Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Kristen

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2010
Pendeta Pendeta is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 976
Rep Power: 16
Pendeta mempunyai hidup yang Normal
Default A Shepherd Looks At Psalm 23

1 Tuhan adalah Gembalaku

Tuhan! Tetapi siapakah Tuhan? Bagaimana karakter Nya? Apakah Dia memiliki mandat yang memadai untuk menjadi Gembala saya - manajer saya - pemilik diri saya ?

Dan jika Dia memang memiliki mandat itu, bagaimana saya dapat berada dibawah kendali-Nya? Dengan cara apa saya menjadi objek kepedulian dan perhatian-Nya yang tak kenal lelah?

Ini adalah pertanyaan yang menusuk dan menyelidis serta pantas mendapatkan pemeriksaan yang jujur dan mendasar.

Salah satu bencana besar bagi kekristenan adalah kecenderungan kita untuk berbicara dalam bahasa umum yang mempunyai arti ganda.

Daud sendiri, penulis puisi ini, seorang gembala sebagai "Raja Gembala" Israel, menyatakan denganterus terang, "Tuhan adalah Gembalaku." Kepada siapakah ia tujukan sebutan ini ?

Daud sedang menyebut tentang YAHWEH, Tuhan, yang disembah oleh Israel.

Pertanyaannya di teguhkan oleh Yesus Kristus, Ketika Dia menjadi Tuhan yang berinkarnasi diantara manusia, Dia menyatakan dengan penuh empati, "Akulah Gembala yang baik".

Tetapi siapakah Kristus ini ?
Pandangan kita tentang Dia sering kali terlalu kecil - terlalu kaku - terlalu picik, terlalu manusiawi.

Dan karena itu, kita merasa tidak rela membiarkan Dia memiliki otoritas atau kendali - sedikit atau banyak kepilikan atas hidup kita.

Dialah yang langsung bertanggung jawab atas penciptaan semua hal, baik yang alamiah (natural) maupun supranatural (Kol 1:15-20)

Jika kita berdiam diri sejenak untuk merenungkan pribadi Kristus - kuasa-Nya dan pencapaian-Nya - tiba-tiba, seperti Daud, kita akan senang menyatakan dengan bangga, "Tuhan - Engkaulah Gembalaku !"

Sebelum kita melakukannya, ada baiknya kita tetap mengingat denga jelas bagian khusus yang dimainkan dalam sejarah kita oleh Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Bapa adalah Tuhan Pencipta - pencetus semua yang ada. Didalam pikirannyalah, pada awalnya, segala hal terbentuk.

Yesus Kristus Sang Putra, Juruselamatkita, adalah Tuhan perajin - Sang seniman, pencipta segala yang ada. Dia mewujudkan semua yang awalnya dirumuskan didalam pikiran Bapa-Nya.

Roh Kudus adalah Tuhan perantara yang membeberkan fakta-fakta ini untuk pikiran saya dan pemahaman Rohani saya sehingga menjadi nyata dan berkaitan dengan diri saya sebagai individu.

Nah, hubungan indah antara Tuhan dan manusia yang disajikan kepada kita berulang kali dalam Alkitab adalah hubungan seorang ayah dengan anak-anaknya dan seorang gembala dengan dombanya. Konsep-konsep ini pertama-tama terkandung dalam pikiran Bapa kita. Semua konsep tersebut dimungkinkan dan dapat diterapkan melalui karya Kristus. Semua itu diteguhkan dan dijadikan nyata dalam diri saya melalui perantara Roh Kudus yang pemurah.

Jadi, ketika pernyataan yang sederhana - namun agung - ini diucapkan seorang laku-laku atau perempuan, "Tuhan adalah gembalaku" maka segera tersirat hubungan yang mendalam namun praktis yang berlangsung antara manusia dan penciptanya.

Hal ini menghubungkan segumpal tanah liat biasa dengan panggilan ilahi - yang berarti bahwa mahluk yang fana menjadi objek yang disayangi oleh ketekunan ilahi.


Pemikiran ini saja pasti menggugah roh saya, mempercepat kesadaran diri saya, dan memberi martabat sangat besar bagi diri saya sebagai individu. Memikirkan bahwa Tuhan didalam Kristus begitu peduli dengan saya sebagai seseorang yang khusus, segera memberi tujuan yang besar dan arti yang sangat besar bagi persinggahan singkat saya diplanet ini.

