Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
rumahmenteng's Avatar
rumahmenteng
Senior Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 5,900
Rep Power: 21
rumahmenteng mempunyai hidup yang Normal
Default Penemu Istillah GALAU ??? Ternyataaaaa

[/quote][quote]












[/spoiler]
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Kasi Rate Ya gan:














" ceriwiser sejati PASTI meninggalkan KOMENG di tread yg di buka "[/center]




Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for ceriwiser Yang Baik Selalu Meninggalkan:















Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Tidak Mengharap:















Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Maaf Kalo:

















Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Maaf Kalo:















Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Galau Time:

















Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Galau Unyu - Unyu:




�Sesungguhnya kegalauan adalah hak segala bangsa.� � Free man



Belakangan ini kata �galau� tampaknya tengah menyingkirkan eksistensi kata �~unyu� di dunia maya. Sampai-sampai kalau sehari aja nggak bikin status galau di situs jejaring sosial bisa menambah galau suasana hati yang lagi galau saat itu. Bahkan sangking galaunya, kadang perasaan galau ini dibawa-bawa ke kampus, ke lapangan badminton, sampai ke warung makan deket kosan. �Makan dulu ah, biar gak galau..� Hubungannya apa coba? Dari jaman nenek moyang gue jadi pelaut juga yang namanya orang makan itu karena lapar, bukan karena galau! Plisss deh, unyu banget sih loe~



Padahal kalau orang yang ngaku galau itu ditanya arti kata galau, mungkin orang itu juga gak tau arti kata galau yang sebenarnya.



�Galau itu.. ya galau! Masak loe gak tau galau sih?!� kata si A.



�Galau tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.. Ini soal perasaan.� kata si B.



�Galau itu kakaknya Andy Lau.� kata si C.



�Ah, loe nanya apa sih? Tambah bikin galau aja!� kata si D.



������������������..� kata si E (sangking galaunya doi sampe gak bisa berkata-kata tentang arti kata galau yang sebenarnya!)



Tampaknya arti kata �galau� saat ini memang memiliki banyak versi. Suka-suka orang lah mau mendefinisikannya seperti apa. Walau menurut Kak Mus Besar Bahasa Indonesia kata ga.lau dalam kata sifat diartikan sebagai kacau tidak keruan (pikiran). Namun meskipun demikian, kata galau sudah mahfum dimaknai khalayak sebagai cabang baru dari perasaan sedih, marah, putus asa, cengeng, gelisah, dan lainnya.



Nah, dari berbagai versi makna �galau� di atas maka bisa ditarik kesimpulan bahwa hubungan �galau� dengan �bimbang� sendiri sebenarnya lebih dekat daripada hubungan galau dengan Bambang. Kenapa? Karena galau dapat diartikan sebagai kondisi dimana seseorang tidak mengerti dan bingung dengan perasaan yang sedang dialaminya karena suatu kondisi atau orang tertentu. Sehingga orang galau sering diidentikkan pula dengan kondisi orang yang sedang jatuh cinta.



Orang yang menunjukkan kegalauan biasanya cenderung �mencari perhatian�, baik minta dikasihani atau pun minta diapresiasi. Tentu pendapat ini berpotensi mengundang banyak kontroversi karena seperti disebutkan di awal tulisan ini : kegalauan adalah hak segala bangsa! Jadi boleh dong orang mengekspresikan perasaannya dalam bentuk galau, namanya juga orang lagi galau, jadi ya pengen galau!



Tapi sejujurnya, dalam pandangan saya pribadi, ada ketakutan bahwa rasa galau ini lama-lama bisa membunuh karakter seseorang. *Wuih,, sadis bennneeerrr..* Sebab orang yang memproklamirkan dirinya tengah BENAR-BENAR galau (bahkan AKUT) cenderung menutup diri dan menutup segala kemungkinan solusi yang ada atas permasalahannya sehingga sulit berpikir jernih. Orang galau akan �mensetting� pikirannya bahwa ia tengah sendirian di dunia ini, tidak ada orang yang mampu menolongnya, sehingga ia pun hadir sebagai sosok yang tengah berputus asa.



Dr. Paul Stoltz pernah menemukan sebuah fakta bahwa seorang anak kecil rata-rata tertawa hingga 300 kali dalam sehari. Sedangkan orang dewasa hanya tertawa rata-rata 7 kali dalam sehari. Ini merupakan hasil akumulasi dari adversity (apaan tuh???) yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Bahkan menurut riset, rata-rata jumlah kesulitan dan tantangan yang dihadapi oleh seorang individu dalam sehari meningkat dari 7 hingga 23 di dalam sepuluh tahun belakangan ini (!). Hal inilah yang memicu timbulnya peran Adversity Quotient (AQ).



Dalam ilmu psikologi, kecerdasan seseorang tidak hanya dinilai dari IQ (Intelligent Quotient), EQ (Emotional Quotient), SQ (Spiritual Quotient) namun juga Adversity Quotient (AQ). Adversity secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu ketidakbaikan, ketidakcocokan, dan hal-hal yang merugikan. Dalam hidup, seorang manusia sejatinya akan menemui banyak sekali hal-hal yang tidak baik dan tidak cocok dengan harapan sehingga seolah-olah kita berada dalam kondisi yang merugikan.



