Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2010
Pendeta
Ceriwiser
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 976
Rep Power: 16
Pendeta mempunyai hidup yang Normal
Default Suluh dalam Kegelapan

Saya sangat terkesan menyaksikan kehidupan para pedagang sayur- mayur di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Para pedagang tersebut hanyalah sebagai pedagang perantara. Mereka membeli sayuran dari pemilik kebun sayur, kemudian menjualnya di pasar kepada ibu rumah tangga atau menyalurkannya ke warung- warung kecil. Para pedagang itu sebagian besar adalah wanita setengah baya, yang sering disebut " si embok ". Kegiatan yang mereka lakukan tidak seperti kegiatan pada umumnya. Karena, kegiatan mereka dimulai sejak petang hingga menjelang pagi hari; dan pada siang hari biasanya mereka beristirahat dan tidur.
Sepintas, kegiatan para pedagang itu sangat unik, karena mereka membentuk suatu rombongan yang terdiri dari tetangga dekat atau famili. Mereka selalu bersama- sama, baik ketika berangkat mencari dagangan, maupun ketika mereka pulang membawa dagangan yang siap untuk dijual. Wajah- wajah mereka begitu sederhana, dan dengan penuh semangat mereka menggeluti pekerjaannya semalam suntuk, demi memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari.
Ketika hari menjelang senja mereka satu per satu datang dan menunggu rekannya di sebuah perempatan jalan. Sambil menunggu teman- temannya yang lain, mereka makan nasi bungkus dengan lauk ala kadarnya, yang dibawa dari rumah. Menjelang pukul delapan malam mereka siap untuk berangkat, masing- masing memasang "trumpah"-nya ( semacam sandal ) yang terbuat dari ban bekas yang diikat dengan karet. Kemudian, mereka menyalakan obornya yang terbuat dari seruas batang bambu dan rombongan demi rombongan mulai berjalan kaki menyusuri kegelapan malam.
Perjalanan yang hendak ditempuh kira- kira sejauh 10 kilometer, kurang lebih dua jam perjalanan. Kondisi jalan pada waktu itu belum beraspal, dengan permukaan batu yang tidak rata dan belum ada kendaraan bermotor yang melewatinya. Pada waktu musim penghujan, jalanan menjadi becek dan licin. Namun, semuanya itu tidak mematahkan semangat mereka. Perjalanan pergi sepanjang 10 kilometer itu adalah jalan mendaki; dan perjalanan pulang adalah menurun. Pada tengah malam, ketika orang terlelap tidur dengan segala mimpi- mimpinya, para pedagang ini justru harus bergumul dengan pekerjaannya.
Setelah memperoleh sayuran yang mereka butuhkan, dengan rombongan yang sama mereka turun dari desa pegunungan itu dan hari pun telah menjelang fajar. Para pedagang itu pulang pulang dengan perangkat yang sama seperti ketika pergi, yaitu trumpah dengan sebuah obor yang menyala di tangannya, kecuali buntalan berisi sayuran yang mereka gendong di punggungnya. Itulah yang mereka lakukan hampir setiap harinya.
Kisah kehidupan nyata yang dialami sebagian masyarakat tersebut memberikan suatu gambaran kepada kita, betapa sulitnya mempertahankan hidup. Kehidupan masyarakat dewasa ini telah jauh berbeda dengan situasi yang diuraikan di atas. Tetapi, dari semangat para embok itu, kita dapat mengambil hikmah yang dapat diteladani.