Dan meskipun konsep saya tentang Kristus semakin besar, semakin luas, semakin agung, namun yang lebih vital adalah hubungan saya dengan Dia. Tentu saja Daud dalam Mazmur ini sedang berbicara bukan sebagai gembala, meskipun ia seorang gembala, tetapi sebagai domba salah satu dari kawanan domba-dombanya. Ia berbicara dengan perasaan bangga yang kuat serta penyerahan dan kekaguman. Seolah-olah ia benar-benar menyombongkan diri dengan suara lantang, "Lihatlah siapakah gembalaku- pemilikku- manajerku!" Dialah Tuhan!

Apalagi ia tahu dari pengalamannya sendiri bahwa nasib setiap domba bergantung pada gembala yang memilikinya. Beberapa gembala bersikap lemah lembut, baik, cerdas, berani, dan tidak egois dalam pengabdian mereka terhadap kawanan domba mereka. Dibawah pimpinan seseorang yang lain, domba akan bersusah payah, kelaparan, dan mengalami kesengsaraan yang tak ada habisnya. Dalam asuhan gembala yang lain mereka akan tumbuh besar dan berkembang biak secara memuaskan.

Jadi jika Tuhan adalah gembala saya, seharusnya saya mengetahui sesuatu tentang karakternya dan memahami dan sesuatu tentang kemampuannya.

Untuk merenungkan hal ini saya kerap keluar rumah dimalam hari, berjalan kaki sendirian dibawah bintang-bintang dan mengingatkan diri saya tentang keagungan dan kekuatannya. Saat memandang langit yang bertabur bintang-bintang, saya ingat bahwa sedikitnya 250.000.000 X 250.000.000 benda semacam itu - masing-masing lebih besar dari pada matahari kita yang merupakan bintang terkecil - diserakkan diruang angkasa yang begitu luas dialam semesta oleh tangan-Nya. Saya teringat bahwa planet bumi, yang merupakan rumah sementara saya untuk beberapa tahun yang singkat, adalah setitik benda yang sangat kecil diruang angkasa sehingga apabila kita dapat memindahkan teleskop kita yang paling kuat ke bintang tetangga kita yang paling dekat, Alpha Centauri, dan meilhat kebumi melalui teleskop itu, maka bumi tidak kelihatan, esekalipun dengan bantuan alat yang hebat tadi.

Semua ini sediokit merendahkan hati "Ego" seorang manusia terkuras dan banyak hal ditempatkan kembali dalam perspektif yang benar. Saya jadi melihat diri saya hanya sebagai benda sebesar kutu di alam semesta yang maha luas. Namun, fakta yang mengejutkan tetaplah bahwa Kristus, pencipta alam semesta yang sangat luas, dengan ukuran yang luar biasa, berkenan menyebut diri-Nya gembala saya dan mengajak saya untuk menganggap diri saya sebagai domba-Nya - sasaran khusus bagi kasih sayang dan perhatian-Nya. Siapa yang dapat lebih baik memedulikan saya ?

Dengan proses yang serupa, saya membungkuk dan mengambil segemgam tanah dari halaman belakang atau pinggir jalan. Saya menaruhnya dibawah mikroskup electron, dan kagum melihat tanah itu dipenuhi dengan milyar-demi milyaran mikroorganisme.

Banyak diantara mereka begitu rumit dalam struktur sel mereka yang khas, sehingga bahkan sedikit fungsi mereka dibumi belum dipahami dengan tepat.

Ya, Dialah Kristus - Putra Bapa - yang membawa semuaya ini menjadi ada. Dari galaksi yang berukuran paling raksasa hingga mikroba yang paling kecil, semua berfungsi tanpa cacat menurut hukum ketertiban dan kesatuan yang akhirnya tidak mamupu dikuasai oleh pikiran manusia.

Awalnya, dengan pengertian inilah saya pada hakekatnya harus mengakui bahwa kepemilikannya atas diri saya sebagai nabusia adalah sah - hanya karena Dia yang telah membuat saya ada dan tak ada yang lebih mampu memahami atau memedulikan saya selain Dia.

Saya milikNya hanya karena Dia sengaja memilih untuk menciptakan saya sebagai objek kasih sayangnya sendiri.

Sangatlah jelas bahwa kebanyakan laki-laki dan perempuan tidak mau mengakui fakta ini. Upaya mereka yang disengaja untuk menyangkal bahwa hubungan semacam itu ada atau bisa ada antara manusia dan penciptanya menunjukkan keengganan mereka untuk mengakui bahw aseseorang benar-benar dapat menyatakan kepemilikan atau otoritas atas mereka dengan membuat mereka ada.

