|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
|||
|
|||
![]() SEKS SECARA ORAL Tidak mengherankan jika kaum muda masa kini mengalami pergumulan yang jauh lebih berat dari yang pernah ada sebelumnya berkaitan dengan godaan seksual. Dari Internet hingga iklan pakaian dalam wanita secara terpisah, seks terlihat dimana-mana. Murid Sekolah Menengah Umum biasanya "menghadapi godaan seksual yang lebih berat dalam perjalanan mereka ke sekolah setiap pagi daripada yang dialami kakeknya itu pada malam Minggu ketika ia sedang mencari-cari godaan itu." Dengan adanya gambaran kebirahian yang sangat nyata, sama sekali tidak sesuai dengan Alkitab, dan muncul di segala tempat, maka bagi setiap remaja masa kini sangatlah sulit untuk mengendalikan kemurnian mereka, jauh lebih sulit daripada remaja pada masa yang sebelumnya. Sepertinya yang menjadi masalah adalah apa yang oleh para murid didefinisikan sebagai "seks". Suatu tren yang bertumbuh sangat pesat di antara murid Sekolah Menengah Umum adalah berhubungan seks secara oral sebagai ganti hubungan seks karena mereka beranggapan bahwa hal itu "bukanlah seks yang sebenarnya." Para remaja ini dengan sangat disayangkan telah keliru menilai dan tampaknya mendapat informasi yang sangat keliru baik secara ilmiah, emosional, dan alkitabiah. Micah adalah seorang murid berumur delapan belas tahun yang telah lulus dari suatu Sekolah Menengah Umum pada tahun 2003. Di sekolah Micah, seks oral menjadi suatu masalah yang sangat meresahkan. Ia memperkirakan bahwa sekitar 70 persen dari hubungan seksual di antara para teman-teman sebaya berkaitan dengan seks oral. Sekitar 70 persen dari teman-temannya dan 50 persen dari seluruh murid di sekolah terlibat dalam seks oral. Banyak murid yang menyelahkan kurangnya aktivitas lain untuk menyalurkan hasrat seksual mereka seksual mereka yang semakin meningkat. Micah berkata, "Karena tidak ada banyak kegiatan yang dapat mereka kerjakan, dan tidak banyak hal yang mereka pikirkan, sehingga membuat mereka memilih seks sebagai pelampiasannya jika mereka tidak mempunyai hobi yang lain." Selain kebosanan, salah satu pertimbangan paling besar mengapa begitu banyak remaja yang terlibat dalam seks oral adalah akibat dorongan untuk bertindak seperti orang dewasa. Para guru dan orang dewasa menuntut agar padahal mereka baru berumur du apuluh tiga tahun padahal mereka baru berumur delapan belas tahun. "Mereka selalu memaksa kami untuk menjadi dewasa dengan cepat,jadi ini adalah jalan yang mereka (teman-teman itu) coba untuk mewujudkannya." Dan karena mereka selalu didorong untuk bertindak sebagaimana orang dewasa, mereka berpikir bahwa mereka mampu melakukan perilaku orang dewasa seperti juga perilaku seksualnya. Akan tetapi, dorongan untuk menjadi orang dewasa bukan satu-satunya masalah. Televisi terus-menerus memuliakan percabulan dan menyepelekan masalah-masalah serius seperti seks oral. Micah berkata teru terang, "Semuanya itu sekarang kelihatan sangat menarik. Televisi membicarakan hal itu sepanjang waktu. Mereka berceramah tentang pemakaian pengaman, tetapi hanya sampai di situ saja. Televisi membuatnya menjadi hal yang biasa; itu hanyalah sesuatu hal yang Anda biasa lakukan." Nampaknya para renaja terlibat dalam seks oral untuk kepuasan secara fisik daripada secara emosi. Beberapa murid tidak lagi menghiraukan konsep "cinta" ketika berhadapan dengan seks. Seks oral menjadi suatu permainan. Anak laki-laki bertaruh di antara mereka sendiri apakah mereka dapat "melakukan sesuatu" dengan anak-anak perempuan sebagai sasaran pribadi yang harus mereka capai. Anak-anak perempuan lebih condong melakukan hal ini sebagai permainan pikiran; bagi mereka hal ini lebih bersifat sebagai faktor pendominasian. Anak-anak perempuan suka berpakaian tidak sepantasnya agar diperhatikan anak-anak laki-laki yang lalu menggoda mereka, dan tindakan itu membuat anak-anak perempuan tersebut merasa bahwa diri mereka menggairahkan. Bagi mereka, seks oral lebih dari sekedar citra diri. Seks sudah tidak lagi menjadi isu di antara anak-anak laki-laki, karena kini anak-anak perempuan cenderung menghasut dilakukannya seks oral daripada anak laki-laki. Bahkan, anak-anak perempuan jarang mengungkapnya kepada siapapun. "Anak laki-laki mengatakan pada semua orang, tetapi anak-anak perempuan tetap diam, sebab jika mereka mengaku pada setiap orang (bahwa mereka telah melakukan seks oral), maka mereka akan disebut sundal,"kata Micah. Hal itu sepertinya telah menjadi konsensus umum--jika anak laki-laki melakukan seks oral, maka dia adalah "anak laki-laki normal," tetapi jika anak perempuan melakukan seks oral, maka dia adalah seorang pelacur. Seks oral muncul dengan berbagai cabang masalah sosial. Sifat manja yang semakin kuat akibat dari seks oral meluas ke berbagai aspek dari kehidupan remaja; sangat mustahil untuk menahan kehidupan seks mereka. Konsekuensi lainnya adalah merosotnya harga diri sendiri. Tidak sulit bagi siapapun yang telah melayani kaum muda untuk menjelaskan pada Anda bahwa harga diri adalah isu utama bagi remaja. Harga diri di luar pernikahan. Ketika menghadapi masalah