Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > Jual Beli > Service > Fotografer

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 15th October 2012
FotoJago's Avatar
FotoJago FotoJago is offline
Ceriwis Pro
 
Join Date: Oct 2012
Posts: 2,107
Rep Power: 15
FotoJago mempunyai hidup yang Normal
Default ♫♪ Surat Terbuka untuk Para Fotografer FJB yang "Profesional" ♫♪

Kondisi Barang : Baru

Harga :



Lokasi Seller : Jawa Timur


Description :



Ehem ehem....alangkah senangnya jika agan meluangkan membaca artikel ini sedikit, kalau memang tak menarik lebih baik agan2 tidak udah baca .. oh iya diatas pakai kutip ya "PROFESIONAL" aka pengguna gear gear pro



setelah malang melintang tukang foto keliling kampung, cukup prihatin juga sejak mulainya era fotografri DSLR merambah murah meriah. mulai dari harga terjangkau dan tidak terjangkau...



saya lebih tertarik melihat trit di FJB jasa fotografi. portofolio yang ditampilkan juga mulai menarik, tak kalah para fotografer dari luar negri. namun yang cukup memprihatinkan adalah politik banting harga yang diluar ambang batas kewajaran.





padahal pekerjaan fotografi itu tidak lah mudah loh... saya menulis ini bukan karena takut kehilangan pelanggan atau uang. namun saya coba mengajak kalian untuk menghargai diri sendiri dan ilmu yang kalian dapat pelajari tidak seharusnya dibayar "murah".



pernah dengar kan kita belajar untuk mendapat pekerjaan?

dan untuk menjalaninya itu pun untuk mengeluarkan uang. setelah kita mendapat ilmu akhirnya uang yang kita keluarkan itu kembali lewat usaha, kerja keras, dan ilmu yang didapat dari uang yang kita keluarkan lagi.



saya cukup lucu melihat para seller membuat judul lapak mereka disini. embel-embel fotografer profesional pun masuk... tidak salah sih, dan saya juga tidak melarang "politik banting" harga yang mereka lakukan. namun rasanya kurang cocok menggunakan kata profesional jika kalian bekerja tidak profesional.



profesional yang saya maksud bukanlah mengerti shutterspeed, mengerti efek panning, braketing, bukaan cahaya, bla...bla.... namun profesional dari segala aspek. baik itu memanajemen keuangan, pengeluaran, anggaran, serta promosi.



akhir2 ini mungkin karena banyaknya persaingan para fotografer kondangan seperti saya mulai kecewa juga melihat politik dumping (banting harga) di FJB, saya sangat shock 1 hari lalu melihat trit lapak jasa fotografi dengan harga cukup fantastis bagi customer. harga yang mereka pasang sekitar 25 x harga makan di warteg dengan porsi Rp 10.000 with unlimited shoot.

atau


[/quote]
Quote:





aka Rp. 250.000





Quote:





Padahal harga sewa kamera dipasaran saja sekitar paling murah 450k untuk satu harinya





atau

Quote:





asumsikan memang punya kamera sendiri :

Taruh lah harga nikon/canon yang paling murah itu Rp.6.500.000

- untuk pemakaian 2 tahun, 1 tahun sudah tercover garansi 1 tahun siap2 rusak.



2 tahun = 24 bulan




Code:

biaya depresiasi = harga beli / masa pemakain
biaya depresiasi = 6.500.000 / 24 bulan
biaya depresiasi = 270.000/bulan

apa kalian berfikir seperti ini????






mungkin kalian akan terasa ketika kamera kalian rusak karena shuttercount sudah terlalu banyak. biasanya setelah 1 tahun kamera mulai berasa ga enak



atau ada alasan lain seperti :



ini kan buat iseng aja / banyak kenalan / cari temen / buat nabung... dan banyak lagi...



Quote:





hargailah mereka yang konsisten dan memilih ini sebagai pekerjaannya. kalau memang mencari pekerjaan sulit toh mengapa tidak mencoba profesional meskipun selevel RT dan RW??





padahal kesempatan banyak sekali jika perputaran uang di bidang ini bisa kalian kelola. mungkin untuk menambah gear, atau beli lensa, dsb...



beruntung saya lebih melek internet dibanding rekan2 saya fotografer kampung lainnya yang cuma menunggu panggilan dari salon2 rekanan mereka. kadang jika lebih order saya suka lempar job ke mereka untuk sambung rejeki dan kehidupan mereka (apalagi yang sudah berkeluarga mereka sangat berterimakasih sekali). saya lebih menghargai mereka yang benar-benar konsisten dengan pekerjaan pilihan mereka. rejeki memang ga kemana ko'/



tapi jangan lupa harga pasaran. hargailah diri kalian atau mereka yang cuma bekerja di bidang ini. bukan notabene sampingan.



salam hangat



fotograferbego



*maaf terlalu frontal ga usah didengerin dan dimasukin hati, bego ini



Quote:






Originally Posted by halo agan2 ganteng



Fotografi dikenal sebagai bisnis yang unik. Sejatinya, fotografi adalah bisnis jasa, yang sekaligus pula menghasilkan produk berupa foto. Saya bukan ahli ekonomi atau pakar pemasaran, dan memberikan pendapat berdasarkan pengalaman sebagai praktisi.



Sepengetahuan saya, belum ada diskusi atau analisis formal mengenai pricing pada fotografi, baik oleh pakar pemasaran yang mengerti fotografi maupun fotografer profesional yang jago pemasaran. Bahkan analisis bisnis peralatan fotografi pun sepertinya belum pernah ditelaah secara terbuka. Kebanyakan pebisnis foto memperoleh pengalaman secara turun temurun, sementara fotografer profesional belajar dari pengalaman alias otodidak.