Ini tentu saja merupakan "resiko" sangat besar atau "peluang yang sudah diperhitungkan, " jika kita dapat menggunakan istilah yang Tuhan tentukan ketika menciptakan manusia sejak awal.

Namun, dengan caranya yang selalu murah hati, Dia mengambil langkah kedua dalam berusaha memulihkan hubungan ini yang berulang-kali diputuskan oleh manuisa yang membelakangi Dia.

Sekali lagi didalam Kristus, Dia menunjukkan di Kalvari, kerinduan hati-Nya yang dalam untuk membuat manusia datang dibawah pemeliharaan-Nya yang penuh kebaikan. Dia sendiri menyerap hukuman untuk pemberontakan mereka, menyebutkan dengan jelas bahwa "Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian" (Yesaya 53:6)

Jadi, dalam pengertian kedua yang sangat nyata dan vital, saya sungguh-sungguh milik_nya hanya karena Dia telah membeli saya kembali dengan harga yang luar biasa berupa penyerahan nyawa-nya dan curahan darah-Nya sendiri.

Oleh karena itulah Dia berhak mengatakan, "Akulah Gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. "Maka tinggalah kenyataan yang menggugah, bahwa kita telah dibeli dengan suatu harga, bahwa kita benar-benar bukan milik kita sendiri, dan Dia sungguh berhak menyatakan kepemilikan atas hidup kita.

Saya masih cukup jelas mengingat betapa pentingnya dalam pengalaman pertama saya dengan domba, pertanyaan tentang membayar harga untuk domba-dmba betina saya. Mereka milik saya hanya karena fakta bahwa saya telah membayar sejumlah uang untuk mereka. Uang itu adalah hasil keringat, darah, dan airmata yang diperas dari tubuh saya sendiri selama tahun-tahun kesusahan yang parah dimasa depresi. Dan ketika saya membeli sekawanan kecil domba-domba itu, saya membeli mereka benar-benar dengan tubuh saya sendiri yang telah diserahkan. Hari ini saya masih mengingat hal itu.

Karena itu saya merasakan sesuatu yang khusus bahwa mereka benar-benar dari diri saya dan saya bagian dari mereka. Ada identitas intim yang terlibat meskipun tidak terlihat dipermukaan oleh pengata biasa, yang bagaimanpun juga membuat ketigapuluh domba betina itu luar biasa berharga bagi saya.

Namun pada hari saya membeli mereka, saya juga menyadari bahwa ini barulah tahap pertama dalam upaya yang panjang dan lama sejak saat itu, dimana saya sebagai pemilik mereka, harus senantiasa menyerahkan nyawa saya untuk mereka, supaya mereka tumbuh besar dan berkembang biak. Domba tidak mampu menjaga diri mereka sendiri "Seperti yang diduga kebanyakan orang" Mereka menuntut perhatian terus menerus dan perawatan yang sangat cermat melebihi golongan yang ternah yang lain.

Bukan kebetulan jika Tuhan memilih untuk menyebut kita domba. Perilau domba dan manusia banyak kesamaannya, seperti yang terlihat dalam bab-bab selanjutnya. Pikiran kita secara umum (atau naluri kebanyakan orang), perasaan takut dan malu kita, sifat kita yang keras kepala dan kebodohan kita, kebiasaan yang suka melawan, semuanya selaras dalam arti yang sunggug-sungguh mendalam.

Namun, meskipun dengan karakteristik yang menentang ini, Kristus tetap memilih kita, membeli kita, menyebut nama kita, menjadikan kita milik-Nya, dan senang memperhatikan kita.

Aspek terakhir inilah yang sesungguhnya merupakan alasan ketiga mengapa kita wajib mengetahui kepemilikannya atas kita. Dia benar-benar menyerahkan diri-Nya bagi kita terus menerus. Dia selalu menajdi peranteraan bagi kita, Dia senantiasa menuntun kita dengan Roh nya yang rahmani, Dia selalu bekerja demi kebaikan kita untuk memastikan bahwa kita akan mendapat manfaat dari perhatianNya.

Sebenarnya, Mazmur 23 dapat dissebut "Kidung Pujian Daud Bagi Kesabaran Illahi." Sebab sel;uruh puisi itu terus menerus menceritakan sikap dimana Tuhan sang gembala tidak menghindari kesakitan apapun demi kesejahteraan dombanya.

