FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() Penilaian Yang Objektif Yohanes 8:15;2 Korintus 5:16 Beberapa bulan setelah kami masuk kuliah kembali,seorang teman bercerita kepadaku tentang kejelekan sifat seorang mahasiswi tingkat satu. Menurut cerita temanku itu, mahasiswi tersebut sangat sombong, tidak mau bekerja sama dan selalu sinis. Banyak diantara teman-temanku yang langsung merasa tidak senang terhadap mahasiswi tersebut, hanya karena mendengar cerita-cerita buruk tentang dia. Sebagian mahasiswi tidak mau bergaul dengannya, karena mereka sudah mendengar dan mempunyai penilaian buruk berdasarkan cerita-cerita yang mereka dengar. Aku sendiri tidak mudah menilai seseorang hanya berdasarkan cerita atau penilaian orang lain. Aku selalu beranggapan bahwa orang bisa saja salah di dalam menilai atau terlalu subyektif, sehingga cepat menarik kesimpulan yang negatif terhadap seseorang. Hari-hariku berikutnya aku mulai mendekati mahasiswi yang katanya sombong itu. Aku ingin mengetahui sendiri seperti apakah gerangan kepribadian mahasiswi tersebut. Setelah beberapa minggu mengenalnya, aku tidak menemukan alasan yang kuat untuk menyetujui penilaian teman-temanku yang lain terhadapnya. Ternyata cerita-cerita yang aku dengar dari teman-temanku tenatng mahasisiwi itu sangatlah jauh berbeda dengan kenyataan. Menurutku ia adalah wanita yang baik dan penuh perhatian. Aku bisa memahami, mungkin kesimpulan teman-temanku mengenai mahasisiwi tersebut sudah banyak dipengaruhi pandangan atau bahkan sentimen pribadi. Sejak saat itu aku bertekad untuk tidak mudah "menelan " begitu saja cerita-cerita buruk tentang siapapun juga, sebelum aku mengetahui kebenarannya. Penting sekali untuk kita belajar menilai siapapun juga, secara obyektif, atau berdasarkan fakta yang sesungguhnya. Penilaian itu pun juga bukan dimaksud agar kita akhirnya mmebenci atau menjauhi seseorang seandainya memang benar ada sifat buruk di dalam dirinya. Ingat bahwa tidak seorang pun yang sempurna, kita pun memilki kekuranggan. Sayang sekali tidak sedikit orang yang percaya yang langsung memiliki penilaian negatif terhadap seseorang bahkan cenderung menghakiminya hanya berdasarkan cerita orang lain yang belum tentu benar. Lebih parahnya lagi, kita mulai mendirikan tembok-tembok pemisah dan menebarkan "aroma" permusuhan terhadap orang tersebut melalui sikap kita. Rasul Paulus berkata bahwa ia tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Bagaimanapun buruknya sifat seseorang, Kristus telah mati baginya. Tindakan tepat yang patut dilakukan oleh orang yang percaya adalah menerima siapa pun juga dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sambil terus menunjukkan teladan yang baik yang bisa membuat orang tersebut mengubah kebiasaan buruknya. Jangan mengangap diri sendiri sempurna dan mulai menghakimi serta menjauhi seseorang yang mungkin hanya karena memiliki karakter yang tidak cocok dengan kita, maka kita membencinya. DOA Bapa, ampunilah aku yang seringkali menilai rekan-rekanku berdasarkan cerita orang. Aku sadar bahwa kaupun tidak lebih baik dari mereka. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin. |
![]() |
|
|