|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Dari sekian jomblo yang pernah saya temui, hanya beberapa yang punya pandangan positif tentang kejombloannya. Kebanyakan dari mereka justru memandang kejombloan sebagai sesuatu yang menyedihkan. Memang sih, jadi jomblo itu bukan perkara mudah. Ada kalanya membuat kita bertanya-tanya kok hidup hanya seputar kerja-rumah-dan kerja lagi? Seolah-olah tidak ada kehidupan lain di luar itu. Selama menjomblo, kita mungkin sudah terlalu sering dan bahkan jadi kebal dengan tekanan keluarga, kerabat, ataupun teman dekat yang sering bertanya, kapan nikah? Atau undangannya kapan nih? Pertanyaan-pertanyaan macam itu menurut saya tidak perlu diacuhkan. Yang perlu diperhatikan, menurut saya, adalah tekanan dari diri sendiri. Disadari ataupun tidak, seringkali kegelisahan menjadi jomblo justru banyak dipengaruhi oleh bagaimana kita melihat kejombloan itu sendiri. Hal yang sering membuat jomblo menjadi sebuah momok yang mengkhawatirkan adalah ketika kita memadukan jomblo dengan tenggat waktu. Seolah jika terlewati, maka akan membuat kita kadaluarsa. Selain itu, isu jomblo berkepanjangan bisa juga dipicu oleh pandangan yang mengatakan bahwa jodoh akan datang pada waktunya. Ini pandangan yang perlu diluruskan. Jodoh memang akan tiba pada waktunya, tapi kita punya kekuasaan untuk mengatur seberapa cepat jodoh itu datang kepada kita. Menerima begitu saja pandangan jodoh akan datang pada waktunya hanya akan mendorong kita untuk pasif menunggu. Kalau saya analogikan, kita lapar tapi kita tidak mau mencari atau menghampiri makanan karena memandang makanan akan datang pada waktunya. Begitupula dengan jodoh. Kita sudah "lapar" untuk punya jodoh. Maka carilah. Bagaimana jika kita sudah mencari kesana kemari tapi masih menjomblo juga? Nah, ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Tapi faktor utama dari situasi tersebut adalah karena kita tidak mau mengambil calculated-risks. Sama seperti bisnis, kita harus berani mengambil resiko yang sudah diperhitungkan. Kadang kita tidak mau main hitung-hitungan atau terlalu banyak yang dihitung, akhirnya malah mencari amannya saja. Menunggu. Tahukah, bahwa jodoh kita itu tidak satu? Kita bisa berjodoh dengan siapa saja yang kita mau. Karena jodoh bukanlah seperti kematian yang pasti waktunya. Jodoh adalah pilihan. Karenanya, kita sendiri yang menentukan dengan siapa kita akan berjodoh dan seberapa cepat kita berjodoh dengan mengambil calculated risks tadi. Selanjutnya kita tinggal meluruskan niat, berdoa kepada yang Maha Kuasa dan mengharapkan keberkahan dari jodoh yang kita pilih tersebut. Tapi ingat, bebas memilih bukan berarti melewati batasan-batasan yang sudah ditetapkan oleh aturan agama. Justru aturan-aturan tersebutlah yang akan mempermudah jalan kita mendapatkan jodoh. Nah, berhentilah menetapkan tenggat waktu dengan kejombloan kita, dan aturlah strategi agar kita bisa berjodoh lebih cepat. Harapan akan selalu ada selama kita mencarinya, dan kalau sudah begini, apakah kamu masih sedih jadi jomblo? Sumber: http://www.adityafajar.com/2011/11/jangan-sedih-jadi-jomblo.html |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|