11th February 2011
|
 |
Member Aktif
|
|
Join Date: Dec 2010
Posts: 221
Rep Power: 0
|
|
Jerman Ambil Alih Bursa New York
TEMPO Interaktif, New York -Setelah 219 tahun menjadi simbol kapitalisme Amerika Serikat, Bursa Efek New York (NYSE) selangkah lagi diambil alih oleh Deutsche Borse AG, dan menjadi pasar keuangan terbesar di dunia.
Selain New York, NYSE akan melebur empat bursa miliknya di Eropa ke dalam Deutsche Borse. Pengambilalihan ini merupakan cara agar tidak tertinggal dari bursa-bursa kecil yang kini sedang giat melakukan merger.
Jika kesepakatan tercapai, pamor New York, sebagai pusat transaksi finansial, akan memudar karena investor dari negara lain bisa bertransaksi dari negaranya masing-masing, setiap saat.
�Wall Street akan menjadi sangat penting, tapi bukan sebagai pusat keuangan, karena pasar modal sudah ada di mana-mana,� kata Michael LaBranche, Direktur LaBranche & Co, perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa New York selama 87 tahun.
Ahli antitrust memperingatkan kesepakatan ini akan membentur regulasi merger yang ketat di Eropa. Pasalnya, bursa baru tersebut bakal mendominasi perdagangan saham dan transaksi derivatif di Uni Eropa dan Amerika.
Sebanyak 60 persen saham bursa baru dikuasai oleh Deutsche Borse, dan sisanya NYSE Euronext. Penggabungan kedua bursa menciptakan kapitalisasi pasar US$ 25 miliar (Rp 225 triliun).
Eksekutif Bursa Jerman, Reto Francioni, akan menjadi ketua, sedangkan pemimpin NYSE Euronext, Duncan Niederauer akan menjadi direktur eksekutif. Kantor pusat bursa akan dibagi di Frankfurt dan New York.
Pencatatan saham global dan perdagangan akan berbasis di New York, sedangkan transaksi derivatif global berpusat di Frankurt. Sedangkan Paris menjadi pangkalan pengembangan teknologi dan perdagangan saham Eropa.
Pada 2006, NYSE mengalahkan Deutsche Borse saat membeli Euronext, yang berbasis di Paris. Pada 2008 dan 2009, Deutsche Borse dan NYSE membahas kemungkinan merger, tetapi kandas karena ada sengketa internal di manajemen Deutsche Borse.
WALL STREET JOURNAL | VIVA B. KUSNANDAR | EFRI RITONGA
|
