FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Bila anda pergi ke Kota Solo, dibeberapa persimpangan tanpa lampu merah akan kita temui orang memakai rompi hijau cerah layaknya petugas kepolisian. Namun dia tidak memakai topi, sepatu, peluit polisi. Dia ikut mengatur lalu lintas dan kadang bajunya coklat layaknya polisi meski perbedaannya sangat kentara. Mereka memang bukan polisi tapi Supeltas, Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas. Tugas utama memang membantu kelancaran lalu lintas di titik-titik rawan kemacetan. Mereka mulai ada sudah beberapa tahun yang lalu dan tingkat kemanfaatannya cukup nyata. Mereka tersebar merata diberbagai sudut Kota Solo baik dari arah barat, timur, selatan maupun utara. Sebut saja di Jalan Adi Sucipto depan Yayasan Ursulin, di bunderan Purwosari, di Tugu Lilin Pajang, di Jalan Wora Wari, Bunderan Baron dan banyak lagi. Keberadaan mereka cukup membantu masyarakat pengguna terutama di pagi hari dan sore hari saat berangkat maupun pulang kerja. Kota Solo yang mulai padat dan muncul kemacetan memang diuntungkan oleh Supeltas. Mereka cukup sabar mengatur lalu lintas meski terik matahari menyengat ataupun guyuran hujan membasahi badan mereka. Kadang, untuk beberapa titik yang ramai terdapat 2 orang Supeltas seperti di Bundaran Purwosari. Padahal bundaran Purwosari ini hanya pertigaan saja. Berdasar berbagai informasi, mereka dibina oleh Polres untuk tatacara pengaturan lalu lintas. Keberadaan mereka murni karena kepedulian terhadap lingkungan sehingga bukan uang yang mereka utamakan. Mereka menerima pemberian pengguna jalan raya dan tak memaksa. Sering saya perhatikan Supeltas, lebih mengutamakan kelancaran lalu lintas dibanding mencari uang. Tak diberi, tetap saja mengatur siapa yang memang harus duluan lewat. Diberi ya diterima, tidak diberi ya tetap senyum ceria. Sungguh sebuah pengorbanan yang luar biasa. Tak jarang diomeli pengguna yang tergesa-gesa dan tak mau dinomorduakan, menyerobot larangan lewat, mendahului kendaraan dari arah berlawanan dan sebagainya. Saya sungguh membenci orang yang tidak mau diatur. Kita tidak membayar mereka, maka hormatilah. Eh seenaknya saja pengguna nyelonong yang bisa bikin celaka. Melihat kinerja mereka, banyak masyarakat yang mulai bersimpati. Kadang disempatkan berhenti memberi bingkisan makanan, rokok atau uang sekedarnya. Pemerintah Kota juga tidak begitu saja memasang rambu lalu lintas berupa lampu penyeberangan karena memang membutuhkan anggaran tidak sedikit. Justru dengan Supeltas, lalu lintas bisa secara luwes diatur. Betapa beruntungnya masyarakat Solo atas keberadaan mereka. Yang jelas mereka bukan polisi cepek yang bila tidak diberi akan ngomel-ngomel. Mereka tetap mengatur lalu lintas dengan hati dan jiwa mereka. Maka, bila kita menemuinya dan ada sedikit rizqi, berbagilah. Tapi ingat, lihat kondisi jangan sampai saat kita memberi malah justru membuat macet atau kecelakaan. Kadang uang dilempar dan diambil para supeltas bila lalu lintas sudah memungkinkan. Semoga para Supeltas senantiasa diberi kesehatan dan kebahagiaan. Dan masyarakatpun mematuhi tanda-tanda yang ditunjukkan para nih gan pict nya [/spoiler] Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
ane nolak untuk di ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|