demikian, kita sebagian orang Kristen akan menghadapi masa-masa yang sulit dalam berhubungan dengan para murid itu, untuk meyakinkan mereka bahwa Tuhan mengasihi dan peduli pada mereka, sekalipun mereka kesulitan untuk mengasihi diri mereka sendiri. Para murid itu telah terluka parah dan mereka tidak tahu cara merawat luka-luka itu. Kita tidak dirancang untuk menangani stres seperti ini yang muncul akibat melanggar rencana Tuhan bagi hidup kita. Maka ketika kita menentang kehendak Tuhan, siklus luka yang lain pun dimulai, dan seringkali pembalut luka yang dipakai oleh para murid itu adalah seks denngan dosis yang berbeda. Dan hal itu berlangsung terus menerus. Sebagai orang Kristen, apakah yang dapat kita lakukan? Untuk awalnya, kita perlu menyadari bahwa bukan hanya nak-anak yang tidak gerejawi saja yang mengalami masalah ini. Ada sedikit perbedaan kecil antara anak-anak yang tidak gerejawi dengan anak-anak yang gerejawi ketika melakukan seks oral. Satu-staunya perbedaan itu adalah anak yang gerejawi mungkin sedikit lebih sadar akan segala akibatnya. Mereka mungkin lebih memikirkan kemungkinan menjadi hamil, tertular penyakit, taua ketahuan oleh orang tua mereka. "Bersahabat yang bermanfaat" makin dianggap hal yang biasa. Sebagian besar jawaban ada di rumah. Banyak anak-anak perempuan yang dengan leluasa menyerahkan diri mereka kepada anak-anak laki-laki mempunyai suatu ikatan yang sama--yaitu suatu hubungan yang renggang, kompleks, atau hampa dengan ayah mereka. Hubungan antara ayah/puteri yang sehat sangatlah penting. Aspek yang lain dari hal ini dimulai sejak masa kanak-kanak. Anak perlu dididik untuk menghormati orang lain. Selain itu, sifat ksatria sebagian besar anak sudah tidak ada. Daripada bertindak melindungi kemurnian anak-anak perempan, banyak anak laki-laki yang memilih untuk melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, walau akibatnya akan menghancurkan anak perempuan itu. Orangtua juga perlu secara aktif turut memikirkan kehidupan anak-anak mereka. Kita tidak bisa berharap pada suatu dunia yag telah tersesat untuk bertindak yang aman, jadi kita sendirilah yang harus menyesuaikan diri untuk menangani hal itu. Beberapa siaran televisi seperti Friends meremehkan nilai kesucian seks dan mengeksploitasi parodi seksual. Suatu pengaturan jam menonton siaran televisi ynag tidak sesuai dengan kehendak Tuhan terhadap kesucian, kurang membantu pola pemikiran remaja Kristen agar tetap terfokus kepada-Nya. Pengaturan itu mudah dikacaukan dan secara perlahan nilai moral si anak mulai merosot. Berdasarkan alasan ini, tindakan yang terbaik adalah dengan mematikan program siaran seperti itu. Membinasakan diri untuk menaati aturan (tindakan sederhana seperti mengganti saluran televisi) dapat menghasilkan manfaat yang besar bagi perjalanan kehidupan rohani para remaja. Menurut pemikiran secara praktis, berbagai kerusakan akibat aktivitas seksual sebelum menikah, termasuk seks oral, jauh lebih berat dibanding manfaat yang diinginkan,s ecara fisik dan emosional. Para remaja cenderung hanya berpikir untuk saat itu saja. Mereka mengesampingkan pemikiran tentang masa depan dari benak mereka, dan pola pikir itu berdampak pada pengambilan keputusan mereka. Akan tetapi kesenangan yang bersifat sementara dari seks sebelum menikah ini tidak sesuai dengan dampak yang harus mereka tanggung. Para murid sekolah menengah, terutama SMP dan SMU, nampaknya berpikir bahwa mereka hanya dapat menikmati kesenangan seperti itu selagi masih musa. Mereka tidak percaya bahwa pernikahan bisa menjadi demikian menarik, sebab mereka berpikir bahwa seks tidak akan menarik bila selalu dilakukan hanya dengan satu orang saja sampai akhir hidup Anda, sedangkan Anda dapat mempunyai hubungan seks dengan sebanyak orang yang Anda inginkan sebelum Anda terikat dalam pernikahan. Apakah para remaja ini benar-benar menghendaki suatu tantangan yang menarik? Mereka berusaha untuk menundanya hingga pernikahan. Pada dasarnya sejs secara oral adalah seks. Kapanpun orang terlibat dalam aktivitas yang melibatkan organ-organ seksual, maka hal itu adalah seks. Anak belasan tahun perlu mempertimbangkan hal ini dengan serius sebelum mereka melintasi batasan ini. Seks oral bukanlah suatu permainan. Seks bukanlah kekosongan emosi ataupun tuntutan kebutuhan fisik dan para remaja tidak semestinya terlibat dalam seks oral. Ayat-ayat berikut ini merupakan tanggapan Alkitab yang semestinya tidak hanya dipahami tetapi juga harus ditaati: "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu dan juga keserakahan, yang sama dengan pennyembahan berhala." (Kolose 3:5) "Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dubia" (1 Yohanes 2:16) "Supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi istrimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah, dan supaya dalam hal-hal ini orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakanmu. Karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu." (1 Tesalonika 4:4-6) "Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran" (Efesus 4:19) |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|