FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Wedding Forum diskusi tentang wedding. Pembahasan bridal, WO, dan pre-wedding dibahas disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
|||
|
|||
![]() SUMBER ![]() Ubahlah konsep perkawinan, bukan lagi sebagai tujuan akhir, melainkan awal perjalanan yang baru KOMPAS.com - �Akhirnyaaaa�!� Begitu komentar teman-teman Anda ketika akhirnya Anda menyebarkan undangan pernikahan Anda. Selama ini Anda dikenal sebagai perempuan cuek, yang tidak juga menampakkan tanda-tanda akan menikah. Sehingga ketika akhirnya mengumumkan pernikahan, terlontarlah kata tersebut. Banyak perempuan menganggap menikah adalah suatu tujuan dalam hidupnya. Hal ini umumnya dialami oleh perempuan yang sejak kecil dibebani suatu konsep bahwa siklus hidup seseorang adalah lahir, sekolah, bekerja, lalu menikah. Menikah di sini dijadikan suatu tahapan akhir dalam siklus hidup tersebut, sehingga hidup perempuan belum tuntas jika belum menikah. Akan menjadi penghalang besar ketika perjalanan cinta perempuan tak semulus harapannya. Akhirnya, ketika usianya semakin bertambah dan terus didesak untuk menikah, begitu menemukan seorang pria yang dinilai cukup memenuhi syarat, perempuan segera memutuskan untuk menikah. Pada tahap ini, perempuan tentu menganggap bahwa tugasnya sebagai perempuan telah selesai. Tak akan ada lagi desakan atau tuntutan dari keluarga untuk menikah. Bagaimana hidup akan berjalan setelah menikah adalah urusan nanti. Perempuan menjadi lega karena telah berhasil mengubah statusnya dari lajang menjadi menikah. Perlu disadari bahwa keputusan untuk menikah adalah suatu keputusan besar. Anda akan menjalani sisa hidup Anda bersama pria yang Anda pilih ini. Dibutuhkan suatu komitmen untuk menjalani hidup dalam susah dan senang, komitmen untuk memahami bagaimana kepribadian pasangan Anda yang sesungguhnya, komitmen untuk mencari jalan keluar bila terjadi masalah, dan tentunya komitmen untuk saling membahagiakan. Artinya, dengan menikah Anda justru baru memasuki suatu babak baru dalam kehidupan Anda. Tak percaya? Bila biasanya Anda mengurus diri sendiri, kini harus mengurusi suami, anak, dan ikut merawat dan membantu biaya perawatan mertua Anda sakit. Anda harus mampu mengelola keuangan agar mampu mencukupi kebutuhan pokok seperti biaya kesehatan, sekolah anak, cicilan rumah dan mobil, dan lain-lainnya. Anda juga masih harus berkompromi dengan suami yang ternyata memiliki perbedaan prinsip hidup. Begitu manisnya masa bulan madu berlalu, hal-hal itulah yang Anda hadapi dalam rutinitas sehari-hari. Anda mungkin juga tak akan menyadarinya, namun akan ada masalah yang muncul bila Anda menganggap tujuan akhir dalam hidup Anda sudah terpenuhi dengan menikah:
Namun, Anda tidak perlu khawatir. Hal-hal di atas tidak akan Anda alami jika Anda mengubah konsep Anda tentang perkawinan. Perkawinan bukanlah tujuan akhir, melainkan suatu perjalanan baru yang perlu dihadapi dengan excitement yang sama seperti saat masih pacaran. Excitement bahwa Anda telah mengetahui dan bersedia menerima semua tanggung jawab Anda sebagai istri maupun ibu, dan menjalaninya dengan senang. Karena bagaimana pun, tujuan menikah adalah mendapatkan kebahagiaan. Bagaimana, siap menghadapi suka dan duka bersama si dia yang kini menjadi suami Anda? |
#2
|
||||
|
||||
![]()
justru menikah adalah awal dari segalanya
|
#3
|
||||
|
||||
![]()
jadi menikah awal dari segalanya?? jadi kalo suatu saat cerai nikah lagi mulai dari awal lagi ya ndan?? hehe
|
#4
|
||||
|
||||
![]()
menurut saya pernikahan adalah suatu awal dari suatu kehidupan yang baru, dari sinilah rencana� masa depan disusun dengan rapi dan tekad untuk mencapai keluarga yang bahagia
![]() |
#5
|
|||
|
|||
![]()
judulnya kurang enak dibaca ni..
|
#6
|
||||
|
||||
![]()
inspirasi bgt nihh
Spoiler for Rahasia FPissL:
|
![]() |
|
|