Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 28th May 2012
kucingsiam's Avatar
kucingsiam
Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 734
Rep Power: 14
kucingsiam mempunyai hidup yang Normal
Default Asal usul Sejarah kacamata

[/quote]
Quote:
 





Quote:
 









Pada zaman pra sejarah, sudah dikenal dengan kelainan presbyopia (mata plus) di kalangan pemburu.

Namun karena tidak memahaminya sering kali mereka mencari kesembuhan dari dunia supranatural.

Upaya-upaya untuk mengatasi gangguan pengelihatan karena mata minus, plus, atau silinder mulai ada sebelum tahun 800 SM seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yunani dimana mereka menggunakan bola kaca yang diisi air dan diletakkan di atas obyek yang akan dilihat.

Kemudian Kaisar Nero, Romawi menggunakan cincin emerland untuk membantu memulihkan pengelihatannya.



Pada tahun 1000-an mulai muncul kaca pembesar yang disebut dengan batu pembaca dan mulai dikenal di kawasan Eropa.

Batu pembaca berbentuk bola kaca yang diletakkan di atas obyek yang akan dilihat.

Barulah kacamata baca yang sesungguhnya ditemukan oleh pendeta dan ilmuwan Inggris, Roger Bacon pada tahun 1268

Kemudian pada tahun 1275, seorang petualang asal Italia, Marcopolo menemukan kacamata yang digantungkan di atas telinga yang digunakan oleh orang-orang China.



Kacamata mulai menjadi simbol kebangsawanan pada tahun 1700 dimana hal ini berawal dari Raja Philip V dan permaisuri beserta 500 pengawal wanitanya yang menggunakan kacamata dari kulit penyu.

Saat itu, kacamata pun menjadi mode di kalangan orang-orang menengah atas di Spanyol.

Tahun 1790, kaca mulai digunakan sebagai lensa kemudian juga mulai ada banyak disain frame kacamata.

Lensa trifocal untuk melihat dekat, menengah, dan jauh ditemukan oleh John Issac Hawkins pada tahun 1826.








Quote:
 







Rahasia Dibalik Penemu Kacamata.



Kacamata merupakan salah satu penemuan terpenting dalam sejarah kehidupan umat manusia.

Setiap peradaban mengklaim sebagai penemu kacamata.

Akibatnya, asal-usul kacamata pun cenderung tak jelas dari mana dan kapan ditemukan.



Lutfallah Gari, seorang peneliti sejarah sains dan teknologi Islam dari Arab Saudi mencoba menelusuri rahasia penemuan kacamata secara mendalam.

Ia mencoba membedah sejumlah sumber asli dan meneliti literatur tambahan.

Investigasi yang dilakukannya itu membuahkan sebuah titik terang.

Ia menemukan fakta bahwa peradaban Muslim di era keemasan memiliki peran penting dalam menemukan alat bantu baca dan lihat itu.



Lewat tulisannya bertajuk The Invention of Spectacles between the East and the West, Lutfallah mengungkapkan, peradaban Barat kerap mengklaim sebegai penemu kacamata.

Padahal, jauh sebelum masyarakat Barat mengenal kacamata, peradaban Islam telah menemukannya.

Menurut dia, dunia Barat telah membuat sejarah penemuan kacamata yang kenyataannya hanyalah sebuah mitos dan kebohongan belaka.



�Mereka sengaja membuat sejarah bahwa kacamata itu muncul saat Etnosentrisme,� papar Lutfallah.

Menurut dia, sebelum peradaban manusia mengenal kacamata, para ilmuwan tdari berbagai peradaban telah menemukan lensa.

Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya kaca.



Lensa juga dikenal pada beberapa peradaban seperti Romawi, Yunani, Hellenistik dan Islam.

Berdasarkan bukti yang ada, lensa-lensa pada saat itu tidak digunakan untuk magnification (perbesaran), tapi untuk pembakaran.

Caranya dengan memusatkan cahaya matahari pada fokus lensa/titik api lensa.



Oleh karena itu, mereka menyebutnya dengan nama umum �pembakaran kaca/burning mirrors�.

�Hal ini juga tercantum dalam beberapa literatur yang dikarang sarjana Muslim pada era peradaban Islam,� tutur Lutfallah.

Menurut dia, fisikawan Muslim legendaris, Ibnu al-Haitham (965 M-1039 M), dalam karyanya bertajuk Kitab al-Manazir (tentang optik) telah mempelajarai masalah perbesaran benda dan pembiasan cahaya.



Ibnu al-Haitam mempelajari pembiasan cahaya melewati sebuah permukaan tanpa warna seperti kaca, udara dan air.

�Bentuk-bentuk benda yang terlihat tampak menyimpang ketika terus melihat benda tanpa warna�.

Ini merupakan bentuk permukaan seharusnya benda tanpa warna,� tutur al-Haitham seperti dikutip Lutfallah.



Inilah salah satu fakta yang menunjukkan betapa ilmuwan Muslim Arab pada abadke-11 itu telah mengenali kekayaan perbesaran gambar melalui permukaan tanpa warna.

Namun, al-Haitham belum mengetahui aplikasi yang penting dalam fenomena ini.

Buah pikir yang dicetuskan Ibnu al-Haitham itu merupakan hal yang paling pertama dalam bidang lensa.