Teladan pertama
Kita perlu menghargai semangat mereka yang begitu luar biasa demi mempertahankan kehidupnnya. Dengan segala kesulitan, suka duka, perjalanan yang melelahkan, mereka tetap gigih berjuang untuk mencari sesuap nasi. Pengalaman tersebut memberikan teladan kepada orang Kristen agar tetap gigih berjuang menghadapi segala bentuk rintangan, peperangan iman yang kadang- kadang terlalu berat, demi mempertahankan kehidupan imannya. Semangat yang terus menyala- nyala dapat memberikan kekuatan tersendiri bagi setiap orang, dan akan menunjang kehidupan iman agar tetap bertahan dan agar tidak hilang di tengah perjalanan kehidupan ini. Orang Kristen yang dapat terus mempertahankan imannya dalam situasi yang sulit dengan segala suka duka yang mengancam, adalah bagaikan perjuangan yang tak mengenal lelah demi mempertahankan nilai kehidupan rohaninya di hadapan Tuhan.
Pedagang sayur dalam kisah di atas, walaupun dalam usia setengah baya, masih saja tetap gigih berjuang dalam mempertahankan hidupnya. Cuaca hujan, perjalanan jauh yang harus ditempuh dengan berjalan kaki tidak menjadi hambatan bagi mereka, karena mereka terdorong oleh semangat hidup yang terus menyala. Sebagai orang Kristen yang telah terpanggil sebagai keluarga Tuhan, kita telah diperlengkapi dengan semangat baru agar tidak gentar dalam menghadapi situasi yang menghimpit dan melelahkan sekalipun, karena iman Kristen kita senantiasa berkobar. Seperti yang dikatakan Yesaya 40: 31, " Tetapi orang- orang yang menanti- nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru, mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah".

Teladan kedua
Salah satu perangkat pedagang sayur yang setia menemani setiap perjalanannya adalah sebuah obor atau suluh yang terus- menerus dalam genggamannya. Tanpa sebuah obor, pedagang itu tidak dapat berjalan di tengah gelapnya malam, tidak tahu jalan mana yang harus ditujunya karena di sekelilingnya gelap. Peralatan obor yang kelihatannya sepele memiliki manfaat besar bagi para pedagang malam itu. Setiap kali mereka hendak pergi menunaikan tugasnya, mereka selalu siap dengan obor di tangan.
Mazmur 119: 105 mengatakan, " Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan suluh bagi jalanku". Perjalanan kehidupan orang Kristen dalam dunia yang penuh dengan kegelapan memerlukan sebuah obor atau suluh untuk dapat menunjukan arah perjalanan hidupnya. Suluh, yaitu firman Tuhan, membawa seseorang kepada perjalanan kehidupan rohani yang benar. Tanpa petunjuk firman Tuhan, orang Kristen akan berjalan tanpa arah dan tujuan, bahkan batu- batu di depannya akan membuatnya terjatuh dan terjatuh lagi.
Dengan obor, pedagang sayuran dapat melihat jalan yang harus dilalui; dengan firman Tuhan, orang Kristen dapat melihat dan menghindarkan diri dari batu sandungan yang berada di depannya. Kalau pedagang sayur setiap melakukan kegiatannya selalu siap dengan obor di tangan, maka orang Kristen pun harus selalu siap dengan firman Tuhan di dalam hatinya.
Bagi banyak orang, obor sering dianggap sebagai perangkat yang sepele dan kurang berarti, tetapi bagi pedagang sayuran itu obor mempunyai andil dan jasa yang luar biasa, karena tetap setia menemani perjalanannya. Firman Tuhan sering diabaikan dan dianggap tidak berarti, tetapi dalam perjalanan di tengah dunia yang gelap, firman Tuhan mempunyai nilai yang luar biasa untuk dapat menuntun dan mengarahkan perjalanan orang Kristen agar tidak tersesat.
Orang Kristen akan mudah tersesat jika mereka melupakan firman Tuhan yang berfungsi sebagai suluh dalam perjalanan kehidupannya, dan mereka akan cenderung berjalan menurut kemauannya sendiri. Hanya dengan firman Tuhan orang Kristen dapat memilah- milah jalan di depannya, mana yang penuh batu dan kerikil tajam, mana jalan yang berlumpur yang dapat membuatnya terpelosok. Firman Tuhan sebagai suluh dapat menunjukkan jalan kedamaian dan keselamatan, sehingga tak seorang pun yang tersesat.

Sponsored Links
Space available
Post Reply

« Previous Thread | Next Thread »



Switch to Mobile Mode

no new posts