukisan itu memang berkualitas tinggi, tetapi ia tetap tidak sempurna. Mulailah lagi dan apakah engkau dapat membuat yang lebih baik lagi.� Murid tersebut mendengar nasihat gurunya dan akhirnya ia menghasilkan sebuah karya besar berjudul Sacrifice of Iphigenia (Pengorbanan Iphigenia), yany dianggap sebagai salah satu karya klasik yang berkualitas tinggi. Allah tidak pernah meninginkan kita untuk berpuas diri dengan apa yang telah kita capai. Dia ingin agar kita terus maju ke tingkat yang lebih tinggi dalam pelayanan dan kesempurnaan seperti Kristus. Rasul Paulus memahami hal ini, karena meskipun ia adalah seorang yang sangat taat dan telah berbuat banyak, ia mengakui bahwa ia masih perlu terus maju dalam hal kekudusan (Filipi 3:12,14). Hai anak-anak Allah, janganlah berpuasa diri dengan keberhasilan rohani yang telah Anda capai. Dengan pertolonganNya, majulah terus! |
![]() |
|
|