Cerita Cinta Ku (Sudah Saya Berikan Keperawananku)

[pingpong]

�Sekilas, cowok ini, sama dengan cowok lainnya. Wajahnya biasa saja. Tubuhnya pun tidak athletis. Buku favoritnya karangan Fujiko F. Fujio. Namun, saat bertemu dengan cewek. Ia seakan berubah. Tingkahnya baik. bahkan terlalu perhatian. hingga mungkin kita akan berfikir, orang ini kena pelet apa. Membuat kamu berfikir betapa istimewanya kamu.



Setelah pertemuan pertama, lanjut ke kencan. Duduk diam di depan rumah, menikmati langit bertabur bintang, di temani gorengan dan sekaleng softdrink. Dia bilang, � waah, betapa beruntungnya bisa melihat langit seindah ini dengan seseorang..�. dan oh, liat, kau terpesona oleh gombalannya.



Beberapa minggu kemudian, mentraktir makan di sebuah restoran yang tampak mahal. Memperlakukan kau dengan lembut, seakan kau adalah ratu hari ini. Membuat rona merah dari blush-on mu terlihat makin marun. Mencium punggung tangan mu sambil mengedipkan sebelah mata. Entah karena kelilipan atau memang bermaksud menggoda.



Lalu, ia menghilang. SMS ga di balas. Telpon ga di angkat. Aaah, pokoknya hati rasanya cemas. Kamu dimana~ dengan siapa~ sekarang berbuat apa~. Dilema hati bikin kamu jadi alay dan di jauhi teman-teman.



Dan besoknya, kau lihat ia sedang asik bermesraan dengan cewek lain di Mall. Tatapan mata kalian saling bertemu, dan ia hanya tersenyum sambil tetap menggandeng erat tangan cewek cantik berambut pirang itu. Yes, kamu baru saja bertemu dengan seorang playboy.�



� huwaaaaaaaaaaaa.... Iren jahaaaaaatttt....� rengek seorang gadis dengan mode rambut ponytail pada seorang gadis lainnya yang masih mengenakan piyama. Padahal jam berbentuk kucing di kamarnya sudah menunjukkan pukul 12 siang.



� hah? Jahat darimana? Aku hanya mengulang kejadian yang kau alami selama sebulan ini kan.� Kilah Iren yg masih menguap.



� hiks. Kau membuka luka ku~ Iren jahat...� rengek gadis itu lagi. membuat kepala Iren pusing. Bagaimana tidak, saat ia TERPAKSA bangun karena rengekan temannya itu pagi-pagi.



� aku kan dari dulu sudah pernah bilang. Reiga itu playboy. Kamu sih, ngotot. Ga pernah mau percaya. Selalu mengangung-agungkan anak dosen itu. Reiga itu baik~ Reiga itu romantis~ aku tau Reiga itu sayang sama aku~ pret! Sekarang baru tahu kan.� Cibir Iren terus-terusan. Membuat Anggie, gadis berponytail itu makin meraung.



� ck. Makanya, lain kali cari yang bener. Dasar.� Iren beranjak dari bednya yang hangat. Memberikan sekotak tissue pada Anggie.



� hiks... maaf Ren...�



� iya.. iya.. aku maafin. Besok, kamu juga harus minta maaf sama Putri, Elina, dan Donny.�



� me.. mereka pasti marah....�



� tenang aja, mereka pasti maafin kamu kok..� hibur Iren lagi. menyemangati sahabatnya yang baru saja patah hati itu.



Anggie, gadis berperawakan imut itu mengangguk. Benar-benar bersyukur memiliki teman seperti Iren. Walaupun sebulan ini, sikap Anggie sangat menyebalkan padanya, namun Iren masih mau mendengar keluh kesah Anggie. Padahal Anggie mengerti sekali, Iren paling tidak suka di ganggu tidurnya saat hari libur seperti ini. Tapi lihatlah, gadis tomboy itu menanggapi seluruh keluh Anggie, meskipun ujung-ujungnya Anggie tetap kena bully. Namun itulah yang membuat Anggie sadar, Iren masih mau berteman dengannya.



� sudah sana. Hentikan scene-scene yang bikin merinding ini. Aku mau tidur lagi.� Iren sudah beranjak lagi ke bednya. Kalau saja tangan Anggie tidak menahan piyamanya.



� aku sedang patah hati.� Ucap Anggie sambil mengembungkan pipinya.



� terus?�



� Ayo belanja!�



� heeeeeeeeeeeeeeeeeee.....�





Selengkapnya: http://www.volpen.com/read/407/a_lov...#rt=submission