Yang agak mengherankan adalah, bahwa puisi ini menyatakan kebanggaan menjadi milik Sang Gembala yang baik. Mengapa Ia harus bangga ?

Saya masih ingat dengan jelas salah satu peternakan domba diwilayah kami yang diurus oelh seorang gembala upahan. I tidak pernah diperbolehkan untuk memiliki dombanya. Ternaknya selalu kurus, lemah dan terserang penyakit atau parasit. Kerap kali domba-domba nya datang dan berdiri dipagar, sambil menatap kosong melalui anyaman pagar kawat, kearah padang rumput yang subur tempat domba-domba saya makan. seandainya mereka bisa bicara, saya yakin mereka pasti mengatakan, "Oh, bebaskanlah kami dari pemilik yang jahat ini"!

Itulah gambaran yang tak pernah lepas dari ingatan saya. Itulah gambaran tentang orang-orang sengsara didunia yang belum tahu apa yang seharusnya menjadi milik gembala yang baik... Orang-orang yang menderita dibawah kuasa dosa dan setan.

Betapa mengherankan jika setiap laki-laki dan perempuan bersikeras menyangkal dan menolak kepemilikan Kristus atas hidup mereka. Mereka takut kalau-kalau dengan mengakui kepemilikannya itu berarti tunduk dibawah suatu tirani.

Ini sulit dipahami, apabila kita berdiam diri sebentar untuk merenungkan karakter Kristus. Harus diakui banyak karikatur yang keliru tentang pribadi ini namun suatu pandangan yang tidak memilhak terhadap kehidupannya segera mengungkapkan bahwa Dia adalah pribadi dengan belas kasihan yang begitu besar dan integritas yang luar biasa.

Dialah pribadi yang paling seimbang dan paling dikasihi yang pernah memasuki lingkungan manusia. Meskipun dilahirkan ditenga lingkungan yang paling menjijikan, menjad1i anggota sebuah keluarga pekerja yang sederhana, Dia selalu membawa diri-Nya dengan kewibawaan dankeyakinan yang besar. Kendati Dia tidak menikmati fasilitas khusus sebagai seorang anak, baik dalam pendidikan maupun pekerjaan seluruh filosofi dan pandangannya mengenai kehidupan adalah standar perilaku manusia yang paling tinggi yang pernah dibeberkan dihadapan umat manusia. Meskipun Dia tidak memiliki aset ekonomi yang banyak, kekuasaan politik ataupun kekuatan militer tak ada orang yang pernah menciptakan dampak begitu besar pada sejarah dunia. Karena Dialah, jutaan orang selama hampir 20 abad telah masuk kedalam kehidupan yang saleh dan perilaku yang terhormat dan mulia.

Dia bukan hanya lemah lembut dan baik serta jujur, namun juga benar, tegar bagai baja dan sangat keras terhadap orang-orang yang munafik.

Dia sangat menonjol dalam Roh pengampunannya yang murah hati kepada kawanan yang jatuh, namun menjadi kengerian bagi mereka yang selalu berbicara mendua atau berpura-pura.

Dia datang untuk memerdekakan manusia dari dosa-dosa mereka sendiri, diri mereka sendiri, kekuatan mereka sendiri. Mereka telah dimerdekakan sangat mengasihi Dia dengan kesetiaan yang hebat.

Inilah pribadi yang bersikeras menyatakan bahwa Dialah Gembala yang Baik, gembala yang mengerti, gembala yang peduli, yang cukup peduli untuk mencari dan menyelamatkan serta mengembalikan laku-laki dan perempuan yang tersesat.

Dia tidak pernah ragu menyatakan dengan sangat jelas bahwa, ketika manusia datang dibawah managemen dan kendalinya, akan ada suatu hubungan tertentu yang baru dan unik antara dia dan mereka. Akan ada sesuatu yang sangat istimewa dalam hal menjadi milik gembala yang istimwa ini. Akan adasuatu tanda yang kas pada laki-laki dan perempuan itu, yang membedakan mereka dari orang banyak.

Pada hari saya membeli 20 ekor domba betina saya yang pertama, saya dan tetangga saya duduk diatas pagar tembok berdebu yang terbuat dari batu koral, yang merupakan penutup kandang domban lalu mengagumi domba-domba betina yang terpilih, kuat, dan berasal daru jenis yang bagus, yan kini menjadi milik saya. Sambil berpaling kepada saya ia menyerahkan sebuah pisau belati yang besar dan tajam dan berkata singkat, "Nah, pilih, mereka milikmu.Sekarang kau membubuhkan tandamu pada mereka."

