Kampung Gadel, Kampung dengan Moral Terburuk Meski Berada di Ibukota Propinsi

[golputaja]

[/quote][quote]





Kampung Gadel yang terletak di wilayah Kecamatan Tandes, Surabaya sejak setahun terakhir dalam proses peleburan bersama Kelurahan Karang Poh dan Tubanan menjadi Kelurahan Karang Poh. Kampung berpenghuni sekitar 3 ribu jiwa ini belakangan jadi sorotan nasional setelah kasus menyontek massal terbongkar oleh laporan Ny Siami.



Respon masyarakat terhadap laporan Ny. Siami sungguh di luar nalar sejumlah pengamat, seperti yang pernah disampaikan Prof. Dr Daniel M. Rosyid akademisi dari ITS. �Masyarakat ini sedang sakit. Yang jujur malah jadi ajur,� katanya setelah insiden pengusiran Kamis (9/6/2011).



Abdullah satu diantara tokoh masyarakat yang juga anggota LKMK Kelurahan Karang Poh mengakui, karakter warga Gadel yang keras. Meskipun dikatakannya tidak bisa digeneralisir, namun dari fakta selama mengikuti kegiatan kemasyarakatan, warga di kampung ini gampang tersulut emosinya. �Kalau rapat RT, biasa kalau lempar-lemparan kursi, mas,� kata dia.



Masyarakat Gadel, menurut pengalaman Abdullah, juga tidak begitu saja percaya dengan pimpinan-pimpinan informal maupun formal mereka. �Jika ada masalah, semuanya grudukan. Tidak percaya dengan wakilnya di RT atau RW. Warga pun biasa kalau tidak sependapat dengan RT-nya, akan meninggalkan forum tanpa menghiraukan RT-nya yang sedang berbicara,� kata dia.



Ditambahkan Abdullah, masyarakat Gadel juga minim akses informasi dan ilmu pengetahuan. Untuk kasus pengusiran keluarga Ny. Siami Kamis (9/6/2011) yang berbuah pemberian cap sebagai �Kampung Pendukung Ketidakjujuran�, Abdullah yakin justru tidak banyak warga yang mengerti. �Mungkin mereka tahu, tapi cuek,� kata dia.



Ini memang tampak dari respon warga saat menyaksikan siaran langsung sebuah televisi swasta tentang kasus Gadel. Sejumlah warga yang cangkruk di warung kopi malah mendeskreditkan Ny. Siami, disebut mereka hanya mau cari popularitas.



Suharto Camat Tandes mengatakan dari sejumlah cerita warga asli Gadel, kampung itu memang punya predikat miring. Abdullah menyebut Kampung Gadel pada era sebelum 1960-an sebagai �Kampung Perampok�.



�Memang benar. Dulu di sini banyak tinggal perampok-perampok terkenal Surabaya. Mereka juga dikenal sebagai jawara dan tidak ada yang berani pada mereka,� kata dia. Abdullah mencoba menarik sejarah kampung Gadel ini lebih jauh. Ada legenda di kampung ini tentang keberadaan Joyo Singosari. Konon dialah yang membuka hutan di sana menjadi Kampung Gadel. Asalnya dari Pulau Bawean.



Menurut Abdullah, dari cerita mulut ke mulut dan generasi ke generasi, Joyo Singosari dikenal juga sebagai pendekar. Dia konon bertahan di Gadel dari pertumpahan darah. Lalu perlahan banyak orang berdatangan dan menetap di sana, kebanyakan berdarah Madura. �Sekarang kita bisa melihat peninggalan Mbah Joyo Singosari dari makamnya di Gadel Sari Timur,� kata Abdullah.



Karakter keras yang terbentuk dari kompetisi yang mengandalkan kekerasan ini dipercaya Abdullah menurun dari generasi ke generasi. Namun seiring dengan modernisasi, kebiasaan-kebiasaan lama, seperti menyelesaikan masalah dengan kekerasan, sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan.



Meskipun demikian, dalam sejumlah kasus, kebiasaan warga ini muncul. Diantaranya saat terungkap kasus pencabulan santri putri Pesantren Nurul Hidayah di Jl. Gadel Timur I yang dilakukan oleh Ustadnya. Saat itu warga marah dan melakukan pengrusakan fasilitas Ponpes. Saat itu Abdullah juga turun tangan meredam emosi warga.



�Warga kampung sini gampang terprovokasi dan melakukan kekerasan. Tapi kalau kita dekati terus, juga mudah diredam,� kata dia.





SUMBER