PROFIL Classic Match: Indonesia 0-0 Manchester United
[/quote][quote]
[/spoiler]
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Yugoslavia 2-4 Indonesia, di Belgrade pada 09 September 1956:
Dalam sebelas kali pertandingan internasional itu, timnas Indonesia hanya bermain dua kali melawan timnas �A� (Yugoslavia dan Jerman Timur) dan sekali melawan timnas �B� (Cekoslowakia). Selebihnya, timnas Indonesia hanya melawan klub-klub lokal.
Rombongan PSSI terdiri dari Maladi (pemimpin rombongan) dan Toni Pogacnik (pelatih), Saelan, Paidjo (penjaga gawang), Sidhi, Phwa Sian Liong, Witarsa, Joemarsono, Thio Him Tjiang, Basir Isa, Soetardi Hardjolukito, Ramlan Yatim, Kwee Kiat Sek, Djamiaat, Siswanto, Rukma, Danu, Machmul, Ramli, Rasjid, Chaeruddin, Ade, Liong Houw, dan Lie Kian An. Jumlah pemain timnas Indonesia seluruhnya 18 pemain.
Inilah salah satu pertandingan internasional ketika timnas Indonesia berjumpa dengan timnas Yugoslavia di Stadion JNA, Yugo National Army, Belgrade (9 September 1956). Pada saat itu, Indonesia kalah 2-4 dari tuan rumah Yugoslavia.
Formasi pemain Indonesia ketika melawan Yugoslavia: Saelan (penjaga gawang), Chaeruddin, Him Tjiang, Rukma, Kiat Sek, Liong Houw, Ade, Witarsa, Sian Liong, Danu/Djamiaat, dan Ramli.
Ada satu hal yang patut dicatat pada masa itu, meskipun 10 dari 11 pertandingan menderita kekalahan, para penonton di negeri orang (Eropa) sangat banyak untuk memenuhi stadion: puluhan ribu. Malah dalam pertandingan di Leningrad (Rusia), jumlah penonton mencapai angka 100ribu-110ribu jiwa, termasuk Ir. Soekarno (Presiden Republik Indonesia). Ya, kekalahan di kandang lawan merupakan hal yang wajar, tetapi sambutan penonton yang menjamu timnas Indonesia sangat luar biasa. Oh ya, selain itu, ada pula kisah menarik ketika melawan Yugoslavia yang sedang mempersiapkan diri menghadapi Hungaria (Ferenc Puskas cs) dalam beberapa hari ke depan. Pada saat itu, publik Eropa menduga, Yugoslavia akan menang 5-0 atau 10-0 atas Indonesia. Faktanya hanya 4-2. Dan sesudah pertandingan, seluruh Eropa gempar, seluruh pers Eropa terkejut.
Hasil pertandingan internasional:
Rusia
19/08/1956: di Baku: Indonesia vs Neftjanik 1-3
23/08/1956: di Tiflis: Indonesia vs Dynamo Tbilisi 2-5
26/08/1956: di Stalinov: Indonesia vs Shakter 1-2
29/08/1956: di Kharkov: Indonesia vs Avangard 1-2
01/09/1956: di Leningrad: Indonesia vs Buruh 2-5
04/09/1956: di Ivanovo: Indonesia vs Buruh Tekstil 2-0
Yugoslavia:
09/09/1956: di Belgrade: Indonesia vs Yugoslavia 2-4
16/09/1956: di Zagreb: Indonesia vs bond Kroasia 2-5***
***) Nama bond Kroasia tidak diketahui. Di Indonesia, bond = perserikatan. Mungkin bond Kroasia ialah salah satu klub di Kroasia. Maksud catatan NMR ini yaitu bahwa pertandingan melawan Kroasia bukan timnas Kroasia.
Jerman Timur:
20/09/1956: di Chemnitz: Indonesia vs Jerman Timur 1-3
23/09/1956: di Dresden: Indonesia vs Einheit Club 1-4
Cekoslowakia:
26/09/1956: di Pilzen: Indonesia vs Cekoslowakia B 1-5
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for foto galery:
Witarsa (kapten timnas Indonesia) dan Horvat (kapten timnas Yugoslavia) sebelum pertandingan dimulai yang disaksikan pula oleh wasit asal Bulgaria, Takof.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Indonesia 0-0 Uni Soviet, di Melbourne, di Australia pada 29 November 1956:
Pada 29 November 1956 timnas Indonesia pernah membuat sensasi dengan menahan imbang raksasa sepakbola dunia saat itu, Uni Soviet dengan skor 0-0. Pertandingan tersebut berlangsung di Melbourne, Australia di ajang Olimpiade babak perempat final. Indonesia maju ke perempat final setelah di babak sebelumnya menang WO lawan Vietnam sedangkan Uni Soviet menang melawan tim tangguh Jerman 2-1.
Sebelum pertandingan, beberapa pemain inti Indonesia dilanda cedera. Ramli (PSMS Medan), Rukma, dan Ade Dana (Persib Bandung) dipastikan tidak bisa tampil. Padahal ketiga pemain ini nyaris tak tergantikan. Sedangkan lawan yang dihadapi adalah tim yang secara keseluruhan kualitasnya berada diatas Indonesia.
Meski demikian, pelatih Indonesia asal Yugoslavia, Tony Pogacknik jeli melihat kekurangan tim lawan. Ketika Soviet melawan Jerman, jarang sekali terlihat tembakan-tembakan yang membahayakan gawang. Tendangan keras ke arah gawang kebanyakan menyamping atau melambung diatas gawang Jerman. Sedangkan dua gol yang tercipta hasil dari keunggulan permainan individu pemain Uni Soviet, bukan hasil permainan kolektif. Maka untuk menghadapi Uni Soviet, Indonesia bermain bertahan dengan memperkuat pertahanan secara berlapis agar terhindar dari kekalahan.
