Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
bakwanmalang's Avatar
bakwanmalang bakwanmalang is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 5,897
Rep Power: 21
bakwanmalang mempunyai hidup yang Normal
Default [cekidot] Penjelasan dan Cara mengatasi Insomnia!

Ini nih gan penjelasan mengenai Insomnia secara medis, sekaligus solusi yang diberikan dari ahlinya langsung. langsung aja gan




cekidot:









[/quote][quote]







detik..com - Definisi Gangguan insomnia didefinisikan sebagai keluhan subjektif yang berkenaan dengan kesulitan tidur, yang meliputi: cara memulai atau permulaan tidur, durasi (lama) tidur, penggabungan proses tidur, kualitas tidur, kesempatan tidur, yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Insomnia dapat sementara (transient) biasanya berkaitan dengan stres, penyakit, kelainan tertentu, bepergian, atau insomnia yang menahun (chronic) biasanya terjadi di malam hari selama lebih dari 6 bulan.



Insomnia haruslah dibedakan dari mispersepsi keadaan tidur dan kondisi/keadaan tidur singkat/pendek tanpa gejala. Insomnia dirasakan sebagai kesulitan tidur, lama untuk dapat tertidur (long-sleep latency), sulit untuk tetap (bertahan) dalam kondisi tidur (sering terbangun, berkali-kali terbangun, kalau terbangun susah sekali untuk tidur lagi), merasa tidak tidur padahal sudah tidur, atau tidak segar-bugar setelah tidur (nonrestored from sleep).







Kriteria Diagnostik

Menurut The International Classification of Sleep Disorders, 2nd Edition (ICSD-2), kriteria diagnosis insomnia adalah sebagai berikut:



A. Sulit untuk memulai tidur, sulit untuk memelihara (tetap) tidur, atau terbangun (dari tidur) terlalu cepat/segera, atau tidur yang tidak menyegarkan dan berlangsung menahun, atau kualitas tidur buruk.



B. Kesulitan tidur di atas terjadi meskipun ada banyak peluang/kesempatan untuk cukup tidur dan keadaan memungkinkan untuk tidur.



C. Setidaknya satu dari berbagai gangguan tidur di malam hari berikut ini dilaporkan penderita:

1. Lelah atau rasa tak enak di badan;

2. Gangguan perhatian, konsentrasi, atau memori;

3. Gangguan fungsi sosial, pekerjaan, atau prestasi di sekolah menurun;

4. Gangguan mood atau mudah marah/tersinggung;

5. Merasa mengantuk atau mudah mengantuk seharian penuh;

6. Berkurangnya atau menurunnya motivasi, energi, atau inisiatif;

7. Kecenderungan untuk melakukan kesalahan atau kecelakaan saat bekerja atau mengemudikan kendaraan;

8. Gejala-gejala sakit kepala, gangguan usus-saluran cerna, tegang sebagai respon kurang tidur;

9. Gelisah, khawatir, atau takut tentang tidur.





Screening Dini

Untuk mendeteksi dini untuk problematika tidur menggunakan strategi screening BEARS, yang meliputi: (1) Bedtime resistance and delayed sleep onset; (2) Excessive daytime sleepiness; (3) Awakenings during the night; (4) Regularity, pattern, and duration of sleep; (5) Snoring and other symptoms of sleep-disordered breathing.





Pemilihan Obat yang Rasional

Dokter akan memeriksa dan memastikan insomnia yang diderita berdasarkan klasifikasi ICSD-2. Menurut ICSD-2, berbagai kategori gangguan tidur antara lain:

1. Sleep Related Breathing Disorders

2. Hypersomnias of Central Origin

3. Circadian Rhythm Disorders

4. Parasomnias

5. Sleep Related Movement Disorders

6. Isolated Symptoms

7. Gangguan tidur lainnya.





Nah, dari ketujuh gangguan kategori insomnia yang bersifat umum di atas, dokter akan melakukan anamnesis (wawancara terstruktur, terarah, dan komprehensif), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (bila perlu), untuk menyempitkan atau memastikan penyebab dari insomnia yang lebih spesifik. Gangguan insomnia yang spesifik itu antara lain:

1. Adjustment (Acute) Insomnia

2. Behavioral Insomnia of Childhood

3. Psychophysiological Insomnia

4. Paradoxical Insomnia

5. Insomnia idiopathic

6. Inadequate Sleep Hygiene

7. Insomnia karena gangguan mental

8. Insomnia karena kondisi medis

9. Insomnia karena obat atau zat

10. Insomnia bukan karena substansi/obat/zat atau diketahui

11. Kondisi fisiologis yang tidak spesifik

12. Insomnia (organik) fisiologis

Penegakan dan ketepatan diagnosis amat berkaitan dengan pemilihan obat.





Solusi

Rekomendasi higiene tidur untuk tidur yang sehat (sleep hygiene manoeuvres) efektif mengatasi insomnia. Strategi behavioral (alias intervensi nonfarmakologis, tanpa obat) ini meliputi:

1. Menciptakan lingkungan yang nyaman (suhu, tingkat kebisingan, pencahayaan).

2. Penjadwalan (membuat dan menepati jadwal tidur-bangun).

3. Terapi stimulus-control.

4. Terapi relaksasi.

5. Terapi pembatasan tidur (sleep-restriction therapy).

6. Berolahraga teratur setiap hari (regular daytime exercise).

7. Menghindari kafein, tembakau, dan alkohol. Hindari minum kopi 3-4 jam sebelum tidur malam. Nikotin adalah stimulan dan dapat mengganggu tidur, sehingga hindari merokok sebelum tidur.