Padahal bisnis fotografi bukan seperti jaman dahulu lagi. Sekarang sudah banyak fotografer yang bisa hidup secara layak, tak seperti dahulu yang dipandang sebelah mata. Dahulu hanya beberapa orang dari kalangan terbatas saja yang bisa jadi fotografer, sekarang akses ke profesi ini bisa dibilang tak berpenghalang. Saat ini kamera dijual di mana-mana dengan harga terjangkau, sementara dahulu kamera hanya bisa dibeli di kota besar dengan harga mahal dalam jumlah,model dan tipe yang terbatas.



Berbagai kemudahan dalam bisnis fotografi saat ini diimbuhi komunikasi dan informasi tak berbatas. Apresiasi masyarakat terhadap fotografi meningkat seiring dengan pendidikan yang lebih berkualitas dan budaya yang lebih maju. Hakikat fotografi sebagai alat komunikasi visual pun mendapat posisi lebih terpandang.



Volume peredaran uang yang diakibatkan oleh putaran bisnis fotografer profesional memang belum pernah punya rilis angka resmi. Tapi secara awam, bisa dihitung dari jumlah acara pernikahan yang terjadi di seluruh Indonesia, atau paling tidak bisa mengambil sample beberapa kota besar. Misalnya saja dari 200 juta penduduk Indonesia ada 10 persen yang berada dalam usia kimpoi, yakni 20 juta. Dari jumlah tersebut, taruhlah ada 10 persen, yakni 2 juta muda-mudi yang memakai jasa fotografer profesional. Sejumlah 2 juta muda-mudi itu, atau 1 juta pasang pengantin diasumsikan menyewa jasa fotografer profesional senilai Rp 1 juta per paket foto perkimpoian.



Uang yang terlibat dari asumsi tersebut adalah Rp 1 juta kali 1 juta pasang, yakni minimal sebesar Rp 1 trilyun per tahun. Jumlah yang sangat besar dan penting untuk diperhitungkan secara serius. Tak ada acara pernikahan yang tak difoto, bukan?



Asumsi tersebut melibatkan pula bisnis toko kamera, bisnis cetak foto, pabrik pembuat album foto, jasa servis kamera dan, tentunya, fotografer dan asisten-asistennya. Masih banyak lagi jenis jasa fotografi profesional yang patut diperhitungkan. Meski volume order-nya lebih sedikit tapi nilai uang yang terlibat jauh berlipat ganda besarnya,



Jasa fotografi untuk foto kalender dan foto ilustrasi brosur bisa diasumsikan rata-rata senilai Rp 5 juta per proyek. Jasa foto periklanan, seperti iklan koran dan baliho, taruhlah rata-rata senilai Rp 10 juta per proyek. Harga jasa foto untuk company profile dan laporan tahunan diasumsikan rata-rata Rp 15 juta per proyek.



Asumsi-asumsi tersebut sebenarnya asumsi terendah. Ada proyek foto mobil untuk keperluan periklanan senilai lebih dari Rp 20 juta per foto. Ada juga proyek pemotretan produk dengan jumlah kuantitas banyak untuk keperluan brosur, katalog dan web senilai lebih dari Rp 30 juta. Dan, banyak klien yang memesan paket foto wedding senilai lebih dari Rp 50 juta.



Demikian tinggi harga fotografi profesional, diiringi pula persaingan tak sehat dalam harga alias pricing. Kalau ada fotografer wedding menjual paket seharga Rp 1 juta, maka kompetitornya akan tega memberi harga di bawah itu agar order berpindah tangan. Padahal, persaingan tak sehat ini mengorbankan konsumen dalam hal kualitas produk dan pelayanan. Fotografer pun turut menjadi korban, lantaran profit margin menipis. Akibatnya, fotografer tak bisa melanjutkan bisnis lantaran tak ada budget untuk servis kamera, apalagi beli kamera baru, lantaran untuk makan sehari-hari saja pas-pasan.



Padahal jika bisnis dijalankan secara benar, mustinya fotografer bisa hidup secara layak. Toh, bukti nyata bisa dijumpai. Ada banyak fotografer bisa hidup layak, bahkan mewah. Tak hanya di Jakarta, melainkan juga di berbagai kota di Indonesia.



Ketika skill nihil dan malas kerja keras, maka muncullah niat jalan pintas memangkas profit margin demi merebut order. Skill membutuhkan belajar dan latihan, sementara kerja keras menuntut niat dan motivasi. Sayangnya, berbagai kemudahan akses untuk menerjuni bisnis fotografi membuat banyak pemula yang terlena dan malas. Dengan imbuhan cinta uang, maka keterlenaan dan kemalasan itu membuahkan iklim kompetisi yang tak sehat. Konsumen dikorbankan dan fotografer bangkrut.



Alhasil, kebijakan banting harga seperti obral diskon cuci gudang di supermarket tak bisa diterapkan di fotografi. Dalam industri kreatif, yang salah satunya adalah bisnis fotografi, kebijakan memberikan harga musti benar-benar dijalankan secara bijak. Pada hakikatnya, kreativitas dalam industri kreatif merupakan komponen yang layak dihargai.







[quote]






Originally Posted by bajoeindra





susahnya, kbanyakan orang indo lebih menghargai harga murah n kualitas buruk daripada harga sedikit mahal tp kualitas bagus (conto nyata: hp2 abal2 laku berat disini)



yg penting sih jgn liat kanan kiri, klo emang lu yakin sama kualitas lu, pasang harga sesuai dengan kelas n kualitas lu.



itu aja dahh.







kadang hidup harus memilih ya gan... wkwkw..

Reply With Quote
Reply

Thread Tools

Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:51 AM.


no new posts