Saya tahu persis apa yang ia maksudkan. Setiap domba miliknya mempunyai tanda khusus di telinga; Ia menyayat salah satu telinga domba-dombanya dengan cara ini bahkan dari kejauhan, mudah saja menentukan milik siapa domba itu.

Bukanlah prosedur yang menyenangkan untuk menangkap domba betina satu persatu dan meletakkan telinganya disebuah balok kayu, kemudian menorehnya dalam-dalam dengan sisi pisau yang tajam. Saya maupun sidomba sama-sama merasa sakit. tetapi dari penderitaan kami bersama, terbentuk suatu tanda ke[pemilikan seumur hidup yang tak dapat dihilangkan dan tak pernah dapat dihapus. Dan sejak itu, setiap domba yang menjadi milik saya akan mempunyai tanda saya.

Ada kesamaan yang mengejutkan dengan hal ini dalam Perjanjian Lama.Ketika seorang budak dikeluarga Ibrani manapun memilih dengan kemampuannya sendiri, untuk menjadi anggota rumah itu seumur hidupnya, ia harus mengikuti rituas tertentu. Tuan dan pemilik dirinya akan membawa dia kepintu rumahnya, menempatkan cuping telinganya di tiang pintu dan dengan penusuk melubangi telings itu. Sejak saat itu, ia menjadi orang yang ditandai seumur hidpunya sebagai milik keluarga tersebut.

Bagi laki-laki ataupun perempuan yang mengetahui kepemilikan Kristus dan memberikan sumpah-setia pada kepemilikan-Nya yang mutlak, muncul pertanyaan tentang menyandang tanda-Nya. Tanda salib adalah tanda yang seharusnya menghubungkan kita dengan Dia sepanjang waktu. Pertanyaannya adalah-apakah benar itu terjadi?

Yesus menjelaskan hal ini ketika Dia mengucapkan dengan penuh empati, ''Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.''

Pada dasarnya, maksud perkataan itu adalah: Seseorang menukar nasib baik yang tidak tetap dalam menjalani kehidupan, dengan cara yang agak aneh, dengan petualangan yang lebih produktif dan memuaskan karena dituntun oleh Tuhan.

Suatu kenyataan yang tragis jika banyak orang yang belum pernah berada dalam arahan atau manajemenNya menyatakan bahwa ''Tuhan adalah Gembalaku.'' Mereka sepertinya berharap bahwa hanya dengan mengakui bahwa Dialah gembala mereka, mereka pasti akan menikmati manfaat dari pemeliharaan dan manajemen-Nya tanpa membayar harga dengan melepaskan cara hidup mereka sendiri yang berubah-ubah dan bodoh. Kita menjadi milik-Nya atau tidak. Yesus sendiri memperingatkan kita bahwa akan datang suatu hari ketika banyak orang mengatakan, ''Tuhan, dalam nama-Mu kami melakukan banyak hal yang ajaib,'' namun Dia akan menjawab dengan ketus bahwa Dia tidak pernah mengenal kita sebagai milik-Nya.

Ini adalah pemikiran yang paling serius dan menenteramkan, yang semestinya membuat kita memeriksa hati dan motivasi kita sendiri serta hubungan pribadi kita dengan Dia.

Apakan saya benar-benar milik-Nya?

Apakah saya benar-benar mengetahui hak-Nya atas diri saya?

Apakah saya merespons otoritas-Nya dan mengakui kepemilikan-Nya?

Apakah saya menemukan kemerdekaan dan kepuasan penuh dalam gagasan ini?

Apakah saya merasakan suatu tujuan dan kepuasan yang dalam karena saya berada dalam bimbingan-Nya?

Apakah saya mengenal masa tenang dan istirahat, selain perasaan yang pasti mengenai petualangan yang bersemangat, karena menjadi milik-Nya?

Kalau ya, maka dengan rasa syukur dan pengagungan yang murni, saya dapat berseru dengan bangga, seperti yang Daud lakukan, "Tuhan adalah Gembalaku!" dan saya bergairah untuk menjadi milikNya, sebab dengan cara inilah saya akan tumbuh besar dan berkembang, apapun yang dapt dibawa oleh kehidupan kepada saya.

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 02:42 PM.


no new posts