8. Menghindari makan besar di malam hari.

9. Mengurangi asupan (intake) cairan di malam hari. Hindari makan malam 1-2 jam sebelum tidur karena proses pencernaan makanan akan mengganggu kenyamanan tidur.

10. Membatasi fungsi/penggunaan kamar tidur hanya untuk tidur dan beraktivitas seksual.

11. Disiplin diri dan konsisten menepati waktu bangun tidur.

12. Menghindari atau membatasi diri untuk tidur ayam (tidur sebentar/sesaat) di siang hari (daytime napping).

13. Menghindari cahaya/lampu terang dan televisi, kegaduhan, dan suhu yang ekstrem.

14. Hindari bermain game komputer, video games, atau play station sebelum tidur.

15. Berhati-hati bila minum obat, sebab beberapa obat dapat menyebabkan insomnia. Bertanyalah kepada dokter atau apoteker apakah obat yang diminum menyebabkan insomnia.





Terapi non-obat (nonpharmacological interventions) dapat dilakukan,

tentunya atas rekomendasi/petunjuk dokter, misalnya:

1. Relaksasi otot progresif,

2. Biofeedback,

3. Terapi CBT (cognitive-behavioural therapy) yang bersifat multifaceted.

4. Terapi acupuncture





Beberapa herbal / tanaman obat yang berpotensi untuk menaklukkan

insomnia antara lain:

1. Valeriana officinalis

2. Ziziphus acidojujuba

3. Zizyphus jujuba

4. Arillus longan

5. Schisandrae fructus

6. Pinelliae rhizoma

7. Polygonum multiflorum

8. Ganoderma lucidum

9. Ganoderma sinense



Riset tentang terapi insomnia dengan preparat atau sediaan obat dari herbal (tanaman obat) masih sedang berlangsung, sehingga untuk terapi herbal, sebaiknya tetap dikonsultasikan kepada ahli herbal dengan tetap menuruti nasihat/rekomendasi dokter.



Terapi Obat

Obat-obatan anti-insomnia yang dapat dibeli bebas antara lain: diphenhydramine, doxylamine, tryptophan, melatonin. Penulis belum mengetahui apakah di Indonesia obat ini mudah diperoleh tanpa resep dokter.



Golongan obat anti-insomnia yang dapat direkomendasikan oleh dokter antara lain: obat golongan benzodiazepine, golongan benzodiazepine-receptor agonists, golongan alpha-receptor agonists, golongan melatonin-receptor agonists, golongan pyrimidine derivatives, golongan antidepresan atipikal, analog hormone, dan golongan

antihistamin. Adapun obat yang dapat diresepkan oleh dokter atas indikasi antara lain: trazodone, amitriptyline, mirtazapine, zolpidem, temazepam, clonazepam, clorazepate, estazolam, lorazepam, oxazepam, quazepam, triazolam, chloral hydrate, haloperidol.



Berdasarkan konsensus, bila digunakan pharmacotherapy (terapi obat), maka pemilihan obat haruslah berdasarkan: (1) pola gejala; (2) tujuan terapi; (3) respon terapi di masa lalu, bila pernah diberi obat oleh dokter; (4) pilihan, kemampuan daya beli, sosioekonomi penderita; (5) harga; (6) ketersediaan terapi lainnya; (7) kondisi yang menyertai penderita; (8) kontraindikasi; (9) interaksi obat yang terjadi bersamaan; dan (10) efek samping.



Obat Penyebab Insomnia

Sebaiknya kita berhati-hati bila mengkonsumsi obat, sebab beberapa

obat bahkan merupakan penyebab insomnia, antara lain:

1. Obat antidepresan, seperti: golongan SSRI (fluoxetine, paroxetine, sertraline, citalopram, escitalopram, fluvoxamine), venlafaxine, duloxetine, monoamine oxidase inhibitors.

2. Obat stimulan, misalnya: kafein, methylphenidate, derivat amphetamine, ephedrine, dan derivat (turunannya), cocaine.

3. Analgesik narkotik, misalnya: oksikodon, kodein, propoxyphene.

4. Obat jantung (kardiovaskuler), seperti: beta-bloker, agonis dan antagonis reseptor-alfa, diuretik, lipid-lowering agents.

5. Obat paru-paru, misalnya: teofilin, albuterol.

6. Obat antikanker (antineoplastic), seperti: medroxyprogesterone, leuprolide acetate. goserelin acetate, pentostatin, daunorubicin, interferon alfa.

7. Hormon, termasuk: kontrasepsi oral, preparat tiroid, kortison, progesterone.

8. Obat golongan amin simpatomimetik, seperti: bronchodilator (Terbutaline, Albuterol, Salmeterol, Metaproterenol), derivat atau turunan xanthine (Theophylline), decongestants (Phenylpropanolamine, Pseudoephedrine, Phenylephrine).

9. Stimulan sistem saraf pusat, misalnya: methylphenidate.

10. Golongan anticholinergics (misalnya: ipratropium bromide).

11. Golongan antihipertensi, misalnya: clonidine, beta-blockers

(Propranolol, Atenolol, Pindolol), methyldopa, reserpine.

12. Lain-lain, seperti: alkohol, fenitoin, nikotin, levodopa, quinidine, kafein, anacin, Excedrin, empirin, preparat obat batuk dan

flu.



Demikian penjelasan ini, semoga bermanfaat.



dr. Dito Anurogo







Maaf kalo gan


ikhlas menerima gan, di rate doang juga gapapa, asal jangan di kasih




Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 12:30 AM.


no new posts