FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Perjuangan keras anak-anak untuk pergi ke sekolah juga dialami sebagian anak-anak di pinggiran Malaysia. Bahkan kadang ada siswa yang tercebur saat melintasi sungai dengan perahu nelayan untuk menuju sekolah. Anak-anak itu pun tersebut diwajibkan membawa peralatan tambahan berupa jaket pelampung jika hendak berangkat sekolah. Sekitar 90 siswa sekolah SJK (C) Yit Kwan yang terletak di Kampung Bagan Sungai Kajang, Tanjung Karang, ini hanya memiliki pilihan untuk menggunakan perahu nelayan tersebut. Jika harus melintasi jalur darat, mereka harus menghabiskan waktu 10 menit lebih lama untuk pergi ke sekolah. "Setiap siswa memiliki jaket pelampung sendiri. Jika tidak, mereka akan kena tegur gurunya ketika mereka tiba di sekolah," ujar kepala desa setempat, Ang Seng Hock, seperti dilansir oleh The Star, Selasa (8/5/2012). Menurut Ang, jaket-jaket pelampung tersebut disediakan oleh pemerintah untuk memastikan keselamatan para siswa. Jaket tersedia dalam beragam ukuran anak-anak. Hal semacam ini, lanjut Ang, telah berlangsung sejak 60 tahun terakhir. Dituturkannya, meski kadang-kadang ada siswa yang tercebur ke sungai namun belum pernah ada yang tenggelam. "Terkadang, anak-anak suka terburu-buru atau karena masih mengantuk sehingga mereka terpeleset ketika turun tangga menuju perahu. Namun dengan mengenakan jaket pelampung, keselamatan mereka tidak terancam. Paling-paling mereka hanya akan kehilangan buku sekolah mereka," terangnya. Ang mengatakan, sebagian besar siswa memilih untuk mengenakan perahu nelayan ke sekolah karena lebih cepat jika dibandingkan melewati jalur darat. Total ada 4 perahu yang setiap harinya bolak-balik mengantar anak-anak tersebut ke sekolah. "Jika mereka harus naik bus, dibutuhkan sedikitnya dua kali perjalanan. Dengan selang waktu sekitar 30 menit (per bus), berarti rombongan pertama harus berangkat sangat pagi agar bus tersebut bisa menjemput rombongan kedua," tuturnya. Dengan menggunakan perahul, anak-anak tersebut hanya dipungut biaya sebesar 20 ringgit (Rp 60 ribu) per bulannya. Ditambahkan dia, bulan depan warga desa akan memperbaiki dermaga yang kini terbuat dari kayu, diganti dengan semen agar strukturnya lebih kuat. Kasus ini tentu mengingatkan kita dengan anak-anak SD di Lebak, Banten, yang harus melintasi jembatan 'Indiana Jones' untuk bisa pergi sekolah. Masalahnya, mereka harus menghabiskan waktu 30 menit lebih lama jika harus melintasi jalur darat. Jembatan yang dibangun pada 2001 tersebut hancur saat diterjang banjir besar beberapa waktu lalu dan hanya menyisakan satu tali saja yang masih menghubungkan kedua daratan di tepi sungai tersebut. Namun setelah ramai diberitakan beberapa waktu lalu, otoritas setempat telah menyediakan rakit atau perahu karet untuk menyeberangkan anak-anak tersebut. sumber: detik. com Terkait:
|
![]() |
|
|