FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Health Mencegah lebih baik dari mengobati. Cari tahu dan tanya jawab tentang kesehatan, medis, dan info dokter disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Original Posted By Natalia Trijaji
KabarIndonesia - Suami-istri tentu ingin perkawinannya langgeng. Namun gelombang dan badai mungkin saja mengombang-ambingkan bahtera rumah tangga bahkan menghempaskan dan mengandaskannya. Bagaimana menghadapinya agar mampu bertahan? Istilah honey di atas sebagai bulan madu yang manis dan penuh keindahan. Ketika bulan madu berlalu, rasa manis dan keindahan itu mulai pudar. Bisa saja bertahun-tahun kemudian, perkawinan berubah hambar bahkan berakhir dengan perceraian karena terjadi hal-hal yang tak diinginkan seperti perselingkuhan. Sebagaimana empat musim dalam setahun, juga ada empat musim dalam perkawinan. Musim semi adalah bulan madu dan masa awal perkawinan. Musim panas ketika terjadi konflik. Disusul musim gugur ketika perkawinan mengalami guncangan karena konflik memuncak dan tak terselesaikan. Kondisi ini bisa berakhir dengan musim dingin dimana suami-istri tak saling bicara apalagi menyentuh. Diharapkan musim dingin segera berlalu, berganti dengan musim semi kembali dan tak perlu terjadi musim panas lagi. �Keempat musim itu merupakan pasang surut dalam kehidupan suami-istri. Kita tentu berharap jangan sampai mengalami musim panas hingga musim dingin. Inginnya musim semi terus. Tapi bisa saja terjadi hal-hal tak diinginkan dalam perkawinan,�. Ada empat kelompok masalah dalam perkawinan yaitu ketakpuasan karena kebutuhan tak terpenuhi, tak mampu menerima perbedaan pasangan, tak ada respek dan saling percaya, serta masalah komunikasi dan seks yang kerap terjadi. Ia mengingatkan, masalah kecil dan sepele bisa jadi besar jika suami-istri mengedepankan egoisme dengan mempertahankan sikap masing-masing sehingga ribut berkepanjangan. Misalnya istri marah-marah karena suami tidak rapi, menaruh barang sembarangan. Sebaliknya suami marah karena istrinya dianggap bawel. Suami-istri hendaknya menerima perbedaan masing-masing karena tiap pribadi adalah unik. Perbedaan itu bagus untuk saling melengkapi. Ia memaklumi pudarnya kemesraan yang menimpa pasangan yang sudah menikah bertahun-tahun akibat kesibukan dan sebagainya. Namun keadaan ini tak boleh dibiarkan. Hubungan ini harus diremajakan dengan menjaga kebersamaan. �Seperti tanaman, perkawinan itu harus dipupuk. Sesibuk apapun, suami-istri hendaknya menyisihkan waktu untuk berdua seminggu sekali. Dua jam cukuplah. Misalnya dengan jalan-jalan, makan di luar atau nonton film. Tak kalah penting, usahakan berbulan madu tiap tahun. Misalnya saat ulang tahun perkawinan.� Perselingkuhan Tiap pasangan tentu ingin memiliki keluarga yang utuh dan bahagia. Namun bisa saja terjadi guncangan di perjalanan. Salah satunya masalah yang menyangkut komunikasi dan seks berupa perselingkuhan. Ia menyebutkan ada dua tahapan perselingkuhan yaitu ketertarikan fisik atau emosional dan ketergantungan atau perasaan yang membutakan. Perselingkuhan bisa terjadi pada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Misalnya diawali dari reuni yang menumbuhkan cinta lama bersemi kembali (CLBK). Perselingkuhan juga tak direncanakan. Maksudnya bisa datang sendiri secara tiba-tiba. Ada anggapan umum yang mengatakan perselingkuhan cenderung dilakukan pada usia 40 tahun ke atas dengan dalih puber kedua. Padahal itu tidak benar. �Usia 40 ke atas itu bukan mengalami puber tapi krisis percaya diri. Kalau puber dialami semua orang. Tapi selingkuh kan dilakukan orang-orang tertentu�. Menyinggung kondisi psikologis suami pada usia tersebut yang merindukan pujian istri, namun tak dipahami sehingga suami senang dan bangga ketika dipuji orang lain misalnya sekretarisnya. Ini bisa jadi pintu menuju perselingkuhan. Namun jika suami menyadari keadaan, hal ini tak kan terjadi. �Jangan sampai jatuh ke dalam perangkap ketertarikan pada orang lain. Nanti jadi selingkuh. Perangkap perselingkuhan bisa membuat orang lupa diri sehingga tak berdaya. Dampaknya bisa fatal bagi keluarga�. Suami-istri rentan terhadap perselingkuhan. Karena itu harus mampu menjaga diri. Untuk mencegah perselingkuhan, perlu mengenal teman-teman dan lingkungan pasangan. Juga jangan memiliki persepsi negatif terhadap pasangan. Jika persepsi ini tak diubah akan memperburuk hubungan dan keadaan. Cepat atau lambat perselingkuhan akan terkuak. Orang tak bisa terus menutupi kebohongan. Ibarat pepatah sepandai-padai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Namun perkawinan harus diselamatkan dan dipertahankan. Untuk memulihkan hubungan suami-istri setelah diguncang perselingkuhan. �Langsung putuskan hubungan total dengan selingkuhan lalu harmoniskan hubungan dengan pasangan". Suami-istri untuk terus membina keharmonisan tersebut dengan berupaya saling memahami dan menjaga diri dari godaan. �Jangan meributkan hal-hal remeh-temeh. Jika ada masalah, segera selesaikan. Singkirkan egoisme. Jangan gengsi untuk minta maaf. Nikmatilah kebersamaan. Hiduplah seolah-olah ini hari terakhir bersama pasangan.� |
![]() |
|
|