SEMOGA NO REPOST
Salah satu permainan yang tidak pernah kita jumpai lagi, dan mungkin tidak akan pernah lagi kita temukan adalah Gatrik. Banyak istilah lain untuk memberi nama permainan Gatrik ini seperti Entek, gepok lele, Keladi, Engklek dan lain sebagainya, karena setiap daerah mempunyai nama lokal sendiri. Dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan dua bilah kayu (disebut gatrik), masing-masing gatrik pendek dan gatrik panjang. Jika lebih dari dua orang, maka permainan dibentuk menjadi dua kelompok yang berhadapan.
Permainan diawali dengan pembuatan kelompok musuh dan lawan jika diperlukan. Lalu seperti pada umumnya permainan tradisional, yakni suit, atau melemparkan kayu Gatrik pendek ke wok. Siapa yang masuk atau paling dekat deket dengan wok main dulu, sementara kelompok yang lain menjadi penjaga. Wok adalah lubang tanah buatan yang dibentuk untuk menjalankan permainan ini. Pada permainan Gatrik, wok berbentuk garis pendek sekitar 5-10cm. Wok juga dapat digantikan dengan menyusun batu sandaran gatrik pendek (seperti di gambar).
Adat tiga babak permainan. Pertama adalah menyilangkan gatrik pendek di atas wok dan siap dilempar dengan gatrik panjang. Tugas lawan adalah menjaga lemparan gatrik pendek, sebisa mungkin untuk ditangkap agar dia bisa bermain gatrik. Jika tidak bisa menangkap, masih ada satu kesempatan lagi dengan melemparkan gatrik pendek ke gatrik panjang. Bila kena, kelompok penjaga ganti memainkan gatrik.
Bila masih kalah, maka masuk babak kedua. Gatrik panjang dan pendek dipegang oleh pemain gatrik, dan gatrik pendek dipukul keras-keras dengan gatrik panjang. Gatrik pendek akan terlempar dan penjaga bersiap menangkap. Bila tertangkap, ia mendapat nilai yang telah disepakati dan mempunyai peluag untuk bermain gatrik. Bila tidak, ia melemparkan gatrik pendek sebisa mungkin mendekati wok, agar pemain gatrik tidak mempunyai jarak per-gatrik pendek untuk mendapatkan nilai.
Babak terakhir adalah apa yang disebut gepok lele, yakni menaruh gatrik pendek sejajar dengan wok, dipukul bagian ujung hingga terlempar naik, lalu segera dipukul lebih keras lagi ke depan. Penjaga tetap bertugas menangkap gatrik pendek. Bila tidak tertangkap, pemain gatrik tinggal menghitung jarak pukulan yang dihasilkan antara gatrik pendek dengan wok. Jarak yang diukur dengan gatrik pendek itu menjadi nilai pemain yang menentukan kemenangannya bermain gatrik.
Meskipun permainan itu kini hampir tidak mungkin kita jumpai lagi pada anak-anak, akan tetapi ini adalah permainan social yang mendidik anak-anak diwaktu dulu bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, pencatatan permainan tradisional ini menghubungkan kita pada wisata imajinasi permainan tradisional yang sudah sekitar lima belas tahun kita lewatkan. Semoga kita mampu memetik hikmahnya dibalik hegemoni modernitas yang ada.