AQ didefinisikan sebagai ketahanan atau resistensi seorang individu dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dalam hidupnya, mengendalikan dan mengambil peluang dari setiap kesulitan yang dihadapinya, dan ketahanan dalam menyelesaikan suatu problem. Atau secara sederhana AQ merupakan kapasitas kita untuk merespon secara produktif saat-saat stress atau dalam masa susah. Paul Stoltz, penemu �AQ� menilai bahwa terdapt tiga tipe orang di dunia ini yakni sang �climbers�, �campers�, atau �quitters�.



Windy Natriavi S. dalam esainya �The Missing Abundance Mentality in Our Curriculum� (2011, p.94) menulis bahwa dalamsebuah konferensi, seorang mantan direktur PT. Indofood memilih untuk menegaskan pentingnya AQ dibandingkan keterampilan leadership ataupun strategi perusahaan dalam menghadapi persaingan. Ia memaparkan panjang lebar bahwa alasan bangsa kita tidaklah maju bukan karena kita tidak cukup pintar, kurang peka dan sosial, ataupun kurang spiritual. Ia mengatakan bahwa satu-satunya alasan mengapa bangsa sepotensial kita tidak dapat bermain dalam percaturan dunia internasional adalah bahwa kita memiliki AQ yang sangat rendah.



Kita dinilai sebagai bangsa �quitters�, bangsa yang cepat menyerah bila dihadapkan dengan kesulitan. Sedangkan bangsa-bangsa di luar sana yang jauh lebih maju dibandingkan kita, memiliki AQ yang jauh lebih tinggi atau climbers. Lalu ada bangsa yang terkesan biasa-biasa saja yang disebut sebagai �campers� dimana �campers� ini merupakan sekitar 80% dari tenaga kerja yang tersedia pada saat ini. Mereka menangani kesulitan cukup baik, namun memiliki sejumlah potensial yang masih belum terasah. Terlebih lagi, rintangan dan tantangan membuat mereka begitu down dibandingkan yang seharusnya.



Bukankah Thomas A. Edison pun berkata bahwa �Genius is 99% perspiration, and 1% inspiration�? Hal ini mengimplikasikan bahwa dalam kesuksesan seseorang, begitu banyak rintangan dan kesulitan yang harus dihadapi oleh individu tersebut. Masalah, hambatan, dan rintangan adalah fitrah yang harus kita hadapi. Maka akan sangat disayangkan bila seorang yang mendapati dirinya dalam kesulitan atau rintangan maka ia akan menghadapinya dengan perasaan tidak berkuasa dan rasa putus asa. Sikap seperti ini justu akan memberikan kesan permasalahan yang ia hadapi jauh lebih buruk dibandingkan dengan keadaan sebenarnya.



Galau tidak pernah lahir dengan sendirinya. Galau hadir karena ia diciptakan oleh diri kita sendiri. Optimislah dalam menjalani tantangan hidup. Bila suatu permasalahan seolah tidak mampu kita selesaikan sendiri, maka mintalah bantuan orang lain. Atau berikan perhatian kepada hal yang dapat dikendalikan, bukan hal-hal yang di luar kendali kita. Kemudian lihatlah bagaimana sikap optimisme kita dapat mempengaruhi jalannya permasalahan dan situasi lainnya ke depan.



Saya sendiri bukan orang yang �bersih� dari rasa galau. Tapi setidaknya saya berusaha untuk tidak larut dalam galau dan merepetisi (bahkan menghayati) kata �galau� dalam hati dan pikiran saya. Jalannya kehidupan sangat ditentukan oleh kekuatan pikiran. Hidup akan menjadi mudah ketika kita berpikir mudah, dan hidup akan menjadi semakin sulit ketika kita berpikir sulit. Seorang Einstein pun meresapi pemahaman ini dengan baik, �the world we have created is a product of our way of thinking.�












[spoiler=open this] for For Update 1:




galau sering diidentikan dengan anak muda yang patah hati. Padahal, penyebab galau itu banyak. Semua orang pasti pernah galau, mulai dari pelajar, tukang pecel, supir angkot, pedagang sayur keliling, semua pasti pernah galau. Banyak yang tidak tau tentang sejarah galau. Ada yang menyebut galau itu adalah kata-kata misterius yang diucapkan manusia purba. Konon, saat masih zaman batu, ada seorang pemuda yang selalu bernasib sial. Lahir dengan tampang pas-pasan, rumahnya hanya terbuat dari jerami sementara yang lain udah dari batu dan gak punya benda berharga buat di barter, pokoknya nih orang ngenes banget pada masa itu. Sampai pada suatu hari dia jatuh cinta kepada cewek purba yang bohay. Tapi ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan, cewek purba itu lebih memilih pemuda purba yang tajir. Karena kejadian itu, dia sering diteriakin temen-temennya gini: "Huh, galaugalaugalaugalau..."



Ada juga yang menyebut galau itu berasal dari nama cowok yang jomblo sampai dia meninggal di usia 97 tahun tanpa pasangan asal Belanda, Mark Van Galau. Sejak saat itulah istilah galau mulai tersebar. Para peneliti tata bahasa Indonesia akhirnya memutuskan untuk memasukkan kata galau ke Kamus pergaulan Indonesia









Sponsored Links
Space available
Post Reply

Thread Tools



Switch to Mobile Mode

no new posts