Menghadapi pertahanan Indonesia yang sangat kokoh, pemain-pemain Uni Soviet menjadi frustasi dan kehilangan akal untuk membobol gawang Indonesia. Bahkan dengan segala cara mencoba mempengaruhi wasit untuk mendapatkan tendangan penalti. Selama 2 x 45 menit pemain-pemain Soviet telah menendang bola ke luar melalui garis gawang sebanyak 46 kali, menembak 20 kali yang dapat ditangkap dengan gemilang oleh penjaga gawang Saelan dan mendapat tendangan penjuru sebanyak 23 kali. Namun tidak ada satupun gol yang dibuat. Akhirnya hingga pertandingan selesai skor tetap 0-0.
Sayangnya, di pertandingan ulangan pada 1 Desember 1956 Uni Soviet berhasil mengalahkan Indonesia 4-0. Soviet akhirnya menjuarai Olimpiade XVI di Melbourne setelah di final menang 1-0 atas Yugoslavia.
for Indonesia 0-1 Dynamo Moskow, di GBK Jakarta14 Juni 1970:
Pada tanggal 14 Juni 1970, Timnas Indonesia kedatangan klub asal Rusia, Dynamo Moskow. Dynamo Moskow ketika itu datang dengan membawa kiper terbaik dunia ketika itu, Lev Yashin. Tetapi Indonesia hanya kalah tipis dengan skor 0-1. Sebenarnya Indonesia memiliki peluang ketika ia mengirmkan umpan manis kepada Iswadi Idris. Namun Iswadi lebih memilih mengumpan kepada Jacob Sihasale karena hampir tidak ada celah untuk bisa mencetak gol. Sayangnya ia tidak siap ketika menerima umpan dari Iswadi.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for foto galery:
Skuad Timnas ketika menghadapi klub asal Rusia, Dynamo Moskow yang dikapteni oleh Gareng
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for Indonesia 2-3 Santos, pada 21 Juni 1972:
Pada saat itu Pele pun mencetak 1 gol yang spektakuler selain itu Ronny Pasla berhasil menahan tendangan penalti Pele.
[spoiler=open this] for Indonesia vs Uruguay 2-1 dan 2-3, 19 & 21 April 1974:
Pada masa ini, timnas Uruguay merupakan tim yang sedang mempersiapkan diri menuju Piala Dunia 1974 di Jerman (Barat). Sayang, ketika berkunjung ke Indonesia, tim asuhan Roberto Porta ini tidak disertai para pemain intinya. Sementara itu, timnas Indonesia asuhan Djamiaat Dhalhar merupakan tim yang dipersiapkan menuju Piala Anniversary 1974.
Kelak, di turnamen yang berlabel �Jakarta Anniversary Football Tournament� ini, kursi kepelatihan berpindah tangan kepada Wiel Coerver. Lalu, tongkat estafet pun mengarah pada Aang Witarsa yang akhirnya berkesempatan untuk menjalani �PSSI Tour ke Eropa 1974� (bermain sebelas kali, termasuk ketika dikalahkan timnas Denmark 0-9 yang tercatat sebagai kekalahan terbesar timnas Indonesia sepanjang sejarah).
Setiap pemain, klub, dan/atau timnas tentu pernah mengalami pasang-surut penampilan. Ada kalanya mereka bermain baik, tetapi ada kalanya pula bermain buruk. Nah, gambaran itulah yang mewarnai timnas Indonesia era 1970-an.
Maksudnya, timnas Indonesia yang bertanding melawan Uruguay disebut-sebut memuaskan. Dapat dikatakan minim kritikan sebagaimana pertandingan-pertandingan sebelum dan sesudah melawan Uruguay.
Ketika berjumpa Uruguay, Indonesia memang menang 2-1 (Jumat, 19 April 1974) dan kalah 2-3 (Minggu, 21 April 1974). Namun, permainan timnas Indonesia dalam dua pertandingan itu dianggap memuaskan.
Ketika menang 2-1 atas Uruguay misalnya, trio Abdul Kadir, Waskito, dan Risdianto �yang jelas, tanpa Iswadi Idris sebagaimana timnas Indonesia beberapa waktu sebelum dan sesudahnya� mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Begitu pun Sutan Harhara, Subodro, dan Nobon yang mampu �melindungi� kawasan Ronny Paslah di daerah gawang. Sementara Anwar Ujang dan Jakob Sihasale siap maju ke depan.
Meskipun data formasi pemain timnas Indonesia itu terasa kurang lengkap (maklum data belum dicatat lengkap he he he), setidaknya formasi itu mendekati formasi terkuat timnas Indonesia di Piala Anniversary 1974. Dalam pertandingan pertama melawan Burma misalnya, timnas Indonesia menurunkan formasi pemain: Ronny Paslah (penjaga gawang), Sutan Harhara, Rusdy Bahalwan, Subodro, Anwar Ujang/Oyong Liza, Nobon, Waskito, Ronny Pattinasarani, Anjas Asmara, Risdianto, dan Abdul Kadir.
Semoga penampilan memuaskan itu akan kembali diperlihatkan ketika melawan Uruguay. Seperti biasa, melawan �A� selalu jelek, tetapi melawan �B� selalu bagus. Angin-anginan�.