FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Business Segala topik apapun tentang bisnis di bahas di dalam sini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Ilustrasi BUMN. Pemerintah sedari dulu berambisi untuk merampingkan jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN saat ini dinilai terlalu gemuk. Di mana jumlah perusahaan pelat merah saat ini tercatat mencapai 141. Kementerian BUMN era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah membuat peta jalan atau roadmap mengenai efisiensi melalui skema merger (penggabungan). Pemerintah saat itu melihat skema ini, selain untuk efisiensi, juga bertujuan menambah nilai ekuitas dan aset BUMN lima kali lipat dari yang ada saat ini. Rencananya pemerintah ingin menggabungkan empat kelompok BUMN. BUMN tersebut bergerak pada bidang perkebunan, farmasi, industri perkapalan, dan tambang. Di bidang perkebunan, pemerintah berencana menggabungkan ke-14 PT Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Di bidang farmasi, perusahaan sasaran ialah Kimia Farma dengan Indofarma. Di bidang industri perkapalan, ada tiga perusahaan masuk dalam skema penggabungan yakni PT Dok dan Perkapalan Surabaya, PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari, serta Industri Kapal Indonesia Makassar. Sementara, di bidang tambang, seluruh perusahaan pelat merah yang telah melantai di bursa akan digabung menjadi satu perusahaan bernama Indonesian Resources Company. Sampai saat ini rencana tersebut belum ada tindak lanjut. Kini, pemerintah Joko Widodo atau Jokowi kembali menghidupkan wacana penggabungan BUMN. Kali ini sasarannya adalah Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Mandiri. Bos BNI Gatot M Suwendo pesimis rencana ini bisa terealisasi. Pasalnya, banyak pengorbanan untuk menjalankan rencana ini. Salah satunya penghentian kerja atau PHK massal dan sulitnya membayarkan pesangon karyawan. Kesulitan penggabungan dua BUMN ini bukan terjadi saat ini saja. Sebab, menurutnya, tercatat sudah beberapa perusahaan negara gagal bergabung. "Belum tentu sinergi bisa tercapai. Banyak contoh merger gagal, karena tidak cocok dan tepat. Sulit juga menyatukan budaya perusahaan yang berbeda," ucapnya. Sebetulnya, BUMN apa saja yang sejauh ini terpantau gagal dimerger? Berikut merdeka.com akan merangkumnya untuk pembaca. ![]() ![]() [bim] |
![]() |
Thread Tools | |
|
|