Fakta lain yang mampu membuktikan bahwa peradaban Islam telah lebih dulu menemukan kacamata adalah pencapaian dokter Muslim dalam ophtalmologi, ilmu tentang mata.

Dalam karanya tentang ophtalmologi, Julius Hirschberg , menyebutkan, dokter spesialis mata Muslim tak menyebutkan kacamata.

�Namun itu tak berarti bahwa peradaban Islam tak mengenal kacamata,� tegas Lutfallah. desy susilawati






[quote]







Eropa dan Penemuan Kacamata



Pada abad ke-13 M, sarjana Inggris, Roger Bacon (1214 M � 1294 M), menulis tentang kaca pembesar dan menjelaskan bagaimana membesarkan benda menggunakan sepotong kaca.

�Untuk alasan ini, alat-alat ini sangat bermanfaat untuk orang-orang tua dan orang-orang yang memiliki kelamahan pada penglihatan, alat ini disediakan untuk mereka agar bisa melihat benda yang kecil, jika itu cukup diperbesar,� jelas Roger Bacon.



Beberapa sejarawan ilmu pengetahuan menyebutkan Bacon telah mengadopsi ilmu pengetahuannya dari ilmuwan Muslim, Ibnu al-Haitam. Bacon terpengaruh dengan kitab yang ditulis al-Haitham berjudul Kitab al-Manazir Kitab tentang Optik.

Kitab karya al-Haitham itu ternyata telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.



Ide pembesaran dengan bentuk kaca telah dicetuskan jauh sebelumnya oleh al-Haitham.

Namun, sayangnya dari beberapa bukti yang ada, penggunaan kaca pembesar untuk membaca pertama disebutkan dalam bukunya Bacon.



Julius Hirschberg, sejarawan ophthalmologi (ilmu pengobatan mata), menyebutkan dalam bukunya, bahwa perbesaran batu diawali dengan penemuan kaca pembesar dan barulah kacamata tahun 1300 atau abad ke-13 M.

�Ibnu al-Haitham hanya melakukan penelitian mengenai pembesaran pada abad ke � 11 M,� cetusnya Hirschberg.



Kacamata pertama disebutkan dalam buku pengobatan di Eropa pada abad ke-14 M.

Bernard Gordon, Profesor pengobatan di Universitas Montpellier di selatan Perancis, mengatakan di tahun 1305 M tentang tetes mata (obat mata) sebagai alternatif bagi orang-orang tua yang tidak menggunakan kacamata.



Tahun 1353 M, Guy de Chauliac menyebutkan jenis obat mata lain untuk menyembuhkan mata, dia mengatakan lebih baik menggunakan kacamata jika obat mata tidak berfungsi.



Selain para ilmuwan di atas, adapula tiga cerita yang berbeda disebutkan oleh sarjana Italia, Redi (wafat tahun 1697).

Cerita pertama, disebutkan dalam manuskrip Redi tahun 1299 M.

Disebutkan dalam pembukaan bahwa pengarang adalah orang yang sudah tua dan tidak bisa membaca tanpa kacamata, yang ditemukan pada zamannya.



Cerita kedua, juga diceritakan oleh Redi, menunjukkan bahwa kacamata disebutkan dalam sebuah pidato yang jelas tahun 1305 M, dimana pembicara mengatakan bahwa perlatan ini ditemukan tidak lebih cepat dari 20 tahun sebelum pidato tersebut diungkapkan.



Cerita ketiga, menyebutkan bahwa biarawan (the monk) Alexander dari Spina (sebelah timur Itali) belajar bagaimana menggunakan kacamata. Dia wafat tahun 1313 M.



Akhirnya tiga versi cerita berbeda tersebut menyebarluas, karena banyak buku lain yang mengadopsi cerita-cerita yang disebutkan Redi setelah dia wafat.

Namun, beberapa sejarahwan ilmu pengetahuan mengatakan bahwa Redi telah membuat cerita bohong dan mereka tidak percaya.



Bahkan, dalam buku Julius Hirschberg, juga disebutkan tentang cerita Redi itu, ditulis antara tahun 1899 dan 1918 di Jerman dan banyak informasi yang sudah tua dan banyak yang diperbaharui.

Buku tersebut kemudian diterjemahkan (tanpa revisi) ke dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan tahun 1985.

Hasilnya, cerita Redi menyebar di Inggris, artikel penelitian itu ditolak kebenaran ceritanya dan ini ditolak Julius Hirschberg.



Beberapa cerita bohong lain juga ditulis oleh seorang jurnalis di pertengahan abad ke 19 M.

Dia mengklaim Roger Bacon merupakan penemu kacamata seperti.

Bahkan ia juga menyebutkan bahwa biarawan (the Monk) Alexander juga telah diajarkan Roger Bacon bagaimana menggunakan kacamata.

Kabar ini tentu saja dengan cepat menyebar.



Kebohongan lain juga terlihat pada sebuah nisan.

Seorang pengarang menunjukkan bahwa sebuah nisan di kuburan Nasrani yang berada di gereja, tertulis sebuah kalimat,

�disini beristirahat Florence, penemu kacamata, Tuhan mengampuni dosanya, tahun 1317″.

Masih banyak cerita atau mitos lainnya tentang penemu dan pembuatan kacamata di Eropa.

Semua mengklaim sebagai penemu pertama alat bantu baca dan melihat itu.
















Sponsored Links
Space available
Post Reply




Switch to Mobile Mode

no new posts