for
keren:
Mobilitas para penderita cacat fisik kini tidak lagi terbatas. Mereka juga bisa melancong ke berbagai daerah dengan menggunakan sepeda motor yang dimodifikasi Motor Difabel Club (Modif Club) menyediakan sarana modifikasi plus ramai-ramai touring ke luar kota.
Minggu pagi (12/6), para anggota Modif Club nongkrong di sekretariat mereka di Jalan AH Nasution KM 1, Nomor 1, Bandung. Mereka memajang motor tunggangan di pelataran sekretariat yang juga sekaligus bengkel modifikasi itu. Semua motor khusus difabel itu menggunakan tiga roda atau yang kondang disebut trike. Dua roda di buritan dan satu roda di depan Ada motor yang bergaya Harley-Davidson dengan sespan di samping. Ada juga yang bermodel off road dengan kaki-kaki panjang. Motor bergaya Harley-Davidson terlihat lebih gahar tanpa slebor belakang. Bahkan, roda belakang terlihat hampir menyentuh jok.
�Bukan hanya soal gaya. Soalnya, kalau mundur, biar enak. Tinggal didorong rodanya. Jadinya, kami nggak perlu turun atau meminta bantuan orang lain buat mundurin motor,� kata Sekretaris Modif Club Asep Hidayat, lantas memundurkan motor bergaya preman Amerika itu. �Ini gayanya aja yang kayak Harley. Aslinya mah RX King,� imbuh Asep, lantas terkekeh.
Lain lagi dengan motor bergaya off road. Untuk shockbreaker depan, motor tersebut menggunakan as milik Honda Win yang cukup jenjang.
Di buritan, dua roda diapit swing arm yang cukup tinggi. Arm bikinan sendiri itu menyangga dua roda dengan dua shockbreaker.
�Dibikin tinggi biar segala medan bisa dilintasi. Saya kan sering ke desa-desa di Bandung. Kalau banjir, kan repot. Busi terendam air bisa mogok,� kata Yanwar Nugraha, Wakil Ketua Modif Club, yang bekerja di kantor Kecamatan Gedebage, Bandung Timur.
Para difabel fisik memiliki kelemahan di dua kaki mereka. Ada yang disebabkan penyakit polio saat bayi. Namun, ada juga yang disebabkan sejumlah penyakit cerebral palsy. Yakni, penyakit tidak menular yang melumpuhkan kemampuan fisik penderitanya. Karena itu, sepeda motor yang mereka tunggangi harus didesain sedemikian rupa agar mereka tidak perlu menjejak tanah saat berhenti.
Beberapa pilihan desain adalah model sespan dan trike. Sespan, kata Asep, lebih membutuhkan banyak ongkos karena harus membuat bak dari besi. Sedangkan model trike lebih umum digunakan karena ongkosnya murah dan praktis. �Sekitar Rp3,5 juta,� kata Asep.
Mekanik Modif Club Acex Supriatna menambahkan, model trike dengan dua roda di belakang memang sangat standar. Penyandang cacat bisa dengan gampang mengoperasikan kendaraan itu. Namun, trike model tersebut masih mempunyai kelemahan. Setiap berbelok tajam atau dengan kecepatan tinggi, salah satu roda akan terangkat. Pengendara bisa jatuh jika tidak biasa.
Soal kenyamanan, model dua roda di belakang juga kurang. Sebab, model itu cukup kasar. Shockbreaker yang menyangga swing arm terasa kurang lembut. Karena itu, Modif Club kini mengembangkan desain baru trike. Salah satu di antaranya, matik roda empat. Dua roda diletakkan di belakang menempel pada satu roda penggerak.
Acex lantas mengeluarkan bebek matik. Seperti dalam adegan serial MTV Pimp My Ride, sejumlah mekanik mengepung kendaraan mungil tersebut. Jok diambil, sebuah rangka besi plus slebor roda di kanan-kiri dipasang. Ujung buritan dipasang rangka tempat boks menempel. Belakang jok dipasang dudukan buat bayi plus seat belt. Motor itu, rencananya, diikutkan lomba inovasi kreatif.
�Motor ini dipesan bapak yang difabel juga. Ini bongkar pasang, bisa dikembalikan lagi ke motor biasa. Soalnya kadang-kadang kan motornya juga dipakai anaknya buat main,� tutur Acex.
Model roda empat tersebut masih dalam pengerjaan. Jika sudah selesai, mereka akan mengetes kenyamanannya. Acex sendiri punya obsesi membuat motor untuk difabel bukan dengan tiga roda, tetapi empat roda. Yakni, dua roda di depan dan dua roda di belakang. Desain itu mengingatkan kepada motor All Terrain Vehicle alias ATV yang banyak dipakai balapan di trek off road.
�ATV menggunakan teknologi hidrolis. Jadi, ketika belok, roda-roda menyesuaikan medan. Belok seperti apa saja roda tetap menempel di tanah. Shockbreakernya juga lebih nyaman dan empuk,� urai Acex.
Acex mengatakan, mendesain sepeda roda tiga tidak bisa sembarangan. Sebagai mekanik, dia harus mempertimbangkan tingkat kecacatan pengendaranya. Jika cacat yang diderita cukup memengaruhi mobilitas fisiknya, kompresi motor dibuat agak rendah.
Dengan begitu, kecepatannya tidak terlalu tinggi. Seperti motor milik Mahmud, anggota Modif Club lainnya. Karena Mahmud penderita cerebral palsy, motor miliknya dibikin agak ceper dengan electric starter. �Biar tidak menyusahkan pengendaranya,� katanya.
Juru Bicara Modif Club Arya Wira Yudha menuturkan, usia Modif Club sangat muda. Baru hitungan bulan. Namun, komunitas tersebut cepat berkembang karena kebutuhan para difabel Bandung untuk berkumpul dan memiliki komunitas. Saat ini mereka memiliki anggota sekitar 30 orang dan terus bertambah.
Lelaki yang akrab dipanggil Yudha itu menuturkan, Modif Club juga menjadi sarana bagi para difabel yang ingin memodifikasi motor. Memang, bengkel-bengkel umum bisa menggarap sepeda motor biasa menjadi trike. Tapi, karena harus antre dengan motor-motor biasa, trike khusus difabel sering dipinggirkan. Sering mereka harus menunggu sampai dua bulan baru bisa menggunakan motornya. �Padahal, mereka kan butuh banget untuk mobilitas,� katanya.
Lajang 32 tahun itu mengatakan, bengkel di Modif Club bisa merampungkan order trike dalam dua minggu. Ongkosnya juga ditentukan secara kekeluargaan. Bahkan, anggota juga bisa utang kalau kantong lagi tipis. �Bisa dicicil juga,� kata Yudha, lantas terbahak.
Di Modif Club, para difabel juga bisa menjadi biker. Mereka kerap mengadakan touring ke sejumlah daerah pinggiran Bandung dan luar kota. Di antaranya, Kuningan, Jawa Barat, dan Sentul, Bogor. Rencananya, tahun ini mereka touring ke Bali.
sumber
mohon
ama
jangan

ane