Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
rumahmenteng's Avatar
rumahmenteng rumahmenteng is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 5,900
Rep Power: 21
rumahmenteng mempunyai hidup yang Normal
Default Yang Besar Hati Masukkkk gannnn...

Oleh: Vandepoel



BANGSA yang besar adalah bangsa yang etika berpikirnya maksimal. Mereka enggan memainkan peranan di luar nalar manusiawi. Konteks dalam pikiran saya yang mulai mengganggu ini terterap ke dalam persepak bolaan nasional.



Tragis. Lagi-lagi sepak bola nasional rusuh. Di Papua. Tanah yang sempat saya kunjungi selama 10 hari di tahun 2009 lalu. Tepatnya di Jayapura. Adalah kebanggaan bisa berkunjung ke ujung negeri ini.



Saya terkesima karena warga Papua itu sangat cinta bola. Di hampir seluruh sudut halaman, mereka memainkan si kulit bundar. Di lapangan kecil. Di lapangan tak berumput. Di halaman rumah. Di pekarangan sekolah. Di pekarangan gereja. Anak-anak, remaja, orang tua pasti akan main bola di sore hari. Di pantai, rata-rata juga main bola.



Tanah ini konon mirip Brasil. Di Brasil semua orang main bola. Di jalanan. Di jalan becek. Di mana saja.



Di papua juga begitu. Maka wajar jika mereka tak pernah kekurangan pemain andal. Sebut saja era Rully Nere. Atau bek tangguh tak tergantikan di timnas Aples Tecuari. Hingga ke masa Elly Eboy. Lalu kini ada Boas Solossa hingga Oktovianus Maniani. Mereka talenta luar biasa.



Tim kebanggaan juga menawan. Persipura Jayapura, Persiwa Wamena, Persidafon Dafonsoro, hingga Persiram Rajaampat. Semuanya main di kasta tertinggi sepak bola.



Jika salah satu tim itu tanding, maka lautan manusia akan memenuhi stadion. Saya melihat sendiri betapa indahnya kebersamaan di Stadion Mandala Jayapura. Saat itu PSMS bertandang ke sana di ISL edisi pertama dan di Copa Indonesia 2009-2010. PSMS kalah. Di liga kalah 2-0 kalau tak salah ingat. Dan di Copa, PSMS dibantai 4-1.



Ehm. Itu sedikit ingatan tugas meliput ke tanah Papua. Petang tadi (13/5) saya ingat lagi akan Jayapura. Itu sebab terjadinya kerusuhan di sana.



Persija berhasil ambil poin maksimal di sana lewat gol tunggal Rahmat Affandi. Persipura yang sedang bersaing dengan Sriwijaya untuk gelar musim ini tak terima. Fans Persipura menggila. Lebih tragis, karena pasti ada korban meski tak sampat begitu parah. Yang pasti dua mobil TNI konon jadi korban pembakaran massa. Tragis.



Lalu pemain pasti juga jadi korban. Victor Pae jadi korban gas air mata dan mesti dilarikan ke rumah sakit.



Apa untungnya kah?



Marilah. Sebagai fans fanatis yang hidup indah di negeri yang besar, mari. Mari kita persedikit aksi anarkis. Pelan-pelan hilangkan. Mari menonton bola dengan damai. Dengan harapan sederhana saja. Nonton pertunjukkan sebagai hiburan. Jika akhirnya tim kita kalah, ya biasalah. Mana ada dua-dua menang. Marilah berlajar menerima kekalahan. Toh tak akan selamanya kita berada di posisi kalah. Suatu saat pasti menang.



Jika atmosfer stadion kita sudah nyaman damai. Maka tak ada keraguan lagi untuk membawa serta anak kita mengenal tim kesayangan dari dekat. Jika masih ricuh, khawatir dong. Bravo sepak bola nasional. (*)



Courtesy

http://giveusfootball.com/?p=50



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 04:22 AM.


no new posts