FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Nasional Berita dalam negeri, informasi terupdate bisa kamu temukan disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Rabu, 5 Januari 2011 - 07:20 wib
![]() JAKARTA - Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang banyak diwarnai istilah berbahasa Inggtis dikhawatirkan memicu gap antara pemimpin dengan rakyatnya. Sebab pesan yang ingin disampaikan tidak sampai ke publik. �Kalau ingin pesan yang disampaikan sampai ke publik, gunakan bahasa yang lugas dan sederhana, tentu dengan Bahasa Indonesia,� ujar pengamat politik Charta Politica Arya Fernandez kepada okezone di Jakarta, Rabu (5/1/2011). Dalam pidato saat membuka perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin 3 Januari kemarin, Presiden banyak menggunakan istilah-istilah dalam bahasa Inggris. Dalam pidato berdurasi 1 jam 8 menit tersebut, tercatat kurang lebih 54 kalimat yang bercampur-campur dengan bahasa Inggris. Arya memahami ucapan SBY waktu itu dipengaruhi situasi kebanggaan akan prestasi BEI yang mencatatkan diri sebagai yang terbaik di Asia Pasifik. Para undangan yang hadir pun dari kalangan terbatas yaitu pelaku pasar dan para pejabat. Namun dua alasan di atas tidak bisa dijadikan pembenar penggunaan bahasa asing. �Pesan yang sangat baik itu tak dibungkus dengan bahasa yang baik juga,� sayangnya. Arya mengungkapkan dirinya rindu dengan kata-kata SBY dalam setiap kesempatan saat berkampanye pada 2004 dan 2009 lalu. Saat itu, SBY terlihat begitu memesona dengan gaya bahasanya yang santun dan mudah dimengerti publik. Alhasil daya persuasi melalui bahasanya mampu mengantarnya ke kursi RI I untuk dua kali masa jabatan. Bahkan SBY pernah dinobatkan sebagai salah satu dari 6 tokoh publik berbahasa Indonesia lisan terbaik pada Oktober 2003 oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Ketika itu dia masih menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik, dan Keamanan di Kabinet Gotong Royong pimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz. SBY diganjar penghargaan karena pilihan kata, struktur kalimat dan lainnya dinilai baik oleh Pusat Bahasa. �Dulu sebenarnya dia sudah memulai tradisi yang bagus, pesan-pesan politik yang disampaikan cukup dimengerti publik, dia cukup bagus dalam persuasi publik. Tapi akhir-akhir ini justru saya heran kenapa kemudian diciderai oleh hal-hal kecil yang justru merusak bangunan besar tradisi berbahasa yang telah dibangun,� tandasnya.(ful) sumber : Spoiler for sini:
|
![]() |
|
|